SIA SIA

768 28 2
                                    

Terdengar suara ketukan pintu membuat Olivia segera beranjak berdiri dan berjalan dengan malas menuju pintu. Perempuan dengan piyama hitam itu membuka pintu apartemen-nya dan seketika di kejutkan dengan kedatangan Damar.


Damar tersenyum lebar. "Selamat malam tuan putri! Gue ganggu ga?"

"Engga kok. Ada apa kesini?"

"Bentar ya tunggu," Damar terlihat celingukan seraya melambaikan tangan kepada seseorang di ujung lorong apartemen.

Olivia menyipitkan matanya. "Kak Farhan ngapain bawa boneka?" Damar tidak menyahut.

"Sesuai request dari bos muda, ini bonekanya." Farhan menyerahkan boneka beruang besar putih itu kepada Damar.

"Thanks, Han!" ucap Damar. "Udah sana lo pergi!"

Farhan mendengus. "Cukup tau!"

"Gue transfer tapi nanti kalo lu udah pergi," sebut Damar.

"Siap komandan!" Farhan langsung berlari pergi begitu saja. Demi cuan.

Olivia mengedipkan matanya dua kali saat Damar menyodorkan boneka beruang itu kepadanya. "Buat aku?"

"Iya sayang." Olivia dengan senang hati menerimanya. Dipeluknya boneka besar itu. Damar tersenyum mengelus pipi Olivia. "Suka ga?"

"Suka banget! Makasih ya, Damar!"

"Sama-sama, cantik." Olivia tersipu malu.

"Kamu dari tadi ngelantur terus,"

"Ngelantur gimana?"

"Tadi nyebut aku sayang, terus tadi nyebut aku cantik."

"Itu bukan ngelantur tapi kenyataan."

"Kamu sayang sama Olivia berarti?" Bodoh. Pertanyaan yang sangat bodoh yang pernah Damar dengar.

Heh sadar Olivia, cowok tampan yang ada di hadapan lo itu cinta dan sayang sama lo! Lebih dari rasa cinta Ansel kepada lo- Kata boneka yang ada di dalam pelukan, Olivia. Jika dia bisa berbicara.

"Woy pacaran jangan di depan apartemen gue!" sontak Olivia dan Damar menoleh. Ansel menyorot kedua sejoli itu dengan tatapan tajam membuat Olivia ingin menghilang detik itu juga.

Damar menarik tangan Olivia. "Ayo ke apartemen gue, disini ada pengacau."

Ansel menyeringai. "Pacaran sama dia lo udah ngelakuin apa aja?"

"Maksud dari omongan kamu apa ya?!" Olivia bertanya senewen.

"Di bayar berapa lo sama dia?" Damar melayangkan pukulan di pipi Ansel.

"Jaga ucapan lo! Jahat banget lo ngomong kaya gitu ke sepupu sendiri!"

🦋🦋🦋

Olivia memperhatikan setiap gerak-gerik suaminya. Ansel, pulang hanya untuk mengambil barang yang tertinggal. Olivia kira Ansel sudah tidak marah lagi dan kembali tinggal bersama di apartemen.

"Sekarang terbukti siapa yang berkhianat di belakang,"

"Siapa yang berkhianat?"

"Gausa munafik lo!" emosi Ansel. "Udah dua kali gue liat lo mesra-mesraan sama dia di depan. Jadi udah jelas yang duluan berkhianat itu lo! Bukan gue!"

"Aku gak berkhianat. Aku gak pacaran sama, Damar."

"Gausa bohong lo! Gua makin benci sama lo!"

Sakit sekali rasanya, mendengar perkataan yang setiap kali keluar dari mulut suaminya. Ansel selalu menganggap Olivia salah.

ANSELOVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang