Halo, Call me Rein.
Emot hujannya jangan lupa!
Selamat membaca🤗
.
.
.Begitu bel pulang berbunyi, Putra pergi ke luar kelas sendirian meninggalkan Arga sendirian di dalam kelas. Sebenarnya, Arga berniat menyusul dan memarahi sahabatnya itu, tetapi tiba-tiba saja dia kebelet dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke toilet.
Selesai buang air, Arga malah mendengar suara tangisan di dekat toilet. Dengan takut-takut, dia menghampiri asal suara tangisan itu.
Suara tangisan itu semakin terdengar jelas, membuat Arga semakin ketakutan. Ingin berbalik dan pergi, tetapi dia penasaran.
"Astagfirullah. Lo ngagetin aja cil," pekik Arga tersentak melihat hantu anak kecil yang tadi mengikuti Pak Deni, sekarang berada di didepan toilet laki-laki.
Mendengar suara Arga, hantu anak kecil itu berhenti menangis dan menatapnya.
Arga tentu saja ketar ketir dan merasa merinding di tatap hantu anak kecil itu. Diam-diam, dia merapatkan ayat suci Al-Qur'an di dalam hatinya."Aku pingin main!" teriak anak kecil itu menatap tajam ke arah Arga.
"Mau main apa? Setan emangnya bisa main apa?" tanya Arga dengan konyolnya kepada hantu anak kecil itu.
"Pingin main!" teriak hantu anak kecil itu yang kini melompat kegirangan.
"Ya udah. Kita main motor-motoran aja ya, tapi cuman sebentar. Keliling sekolah aja.” Arga mencoba bernegosiasi dengan hantu anak kecil itu, karena sebenarnya dia bingung mau main apa.
Hantu anak kecil itu mengangguk lalu tersenyum, "Ayo, main!"
"Iya iya, lo ikutin gue ya, Cil! Jangan kemana-mana, tapi kalau mau pergi juga boleh kok." Arga terkekeh kecil setelah mengatakan itu.
Arga dan hantu anak kecil tadi akhirnya berjalan menuju parkiran. Mereka sama-sama menaiki motor milik Arga, lalu melaju mengelilingi sekolah SMA Pelita Bangsa.
"Cil, lo mati di sekolah ini?" tanya Arga seraya melahirkan motornya. Dia cukup penasaran dengan sosok hantu anak kecil di belakangnya.
"Iya," balas hantu anak kecil itu singkat.
"Terus kenapa lo ngikutin Pak Deni?" tanya Arga sedikit berteriak. Orang yang melihat pasti akan menganggapnya gila sekarang.
"Om Deni orang baik. Dia yang nyelametin aku pas kecelakaan. Jadi, aku mau sama dia," hantu anak kecil itu menjelaskan dengan nada sedih.
"Oh, lo mati karena kecelakaan?" Arga manggut-manggut. Tidak sengaja, dia melihat Shirra berdiri di depan gerbang, sedang menunggu kendaraan umum. Mulailah ide modusnya untuk mengajak Shirra pulang bersama.
"Cil, kita udahan ya main motor-motorannya. Gue mau samperin cewe gue dulu," ucap Arga mulai melajukan motornya mendekati tempat Shirra.
Tin! Tin! Tin!
Shirra sontak menoleh ke belakang dan Arga langsung memajukan motornya hingga berhenti tepat di hadapan gadis itu.
"Shir, ayo naik! Biar gue anter pulang. Lo gak di jemput sama bibi lo, kan?" Arga mengajak Shirra untuk pulang bersama.
"Kamu ngajakin aku pulang bareng?" tunjuk Shirra pada dirinya sendiri.
"Ya iya ke elo, masa ke hantu yang ada di belakang lo sih." kata Arga melirik ke arah belakang Shirra.
Shirra langsung menengok ke arah belakang, kemudian menggeleng, "Di belakang aku gak ada hantu, tapi di belakang kamu ada hantu."
Arga seketika mengangguk paham. Dia memang sengaja berkata seperti tadi, agar yakin kalau Shirra memang benar-benar bisa melihat hantu.
"Ternyata lo juga bisa ngeliat mereka?"
"Mereka?" ulang Shirra tidak mengerti.
"Iya, mereka. Contohnya nih bocil di belakang gue," ucap Arga melirik ke arah hantu anak kecil yang duduk di jok motornya.
"Cil, lo turun ya. Main motor-motorannya udah selesai," lanjut Arga seraya menggoyang-goyangkan motornya.
Meski sebenarnya masih ingin bermain lagi, hantu anak kecil itu menurut. Dia turun dari motor Arga kemudian menghilang.
"Tuh setan emang gak pernah diajarin berterima kasih. Main ilang-ilangan aja," kesal Arga karena hantu anak kecil tadi menghilang tanpa mengucapkan terima kasih.
"Kamu juga bisa lihat dia?" tanya Shirra tidak percaya.
Arga mengangguk, "Iya, kita punya kelebihan yang sama. Bisa ngelihat setan,"
"Kamu kok bisa tau kalau aku bisa lihat hantu?" tanya Shirra yang masih bingung. Bagaimana bisa lelaki di depannya mengetahui salah satu kelebihannya.
"Soalnya waktu diskusi tadi, gue ngelihat lo liatin terus arwahnya Alya. Gue langsung tebak kalau lo bisa lihat hantu," kata Arga menjelaskan.
"Arwah Alya?" beo Shirra masih berusaha mencerna.
"Iya, arwahnya si Alya. Dia tadi ada di sebelah Shella," Arga membalas santai. Masih setia duduk di atas motornya.
"Ternyata emang Alya," gumam Shirra pada dirinya sendiri.
"Ayo, gue anterin pulang. Sekalian kita bicarain masalah Shella dan arwahnya Alya di rumah lo. Banyak hal yang perlu lo tau soal mereka," ajak Arga berusaha untuk membuat alibi.
Shirra mengangguk setuju, "Oke, aku naik ya."
____
Hola ketemu lagi. Gimana kabarnya Poo? Gimana ceritanya bagus gak? Kalau gak bagus ya gak apa-apa😌
Maaf ya typo bertebaran dimana-mana.
Jangan lupa vote dan komen💕
Karena satu vote dari kalian itu sangat berarti dan juga gratis💖😁
Follow akun wp aku biar kalian gak ketinggalan kalau nanti aku mau up.
Sampai jumpa di part selanjutnya see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Horor(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...