Halo, Call me Rein.
Emot hujannya dong!
Selamat membaca🤗
.
.
.Mereka berdiskusi panjang lebar terkait masalah Shella dan rencana untuk menemukan pelaku pembunuh Alya sebenarnya. Mereka berempat langsung masuk ke kelas masing-masing, karena takut orang-orang akan mengetahui rencana mereka. Ya, sebenarnya bel masuk juga sudah berbunyi.
Selama berdiskusi, sosok hantu perempuan itu selalu berada di sebelah Shella dan memperhatikannya. Untung saja, sosok hantu itu tidak mengetahui kalau Shirra bisa melihatnya. Sosok hantu itu langsung menghilang saat bel masuk berbunyi.
Shirra sempat berpikir, apakah sosok hantu perempuan itu yang membisikinya saat di kelas tadi? Mungkinkah sosok hantu itu adalah Alya? Dia segera menepis semua pikirannya tentang sosok itu dan fokus pada rencana mengungkapkan siapa pembunuh Alya sebenarnya.
Namun, ketika Shirra dan Shella sedang berjalan menuju kelas, sosok hantu itu kembali muncul. Kali ini tepat di hadapan Shirra, membuatnya langsung terlonjak kaget dan berhenti berjalan.
"Astagfirullah," lirih Shirra terkejut ketika melihat sosok hantu di depannya. Meski tidak menakutkan seperti di mimpinya, tetapi tetap saja kehadirannya itu mengejutkan.
Shella tentu saja kebingungan ketika melihat Shirra berhenti berjalan dan bahkan beristigfar. "Ra, kamu kenapa?"
"Gak pa-pa, aku cuman kaget aja." ujar Shirra berusaha menenangkan dirinya.
Shella menyerngit bingung, "Kaget kenapa?"
"Aku juga gak tau, cuman kaget aja."
Shella hanya ber-oh ria saja. Sebenarnya, dia masih bingung dengan perkataan Shirra, tetapi dia tidak mau bertanya lagi.
Shirra mengangguk dan mulai berjalan lagi bersama Shella. Kali ini, ada sosok hantu yang mengikuti mereka dan itu cukup menganggu pikirannya.
"Gue udah tau kalau lo bisa lihat gue. Jangan pura-pura lagi!"
"Tolong cari tau siapa orang yang udah ngebunuh gue,"
"Lo harus bantu gue!"
"Shirra, itu nama lo, kan?"
"SHIRRA!" teriak sosok itu marah, karena sedari tadi Shirra mengacuhkannya.
Mau tidak mau, akhirnya Shirra berhenti melangkah. Jika hantu sudah marah, maka lingkungan di sekitarnya akan terkena imbasnya--dan dia tidak mau itu sampai terjadi.
"Iya," Shirra menjawab dengan singkat, padat dan jelas. Dia kembali berjalan lagi menuju kelasnya.
Untung saja, Shella tidak tau kalau Shirra sempat berhenti berjalan, karena dia berjalan lebih dulu dan Shirra mengikutinya dari belakang.
Sosok hantu itu tersenyum puas, lalu menghilang entah kemana dan itu membuat Shirra bisa bernapas lega.
Shirra dan Shella masuk ke dalam kelas dan mengikuti jam pelajaran. Selama pelajaran berlangsung, sosok tadi tidak lagi muncul secara mendadak dan itu sangat melegakan."Shel, daritadi aku penasaran. Sebenarnya Alya itu siapanya kamu?" tanya Shirra penasaran setelah selesai menulis.
"Alya itu sahabat aku dari kecil, Ra. Kita selalu bersama, tapi semenjak Ibu Alya nikah lagi, dia jadi gak mau main sama aku. Entah kenapa dia lebih memilih bergaul sama Mesya dan gengnya, tapi akhir-akhir ini Alya sering curhat ke aku tentang keluarga barunya. Tentang Ayah tirinya yang selalu nyakitin dia sama mamanya. Dia juga cerita kalau dia suka sama Kakak tririnya, makanya aku selalu datang ke rumahnya. Dia selalu minta aku datang ke rumahnya buat cerita, tapi kemarin dia malah nyuruh aku datang ke gudang." Shella berhenti sejenak dan tanpa sadar menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smoke of Despair (End)
Terror(Sudah selesai revisi!) Ashirra lenandra gadis berusia 17 tahun. Dia bisa melihat asap keputus-asaan, asap hitam yang menandakan seseorang putus asa dan akan bunuh diri. Shirra bersekolah di SMA PELITA BANGSA, sekolah barunya di Jakarta. Pertama kal...