BULLYING

663 23 3
                                    

Entah kenapa saat ia menghilang, seluruh dunia menjadi terpuruk.” — Anselovia.

***


Kedatangan Olivia dan Damar disekolah menjadi bahan pembicaraan sebab setiap harinya mereka terlihat semakin dekat. Tak banyak dari mereka, membenci Olivia karena merasa telah merebut Damar— crush mereka.

Damar merangkul pundak Olivia. "Jangan pedulikan mereka," bisiknya.

"Damar ..." Olivia melepas rangkulan cowok itu. "Kamu ke kelas duluan aja, aku mau ke toilet."

"Oke!" Damar meninggalkan Olivia. Damar tahu Olivia hanya ingin menghindarinya. Olivia melangkah menuju kamar mandi namun naasnya dia bertemu dengan Dara.

"Hai cupu!" sapa Dara. Dara menatap Olivia dari ujung rambut hingga ujung kepala. "Gue heran deh, kok Damar betah ya sama lo? Kalo gue sih ogah banget, malu-maluin." hina Dara.

"Cantik, kan lo kemana-mana, Dar." ucap Dasha— teman Dara.

"Aw!" aduh Olivia tiba-tiba saja Sasha menarik rambut Olivia dari belakang. Sasha kemudian mendorong Olivia hingga dia tersungkur jatuh.

Dara mencakar pipi Olivia, dan tertawa mendengar rintihan Olivia. "Nah gini kan cantik pipi lo,"

Olivia menatap Dara penuh kebencian dan Dara paling jijik melihat tatapan itu. Dara menampar pipi Olivia. "Jangan benci banget sama tatapan lo!"

"Gue benci lihat deket sama Damar! Damar itu milik gue bukan milik lo!" lagi, Dara menamparnya.

"Damar cuma temen aku," kata Olivia.

"Tapi Damar ga nganggap lo temen!!" seru Dara menyiram Olivia dengan air bekas air cucian kain pel. Dara tersenyum puas melihat si cupu basah kuyup.

"Dia belum nangis, Dar." ucap Dasha.

Dan tanpa disangka-sangka, Dara membenturkan kepala Olivia ke dinding. Dasha dan Sasha bergetar ketakutan melihat Olivia tergeletak tak sadarkan diri.

"Ih Dara kalo dia mati gimana?" panik Sasha.

"Dia cuma pingsan," Dara menarik tangan Dasha dan Sasha. "Ayo pergi sebelum ada yang lihat!"

🦋🦋🦋

"Lo kenapa diem mulu?" Alfan menyenggol bahu Ansel.

Ansel menoleh. "Perasaan gue ga nyaman,"

"Emang sebelumnya lo pernah nyaman ke siapa?" nimbrung Bima keluar konteks.

"Nyaman sama lo katanya," cetus Agam.

"Idih najis!" ucap Bima.

Rey menatap wajah Ansel yang gelisah. "Coba telpon orang tua lo,"

Ansel cukup berpikir dan pada akhirnya dia memilih untuk mengirim chat pada sang mama.

Ansel Alexia
Mamah sehat?
Mamah baik-baik aja kan?
Mamah gapapa?
Mamah lagi sama papa ga?
Mamah sama papa amankan?

Mama
Mama sehat.
Papa sehat.

Ansel meletakkan kembali handphonenya di meja. "Gimana? Aman?" tanya Rey.

"Aman," jawab Ansel.

"Lo ga nelpon si Olivia?" pertanyaan Gading sukses membuat Ansel terdiam bergeming, seperti ada maksud lain dari pertanyaan Gading.

ANSELOVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang