Halo, Call me Rein.
Emot hujan di sini!
Selamat membaca🤗
.
.
.Sekarang, mereka semua sudah tau kalau Kak Doni orang yang menusuk Alya, tetapi mereka belum punya cukup bukti untuk menangkapnya. Jika hanya sebuah pengakuan dari secarik kertas saja tidak akan cukup sebagai bukti.
Alya masih belum bisa percaya kalau Kakak tirinya yang sudah membunuhnya. Dia terus berusaha untuk mengelaknya. Tidak mungkin.
"Gak. Gak mungkin. Gak mungkin Kak Doni yang udah ngebunuh gue. Kalian salah. Gue yakin bukan dia pembunuhnya," elak Alya berusaha untuk menyangkal jika Doni pembunuhnya.
"Tenang, Alya. Buktinya mengarah ke Kak Doni. Memang belum cukup membuktikan, tapi kita juga harus cari tau yang sebenarnya," Shirra berusaha untuk menenangkan Alya. Bagaimana pun juga ini semua masih mengejutkan untuk mereka semua.
Arga mengangguk. Dia juga masih belum sepenuhnya percaya. "Iya, Al. Meskipun, emang Kak Doni yang ngebunuh lo. Lo harus bisa nerima itu,"
Melihat Arga dan Shirra seperti menatap sendu seseorang, membuat Shella dan Putra menjadi kebingungan dan penasaran.
"Kalian kenapa sih?" tanya Putra sudah sangat penasaran.Arga beralih menatap Putra. "Alya, dia masih belum percaya kalau Kak Doni yang udah ngebunuh dia."
"Gue yakin bukan Kak Doni. Jelas-jelas, setiap hari dia datang ke kuburan gue. Di sana dia selalu nangis setiap hari dan bilang menyes-" ucapan Alya tiba-tiba terhenti ketika arwah itu teringat sesuatu.
"Itu berarti, dia menyesal karena udah ngebunuh lo," ujar Arga tanpa rasa bersalahmya dan langsung mendapat cubitan dari Shirra.Alya juga langsung menatap tajam Arga dan mengambil kalung yang Shirra pegang. Stelah itu, dia menghilang begitu saja.
Shirra tentu terkejut karena kejadian itu terjadi secepat kilat, "Kalungnya ..."
Arga menghela napasnya dan berbisik. "Gak pa-pa, Shir. Bisrin aja dia ambil Kalungnya. Itu emang punya dia,"
Shirra hanya bisa mengangguk pasrah saja mendengar perkataan Arga.
"Gue juga gak nyangka kalau ketua OSIS yang terkenal berwibawa itu sebenarnya pembunuh," gumam Putra tidak menyadari kalau kalung itu sudah di ambil oleh Alya.
"Tega banget dia bunuh adik tirinya sendiri. Dasar pecundang!" Shella ikut menimpali dengan kesal. Dia juga tidak menyadari kalau kalung itu sudah di ambil oleh Alya.
"Kalian jangan nuduh dia dulu. Bukti kita belum cukup untuk membuktikan kalau Kak Doni memang pembunuhnya," ucap Shirra berusaha berpikir logis. Jangan sampai mereka menuduh orang yang tidak bersalah.
"Ra, semua bukti udah mengarah ke dia dan itu gak bisa kita acuhin gitu aja," ucap Shella tidak habis pikir dengan Shirra yang masih membela Doni.
Putra mengangguk. Menyetujui ucapan kekasihnya. "Iya, gue setuju sama Shella. Kita harus bikin Doni tanggung jawab atas apa yang dia lakuin,"
"Tapi--" belum sempat Shirra menyelesaikan ucapannya, Shella langsung memotongnya.
"Kita bahas itu nanti. Gue mau pulang aja sekarang. Ayo, Put!" sela Shella menarik Putra untuk segera pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Horror(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...