Halo, call me Rein.
Kasih emot hujan di sini dong!
Selamat membaca🤗
.
.
.Hari ini adalah hari pertama Shirra bersekolah di Jakarta. Semoga saja kali ini temannya tidak mengucilkannya seperti di sekolah yang dahulu. Setiap mereka mengetahui kelebihan yang dia punya, semua teman sekolahnya pasti akan menjauhi dan mengucilkannya.
Shirra hanya bisa melihat asap hitam keputus-asaan yang berarti orang itu sangat putus asa dan akan memilih mengakhiri hidupnya. Bukan berarti dia bisa melihat kapan seseorang akan mati. Dia tidak sehebat itu.
Akhirnya, Shirra sudah siap dengan seragam baru sekolahnya. Dia juga menggunakan bandana hitam pemberian sahabatnya--Dinda.
"Shirra, itu seragam baru kamu?" tanya Chasper saat melihat penampilan Shirra dari atas hingga bawah.
"Iya, gimana? Bagus, kan?" Shirra memutar tubuhnya untuk memperlihatkan seragam barunya kepada Chasper.
Chasper mengangguk, "Iya, bagus. Aku juga pingin ikut ke sekolah ya!" pintanya memelas.
Shirra tentu saja menggeleng, "Enggak! Kamu gak boleh ikut, nanti malah ribut sama hantu-hantu yang ada di sana lagi."
"Ya udah deh, aku gak ikut, tapi pulang bawa makanan ya!"
"Iya," Shirra berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga. Tentu saja Chasper mengikutinya dari belakang.
"Pagi, Bibi," sapa Shirra ketika sudah menuruni anak tangga. Dia melihat Rina sedang menyiapkan sarapan, sedangkan Chasper sudah mencomot makanan dan memakannya.
"Pagi, Ra. Ayo sarapan dulu!"
Shirra mengangguk dan mulai memakan sarapannya bersama dengan Rina. Tidak ada percakapan apapun saat makan, karena mereka fokus menghabiskan makanan masing-masing.
"Ra, sekarang hari pertama kamu sekolah di Jakarta. Gimana? Kamu gugup gak?" tanya Rina memulai percakapan setelah menghabiskan sarapannya.
"Enggak, Bi. Shirra gak gugup, malah Shirra gak sabar mau ketemu sama temen-temen baru," Shirra menjawab setelah menghabiskan sarapannya juga.
Rina mangut-mangut. "Bagus deh kalau gitu,"
Begitu selesai menghabiskan sarapan, Shirra segera berangkat ke sekolah diantar Rina yang juga akan berangkat kerja. Tidak lupa, dia juga berpamitan kepada sahabat hantunya.
"Chasper, aku pergi dulu ya. Kalau ada maling jailin aja, aku gak larang kok." pamit Shirra kepada teman hantunya itu.
Chasper mengangguk, "Siap, kapten."
"Ra, si Chasper gak akan ngapa-ngapain barang Bibi, kan?" tanya Rani setengah berbisik. Dia sudah tau tentang teman hantu keponakannya ini.
Shirra terkekeh, "Tenang aja, Bi. Chasper gak akan nyuri apapun yang ada di rumah ini,"
Rina hanya mengangguk dan pergi keluar untuk mengambil mobilnya. Shirra menyusul karena dia harus mengunci rumah bibinya sekaligus Chasper yang berada di dalamnya.
Chasper memandang malas Rani. Enak saja hantu selucu dirinya di sebut maling. Padahal dia sangat berbeda dengan si botak putih yang suka mencuri itu.
Rina dan Shirra pergi menuju sekolah baru yang akan menjadi tempat belajar untuk Shirra. SMA Pelita Bangsa, sekolah swasta yang sangat terkenal di kota Jakarta.
"Udah sampai, Ra. Kamu gak apa-apa masuk sendiri? Nanti Bibi jemput," ucap Rani begitu mobilnya berhenti tepat di depan gerbang SMA Pelita Bangsa.
"Iya, gak apa-apa, Bi. Kalau gitu, Shirra turun ya, Bi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Horror(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...