Halo, Call me Rein.
Emot hujannya jangan lupa!
Selamat membaca🤗
.
.
.
Letta berada di sebuah gudang. Entah kenapa dia bisa berada di sini. Dia sendiri kebingungan, karena seingatnya tidak pernah datang ke tempat ini. Akan tetapi, dia memilih untuk melangkah masuk karena penasaran.
Gelap gulita, itu yang pertama kali terlihat ketika kakinya melangkah masuk ke dalam. Tidak ada cahaya sama sekali, tetapi kemudian muncul sebuah cahaya. Dengan perasaan takut, dia mendekati cahaya itu. Dia langsung terkejut karena setelah mengikuti cahaya itu, dia melihat Alya terbaring lemah dengan darah yang terus mengalir.
Letta langsung menutup mulutnya tidak percaya dan menangis, "Maafin gue, Ya ..."
Bukannya terharu karena mendengar tangisan Letta, Alya malah menatap murka gadis itu dan bangkit. Seketika, dia berubah menjadi sosok yang sangat mengerikan. Rambut panjang terurai menutupi kakinya, baju putih terdapat banyak noda darah, wajahnya yang putih pucat serta senyumannya yang menakutkan.
Alya langsung melayang menghampiri Letta dengan penampilan yang menakutkan. Dia sangat marah kepada Letta. Begitu sudah berhadapan, dia langsung mencekik leher Letta sekuat mungkin.
"Pembunuh harus mati!" teriaknya di hadapan Letta.
Letta meringis kesakitan dan langsung terbangun dari tidurnya dengan napas memburu. Detak jantungnya berdetak cepat, keringat dingin bercucuran dan badannya gemetar hebat. Mimpinya tadi sungguh terasa sangat nyata.
Saat menyadari itu adalah mimpi, dia langsung menangis sejadi-jadinya. Sungguh, dia merasa sangat bersalah dan menyesal sekarang.
"Alya ..."
"Maafin gue, Ya. Maafin gue. Gue bakal menanggung akibatnya, gue janji." Letta terus terisak mengucap kata maaf kepada Alya. Dia benar-benar menyesal. Mulai hari ini, dia akan menanggung akibatnya. Apapun itu.
____
Pagi ini terlihat sangat cerah, secerah hati Shirra yang akan pergi ke sekolah. Hari ini, dia dan ketiga sahabatnya akan mencari sebuah petunjuk kematian Alya di gudang sekolah. Semoga saja mereka bisa mendapat sebuah petunjuk di sana. Mereka juga akan kembali membaca buku rahasia Letta yang belum sepenuhnya selesai terbaca.
Shirra sudah siap dengan seragamnya. Dia juga memakai bedak tipis dan lipbam untuk penampilan wajahnya. Setelah siap, dia turun untuk sarapan bersama bibinya. Hari ini, Rina tidak bekerja. Jadi, bibinya bisa mengantar ya ke sekolah.
Chasper belum muncul-muncul sejak tadi. Entah kenapa? Mungkin, dia masih merajuk karena Shirra tidak memperbolehkannya ikut dalam misi mencari petunjuk di gudang. Tidak masalah, nanti juga hantu kecil itu pasti balik sendiri.
"Pagi, Bi. Hari ini Bibi libur, kan?" tanya Shirra memastikan.
Rina mengangguk seraya menyodorkan piring kepada Shirra. "Iya, Ra. Makanya, Bibi bisa nganter kamu ke sekolah,"
"Oke,"
"Kita sarapan dulu baru berangkat ke sekolah!" Rina duduk di kursi yang ada di sana setelah menyiapkan sarapannya.
Mereka mulai sarapan dan pergi menuju sekolah SMA Pelita Bangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Horror(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...