👻Three👻

360 92 11
                                    

Halo, call me Rein.

Emot hujannya mana!

Selamat membaca🤗

.
.
.

Arga sampai di halaman rumahnya yang desainnya sedikit kuno dan menakutkan. Wajar, karena rumahnya adalah rumah paranormal. Perlu kalian ketahui, kalau kedua orang tua Arga itu paranormal, makanya dia bisa melihat hantu sejak masih kecil. Ayahnya Arga meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan dan membuat ibunya tidak lagi bekerja sebagai paranormal. Akan tetapi, tetap saja hawa-hawa mistis dan barang-barang unik masih tersimpan di rumahnya.

"Assalamualai-astagfirullah," belum sempat Arga mengucapkan salam, dia di kejutkan oleh sosok hantu perempuan. Hantu itu menghadap terbalik sambil menjulurkan lidahnya dan melototkan matanya, menatap Arga yang akan masuk mengucap salam.

"Lo bisa gak sih, jangan ngagetin, tan." keluhnya, lalu masuk ke dalam. Lagi-lagi, dia di kejutkan oleh hantu wanita muka hancur yang sedang duduk di atas meja sambil menatapnya tajam.

"Astagfirullah, lo juga ngagetin aja. Untung gue gak jantungan," Arga memegangi dadanya. Pulang ke rumah, bukannya di sambut oleh keluarga, dia malah di sambut hantu.

"Arga, kamu udah pulang, Nak." Rita menghampiri putranya karena mendengar suara ribut.

Arga langsung menyalimi tangan Rita, "Iya, Bunda,"

"Bun, kenapa sih Bunda gak ngusir mereka aja? Atau kalau perlu, kita pindah rumah aja ya?" Pintanya mengadu sambil menunjuk-nunjuk hantu yang tadi mengagetkannya.

"Iya, sayang. Bunda pasti usir mereka, tapi mereka gak akan pergi gitu aja. Kamu gak usah takut ya! Kalau kamu gak ganggu mereka, mereka juga gak akan ganggu kamu," Rita berusaha menjelaskan supaya putranya bisa mengerti. "Bunda juga gak mau pindah. Di sini banyak kenangan kita sama Ayah kamu,"

"Iya, deh, Bun. Arga masuk ke kamar dulu, mau ganti baju." Arga hanya bisa mengalah kepada bundanya.

Rita mengusap lembut rambut putranya, "Iya, sayang. Nanti kalau udah ganti baju, kamu turun ya! Makan sama Bunda,"

"Siap, Ibu negara."

Arga berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Tidak lupa, dia juga mendelik sinis ke arah hantu-hantu yang mengagetkannya tadi.

Rita hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Dia juga merasa bersalah karena putranya harus setiap hari melihat hantu, tetapi apa daya. Dia tidak bisa mencegahnya.

"Maafin, Bunda, Ga." lirih Rita menatap kepergian putranya, kemudian berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makanan.

Arga masuk ke kamarnya dan langsung menutup pintunya. Tenang saja, kamarnya bersih dari hantu-hantu. Tidak ada hantu yang berada di kamarnya, meski banyak hantu di rumahnya. Arga sangat menjaga kamarnya agar tidak di masuki para hantu yang berada di rumahnya.

Dia menempelkan kertas ayat kursi di pintu kamarnya dan juga banyak ayat-ayat suci al-quran yang dia tempel di dinding kamarnya. Jadi, hantu-hantu itu takut dan tidak berani masuk ke dalam kamarnya.

"Cape banget, tuh setan mukanya nyeremin amat. Mana pake ngagetin segala lagi," gumam Arga yang masih kesal dengan hantu yang tadi mengagetkannya.

"Bentar lagi, gue juga harus turun buat makan sama Bunda." keluhnya seraya tidur telentang. Sebenarnya, dia tidak mau makan di bawah. Bayangkan saja, banyak hantu-hantu seram dan menjijikan yang membuatnya malas makan dan hampir muntah. Kalau saja, dia tidak menghormati bundanya, bisa di pastikan dia tidak akan pernah mau turun ke bawah. Apalagi untuk makan bersama para hantu.

Arga segera mengganti bajunya dan turun ke bawah untuk makan bersama Bunda tercintanya--juga para hantu yang berada di rumahnya.

____

"Assalamualaikum," ucap Rina dan Shirra bersamaan begitu membuka pintu rumah.

"Chasper, aku pulang bawa makanan nih," teriak Shirra setelah masuk ke dalam rumah mencari keberadaan sahabat hantunya itu.

"Si Chaspernya gak ada kali, lagi nyopet," sahut Rina yang langsung duduk di sofa ruang tamu.

"Ada kok, Bi. Dia cuman lagi ngumpet aja,"

Tiba-tiba saja, Chasper muncul di hadapan Shirra dengan cengiran lebar. "Hai, Shirra, kamu udah pulang. Aku udah nungguin loh dari tadi. Kamu bawa apa?"

"Aku bawa seblak buat kamu," Shirra menyodorkan plastik yang isinya seblak kepada Chasper. Mungkin orang normal yang melihatnya, akan menyangka kalau Shirra memberikan plastik itu kepada angin.

"Seblak itu apa?" tanya Chasper menatap plastik itu kebingungan.

"Makanan Khas Sunda. Enak tau, cobain deh," Shirra semakin menyodorkan plastik itu kepada Chasper.

"Oke, aku cobain deh." Chasper menggunakan kekuatannya untuk memakan makanan yang di berikan oleh Shirra. Kedua matanya langsung membulat seketika.

"Huaa ... Pedes banget. Kamu ngasih makanan kok pedes gini sih?" teriak Chasper lalu menghilang begitu saja.
Shirra tertawa ketika melihat Chasper yang kepedasan. Dia sangat puas mengerjai Chasper.

Rina hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah keponakannya yang seperti bicara sendiri. Tenang saja, dia tidak akan menganggap Shirra gila, karena tau kelebihan yang gadis itu punya. Namun, anehnya saat Shirra menyodorkan plastik seblaknya, tiba-tiba plastik itu menghilang. Tidak mau ambil pusing, dia memilih untuk menyalakan televisi.

____

Hola ketemu lagi. Gimana kabarnya Poo?
Maaf ya typo bertebaran dimana-mana.

Jangan lupa vote dan komen💕

Karena satu vote dari kalian itu sangat berarti dan juga gratis💖😁

Sampai jumpa di part selanjutnya see you.

The Smoke of Despair (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang