Halo, call me Rein.
Jangan lupa Spam emot hujan.
Selamat membaca🤗
.
.
.Shirra berusaha mengejar Shella yang terus berlari semakin menjauh. Perasaannya benar-benar tidak baik, jangan sampai semuanya terulang lagi. Asap keputus-asaan itu telah memakan banyak korban.
"Shella!" teriak Shirra, tetapi Shella tidak mempedulikannya dan terus berlari.
"Shella, tunggu! Jangan pedulikan mereka--" Shirra berhenti mendadak ketika tanpa sengaja menabrak seorang siswa dan membuatnya terjatuh.
"Maaf ya, aku gak sengaja. Shella, tunggu!" Shirra kembali berlari mengejar Shella yang pergi menuju Rooftop sekolah.
"Eh, main tinggalin aja. Setidaknya bantuin gue berdiri kek," keluh siswa yang jatuh karena Shirra. Dia sengaja berteriak untuk menyindir gadis itu, tetapi sepertinya percuma saja.
"Gak punya sopan santun emang tuh anak," Arga berusaha untuk bangkit sendiri. Matanya menangkap sebuah gawai yang terjatuh. Dia langsung mengambil gawai itu. Bisa dipastikan bahwa gawai yang berada di tangannya sekarang milik siswi yang menabraknya tadi.
"Udah gak punya sopan santun, ceroboh lagi. Benar-benar murid tidak patut di contoh," gumam Arga menatap gawai di tangannya seraya geleng-geleng kepala.
"Entar deh, gue balikin kalau ketemu lagi sama dia," lanjutnya memasukkan gawai itu ke dalam sakunya dan pergi menuju kelasnya.Sementara itu, di Rooftop sekolah SMA Pelita Bangsa. Kedua siswi yang tadi sempat berlarian kini saling berdiri berhadapan. Salah satu siswi itu berdiri tepat di pinggir pembatas, dia sudah bersiap untuk melompat.
"Shel, aku mohon jangan lompat! Mereka gak tau apa-apa. Jangan pedulikan mereka. Aku percaya! Aku percaya sama kamu, Shella." Shirra memohon dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Dia tidak mau melihatnya lagi. Seseorang bunuh diri karena asap keputus-asaan.
"Apa? Apa yang lo percayain dari gue? Kenapa lo percaya sama gue?" teriak masih setia berdiri di tempatnya. Dia benar-benar siap untuk melompat.
"Aku percaya kamu bukan pembunuh. Aku percaya kamu gak sejahat itu dan aku yakin kalau kamu gak seperti apa yang mereka pikirkan,"
Shirra perlahan berjalan mendekat ke arah Shella, "Jadi, jangan putus asa! Lanjutkan hidup kamu. Buktikan kalau mereka semua salah. Aku akan membantu kamu menemukan kebenarannya,"
"Kita cari kebenarannya sama-sama," ucap Shirra seraya menggenggam kedua tangan Shella, lalu menariknya ke bawah dan memeluknya.
"Kamu jangan putus asa! Aku pasti bantu kamu. Aku juga mau jadi teman kamu," Shirra mengusap lembut punggung Shella untuk memenangkannya. Air matanya masih terus terjatuh.
"Kamu mau bantu aku? Bener, kan? Kamu juga mau berteman sama aku?" tanya Shella yang sepertinya sudah mulai tersadar.
Shirra langsung mengangguk tanpa ragu, "Iya, aku pasti bantu kamu dan aku juga mau jadi teman kamu. Kita berteman sekarang,"
"Makasih, Shirra. Makasih, karena kamu mau bantu aku dan jadi teman aku," Shella akhirnya ikut menangis dan membalas pelukan Shirra.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Terror(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...