👻Eight👻

294 64 11
                                    

Halo, Call me Rein.

Jangan lupa emot hujan!

Selamat membaca🤗

.
.
.


Motor Arga melaju meninggalkan sekolah yang belum benar-benar sepi untuk membelah jalanan kota Jakarta yang padat. Mungkin tidak terlalu padat, karena sepertinya hujan akan turun.

"Aku beneran gak nyangka kalau kamu bisa lihat hantu juga," ujar Shirra memberitahu isi hatinya.

"Kenapa gak nyangka? Semua orang bisa aja lihat hantu," balas Arga dengan sedikit berteriak.

"Ya, aku gak nyangka aja."

"Hah? Nangka? Lo mau makan nangka?" teriak Arga yang telinganya mendadak budek karena helm dan suara bising jalanan.

"Nangka?" beo Shirra kebingungan. Sejak kapan dia kepingin makan nangka?

"Kenapa lo kepingin nangka? Ngidam lo?" tanya Arga penasaran.

"Enggak. Aku gak kepingin makan nangka," Shirra menjadi kebingungan sendiri. Kenapa dia di tuduh ingin makan nangka.

"Pinguin? Lo pingin lihat penguin?" tanya Arga mulai ngaco lagi. Telinganya bener-bener tidak bisa mendengar dengan jelas sekarang.

"Gak," balas Shirra kesal. Apa-apaan, tadi di tuduh mau makan nangka dan sekarang pinguin.

"Tadi lo bilang," Arga kini menjadi linglung. Apalagi, telinganya masih tidak dapat mendengar dengan jelas.

"Perasaan gak bilang apa-apa," Shirra berteriak kesal.

Mereka akhirnya terdiam sejenak. Ketika motor berhenti di lampu merah, Arga kembali bertanya.

"Gue lupa nanya. Alamat rumah lo itu di mana?"

Shirra menghela napasnya, lalu mulai berteriak. "DI JALAN ADIPURA NO 17,"

"Oke," Arga melajukan motornya kembali saat melihat lampunya berubah menjadi warna hijau.

____

"Shel, lo kenapa gak pernah cerita sama gue?" tanya Putra lembut. Dia menautkan jemarinya dengan jemari milik Shella. Mereka sedang berada di sebuah taman untuk berbicara berdua.

"Maaf, Put. Gue cuman gak mau ngerepotin lo," Shella menundukkan kepalanya. Dia benar-benar merasa bersalah sekarang.

"Gue itu pacar lo. Gue berhak tau dong apapun masalah lo," ujar Putra berusaha terdengar selembut mungkin. Jelas terlihat raut kekecewaan di wajahnya.

"Iya, Put. Gue minta maaf, gak akan ngulang lagi." lirih Shella yang masih setia menunduk.

Putra menghembuskan napasnya, "Oke, tapi lain kali lo janji harus cerita apapun sama gue."

Shella mengangguk dan perlahan mendongak, "Iya, pasti. Makasih ya,"
Putra hanya mengangguk saja, "Lo diapain aja sama mereka? Mereka gak sampai nyakitin lo, kan?" tanyanya kemudian.

The Smoke of Despair (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang