GADING & DAMAR

632 29 5
                                        

Menangis. Kata orang menangis adalah cara yang paling benar disaat kita tengah merasa lelah, capek dan kecewa. Kata orang menangis bukan pertanda bahwa kita lemah tetapi pertanda bahwa kita kuat. Gapapa nangis jika memang membuat beban mu berkurang. Menangislah sejadi-jadinya, jika itu membuat mu puas.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Olivia yang kini tengah merasa kecewa dan sedih karena effort-nya sama sekali tak dihargai. Di dalam kamar, Olivia menangis tersedu-sedu.

Suara bel berbunyi. Olivia beranjak membuka pintu sejenak ia merapihkan rambutnya. Olivia merasa familiar dengan wajah laki-laki ini— yang bertamu di jam 9 malam.

"Kamu siapa?"

"Gue Gading, temennya si Ansel."

"Oh iya! Aku baru ingat." Olivia menepuk keningnya. "Eh ayo masuk."

Gading menelisik setiap sudut apartemen, Ansel. Dugaan laki-laki itu ternyata benar, ternyata Olivia tinggal bareng Ansel.

"Mau minum apa?"

"Air putih."

"Oh.. air putih doang?"

"Iya." setelah Olivia pergi ke dapur, Gading mengeluarkan ponselnya dari saku celana— untuk memfoto Olivia.

Gading menatap secangkir air putih yang Olivia suguhkan. "Ini air mateng?"

"Kamu mau air mentah?"

"Ngga," Gading meneguknya.

"Kamu kesini mau ketemu, Ansel?"

Gading menggelengkan kepala. "Gue mau ngobrol sama lo, soal Ansel."

"Lo sepupunya?"

Olivia mengangguk. "Iya, aku sepupu Ansel."

"Lo tinggal di apartemen ini juga?"

"Iya, aku tinggal disini semenjak aku nikah sama Ansel." Olivia melotot detik itu juga menyadari ucapannya tadi. Bisa-bisanya dia keceplosan.

"A-aku sepupunya Ansel!" ralat Olivia.

"Jujur aja gapapa, gue udah tahu," ucap Gading.

"Mungkin, lo sama Ansel bisa bohong ke semua orang, tapi lo berdua gabisa nutupin kebohongan dari gua," ucap Gading lagi.

Olivia bergumam panjang. Kedua tangannya saling bertautan dingin, takut.

"Lo tenang aja. Gua ga akan bilang-bilang ke orang lain soal hubungan lo sama Ansel," ucap Gading seolah mengerti ketakutan Olivia.

"Kamu harus janji!"

Gading tersenyum tipis. "Gue janji!"

🦋🦋🦋

Malam sudah berlalu, bulan telah berganti dengan matahari. Suara alarm sudah berbunyi sedari tadi namun nampaknya gadis cantik yang masih terlelap tidur dengan mimpi indahnya sedang tidak ingin di ganggu.

Bahkan suara bel yang sedari tadi berbunyi pun tidak bisa mengusik tidur nyenyak seorang perempuan yang nampak kelelahan sebab semalam menangis. Biarkan dia terlambat bangun pagi, biarkan dia memanjakan dirinya sendiri dengan cara bermalas-malasan mungkin?

Seorang lelaki yang sedari tadi menekan bel pun sudah sangat geram sebab gadis cantik itu masih terlelap tidur, tidak mendengar bel, ketukan pintu bahkan suaranya yang sudah berteriak memanggil nama.

"Kalau sampai dalam hitungan ke lima dia gak keluar juga, gua usir!"

"Satu!"

"Dua!"

"Siapa?" Olivia mengucek matanya. Bangun tidur langsung lari dari tempat tidur untuk membuka pintu.

"Lama lo!" bentakan laki-laki itu membuat nyawa Olivia seketika terkumpul. Olivia melotot menatap punggung suaminya.

Olivia, menutup pintu apartemen lalu menghampiri ansel kedalam kamar. Olivia, melihat pintu kamar mandi tertutup serta mendengar suara gemericik air. Berhubung Ansel pulang ke rumah, Olivia segera berlari menuju dapur untuk masak.

"Aku masak apa ya?" Olivia menatap isi lemari es yang hanya tersisa beberapa butir telur, susu, roti dan buah-buahan saja.

Olivia mengambil dua butir telur lalu ia iris-iris bawang serta cabai, setelah itu ia mulai memasak nasi goreng.

"Semoga, Ansel suka."

Olivia meletakkan dua piring nasi goreng diatas meja makan. Olivia sudah menyiapkan hati jika saja hari ini Ansel akan menolak masakannya lagi.

"Ansel, sarapan yuk? Aku udah masak nasi goreng buat kamu." ajak Olivia diambang pintu kamar tidur.

"Gua sarapan diluar aja,"

Olivia mengerutkan keningnya. "Diluar dimana?"

"Gua gamau sarapan bareng lo."

"Yauda gapapa kita gak sarapan bareng, tapi setidaknya kamu makan masakan aku ya?"

Ansel berjalan mendekati, Olivia. "Dengerin baik-baik! Lo gausa repot-repot masak buat gue, gausa sok melakukan segala cara hanya untuk membuat gue terkesan."

"Jangan pernah datang lagi ke tongkrongan gue, lo cuma buat gue malu." tohok Ansel.

🦋🦋🦋

Damar menyipitkan matanya— melihat Ansel yang baru saja keluar dari apartemen Olivia.  Damar, bersembunyi saat Ansel akan melewatinya masuk kedalam lift.

Damar
Gua di depan apartemen lo
bukain dong pintunya.

Tak berselang lama, Olivia membuka pintunya. Mempersilahkan damar untuk masuk kedalam.

"Lo belum mandi?"

"Belum, baru aja selesai masak nasi goreng."

"Buat sarapan lo?"

"Iya. Eh kamu udah sarapan belum?"

Damar menggeleng. "Belum, ini gua mau ngajak lo beli sarapan bareng."

"Gausa, aku udah masak nasi goreng. Yuk makan bareng!" Olivia menarik tangan Damar untuk duduk di meja makan.

"Enak ga nih?" goda Damar.

"Pasti enak, aku yang masak!" tingkat kepercayaan diri Olivia meningkat.

"Beneran enak!" puji Damar. "Sembilan persepuluh,"

"Tapi gak menarik ya tampilannya?"

Damar menggeleng. "Menarik kok seperti yang membuatnya."











A.N.S.E.L.A.L.E.X.I.A

ANSELOVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang