Halo, Call me Rein.
Jangan lupa emot hujan!
Selamat membaca🤗
.
.
.Pagi hari ini, Shirra pergi ke sekolah dengan perasaan cemas dan khawatir. Semalam Chasper tidak datang dan memberikan informasi apapun. Itu tandanya Chasper masih berada di rumah Letta. Semoga hantu itu baik-baik saja di sana.
Sudah dua hari ini juga, arwah Alya tidak muncul dan mengganggunya. Entah kenapa? Padahal sebelumnya, dia yang paling semangat untuk mencari pelaku pembunuhnya.
Shirra pergi ke sekolah menggunakan ojek, karena Rina sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali. Begitu sampai di halaman sekolah, dia langsung turun dan berlari kecil menuju kelasnya.
Bruk!
Tanpa sengaja, Shirra menabrak seseorang dan membuatnya terjatuh. Buru-buru dia bangkit berdiri.
"Ma-maaf ya, Kak. Tadi aku gak sengaja," Shirra menunduk untuk meminta maaf.
"Iya, gak pa-pa, tapi lainkali lo harus hati-hati ya." ucap Kakak kelas itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Shirra yang terdiam.
Shirra menatap sedih punggung Kakak kelas itu, karena dia melihat asap keputus-asaan mengelilingi Kakak kelasnya itu.
"Kakak pasti bisa. Jangan menyerah!" gumam Shirra mencoba menyemangati Kakak kelasnya tadi. Ya, meskipun percuma karena tidak terdengar.
"Ra, kamu kok malah di sini? Hayu ke kelas," Shella tiba-tiba menghampiri Shirra yang hanya berdiam diri.
"Tadi, aku gak sengaja nabrak Kakak kelas," ujar Shirra memberitahu.
"Siapa?" tanya Shella penasaran.
"Itu yang pakai Almameter OSIS," Shirra menunjuk ke arah Kakak kelas yang memakai almameter OSIS.
"Oh itu, namanya Kak Doni. Dia kelas 12, ketua OSIS SMA Pelita Bangsa."
Shirra hanya mengangguk saja."Ayo, kita masuk ke kelas!" Shella menarik tangan Shirra dan membawanya pergi ke kelas.
"Jadi, gimana? Udah ada informasi dari Chasper belum?" tanya Shella penasaran. Saat ini, mereka sudah berada di dalam kelas dan duduk berdampingan.
Shirra menggeleng, "Belum, kemarin Chasper gak pulang. Berarti dia nginep di rumah Letta,"
"Letta udah datang belum?" tanyanya kemudian.
"Kayaknya sih belum. Soalnya, biasanya dia dateng pas udah mau bel," balas Shella menatap pintu kelasnya.
"Kalau Putra sama Arga udah datang belum?" tanya Shirra lagi.
"Belum, kayaknya mereka bakalan telat deh,"
Shirra menyerngitkan "Biasanya, Putra berangkatnya bareng kamu, kan?"
"Itu kadang-kadang. Kalau dia bangunnya pagi, tapi seringnya sih kesiangan." balas Shella malas mengingat Putra yang selalu bangun kesiangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Horror(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...