👻Twenty two👻

181 31 0
                                    

Halo, Call me Rein.

Emot hujannya tolong!

Selamat membaca🤗

.
.
.

Shella terus saja terdiam sedari masuk ke kelas dan itu jelas membuat Shirra menjadi khawatir. Apakah Shella masih marah kepadanya karena kejadian kemarin?

"Shella, kamu marah ya sama aku?" tanya Shirra yang sudah tidak tahan dengan keterdiaman Shella.

"Gak,"

"Masa sih? Terus kenapa mukanya judes gitu?"

"Gak kenapa-kenapa,"

"Tuh, kan, gitu." Shirra kembali mengerucutkan bibirnya.

Shella menghembuskan napasnya pelan. "Aku gak marah kok, Ra. Aku cuman kecewa aja. Kenapa harus Kak Doni yang bunuh Alya?"

Shirra mulai melunak dan kembali menatap Shella. "Kita juga belum tau itu bener atau enggak, Shel. Nanti istirahat, kita ke ruang OSIS dan tanya langsung ke Kak Doni,"

"Assalamualaikum, ada yang kangen gak?" teriak Arga memberi salam dan masuk begitu saja.

"Ih, gak mau gak suka gelay." balas Putra dengan nada manja.

Melihat dua orang gila yang datang, Shirra dan Shella hanya bisa menghembuskan napas pasrah.

"Kalian udah gak waras ya?" tanya Shirra dengan wajah polosnya.

"Aduh, Shirra. Kamu gak boleh ngomong gitu. Entar akunya jadi sedih," ucap Arga pura-pura sedih.

"Huek," Jujur saja semua yang ada di sana ingin muntah saat mendengar nada itu.

Arga berdecak dan mulai serius. "Tentang masalah kemarin. Entar istirahat, kita harus ngelabrak dan tanya langsung ke Kak Doni!"

"Iya, kita juga harus bawa Letta. Biar dia jadi saksi," kata Shirra menimpali.

Putra langsung bertepuk tangan heboh. "Kok kalian bisa berpikiran bagus kayak gitu?"

Arga menepuk dadanya bangga. "Siapa dulu gitu lho,"

"Jadi, nanti gue sama Shirra ke ruang OSIS buat nemuin Kak Doni. Untuk kalian berdua, bawa si Letta ke ruang OSIS!" lanjutnya menjelaskan rencana.

Putra mengangguk setuju. "Oke, siap!"

Shella berdeham beberapa kali. "Gue sih setuju-setuju aja,"

"Nah, gitu dong. Kita itu harus saling kerja sama dan jangan marah-marahan," kata Arga berniat menyindir Shella.

"Jelas dong," Putra malah ikut membalas dengan polosnya.

Shirra sedikit terkekeh mendengar itu, "Iya,"

"Siapa juga yang marah?" ketus Shella seraya berdecak kesal.

____

"Kalian harus urus berkasnya! Jangan sampai ada yang tertunda. Harus di tuntaskan hari ini. Paham!" ujar Doni tegas. Hari ini, dia sedang melakukan rapat OSIS bersama para anggota lainnya.

"Paham," jawab semua orang yang ada di sana.

"Kalau gitu, kalian semua boleh keluar. Rapat hari ini sudah selesai,"
Doni mulai membereskan berkas-berkasnya.

Semua anggota yang ada di sana mengangguk lalu pergi keluar.

Doni masih duduk di kursinya sambil memijat pelipsnya. Sudah hampir 3 minggu dari kejadian itu, tetapi dia masih di hantui oleh penyesalan dan rasa bersalah.

The Smoke of Despair (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang