Halo, Call me Rein.
Emot hujan!
Selamat membaca🤗
.
.
."Ini, sebuah kalung." Shirra menunjukkan kalung berbentuk hati dengan huruf D di tengahnya.
"Wah, bagus. Ini bisa jadi petunjuk," pekik Shella kegirangan.
Putra juga terlihat sangat senang, "Iya, siapa tau yang punya kalung ini adalah orang yang udah ngebunuh Alya."
Arga mengangguk setuju, "Bisa jadi,"
"Iya, tapi kita jangan nuduh sembarangan. Siapa tau ini punya orang lain. Lebih baik kita simpan aja. Semoga ini bisa jadi bukti,"
Arga, Shella dan Putra mengangguk setuju dengan yang ucapan Shirra.
Shirra memasukkan kalung itu ke dalam plastik dan memasukannya lagi ke dalam tasnya. Dia sudah seperti Detektif saja meski abal-abal.
"Jadi, gimana nih? Kita cari lagi petunjuknya atau mau berhenti dan pulang aja?" tanya Putra meminta pendapat.
Shirra berpikir sejenak, "Mending, kita cari lagi petunjuknya. Siapa tau masih ada petunjuk lain. Kalau udah cari ke semua tempat, tapi tetap gak ada. Kita pulang aja, gimana?" usulnya.
Akhirnya, mereka berempat setuju dan mulai mencari lagi. Siapa tau masih ada petunjuk lain yang tersembunyi. Kali ini, mereka benar-benar berpencar. Tidak ada yang berduaan dan mengobrol. Mereka fokus mencari bukti dan petunjuk lain di gudang itu.
Namun, hasilnya nihil. Mereka tidak menemukan apa-apa, selain kalung yang tadi Shirra temukan.
"Hah! Gue gak nemu apa-apa. Hasilnya nihil. Gue malah ketemu sama kunti yang kagak ada akhlak," ucap Arga memberitahu dengan napas tersenggal.
Tadi, di saat Arga sedang fokus mencari bukti dan petunjuk, tiba-tiba saja muncul kuntilanak di depannya. Tentu saja, Arga terkejut setengah mati dan kuntilanak itu malah tertawa.
"Hihihi ... Kamu mau cari apa?"
Bukannya menjawab, Arga malah mengejek kuntilanak itu. "Lo kalau mau muncul, bilang-bilang dong. Jangan ngagetin! Dasar Kunti, bisanya cuman ngagetin, ketawa-ketiwi terus nangis."
Mbak kuntilanak tentu merasa marah dan tidak terima. Dia menatap Arga dengan aura kemarahan. Matanya melotot marah, kuntilanak itu terbang melayang mengejar Arga yang kini berlari.
"Masih mending gue kunti, daripada lo. Dasar manusia gak waras," teriak kuntilanak itu terus melayang mengejar Arga.
Arga tentu saja berlari sekuat tenaga sembari mengumpat kuntilanak itu. Bisa-bisanya, dia di sebut tidak waras oleh kuntilanak itu. Emang kuntilanak gak ada akhlak. Dia terus berlari menghampiri tempat di mana sahabat-sahabatnya berada. Untungnya, kuntilanak tadi sudah menghilang begitu dia menemukan Shirra, Shella dan Putra.
Bukannya merasa kasihan mendengar cerita Arga, ketiga sahabatnya malah tertawa puas.
"Bisa-bisanya, lo dikatain sama kunti gak waras," ejek Putra sambil terus tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Horror(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...