👻Ten👻

263 55 3
                                    

Halo, Call me Rein.

Emot hujan ya!

Selamat membaca🤗

.
.
.

Shirra, Shella, Arga dan Putra sudah siap untuk pergi ke gedung tua milik Ayah Letta. Oh iya, Chasper juga ikut karena dia terus-terusan merengek ke Shirra untuk ikut. Pada akhirnya, Shirra mengalah dan memilih untuk mengajaknya. Toh, Putra dan Shella juga tidak akan sadar kalau Shirra membawa Chasper.

"Lo bawa si tuyul ke sini juga?" bisik Arga bertanya dengan mata melirik ke arah Chasper.

"Iya, tapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya!" Shirra ikut berbisik dan memohon kepada Arga.

Arga hanya membalasnya dengan jempol dan telunjuk yang menyatu 'oke'.

"Kalian udah pada siap belum?" tanya Arga kepada semua yang ada di sana.

"Udah," jawab mereka semua kompak.

"Kalau gitu, mari kita berangkat." teriak Arga heboh berlari masuk ke dalam mobil Putra.

Mereka berempat--eh ralat berlima menaiki mobil putra menuju gedung tua milik ayahnya Letta. Gedung yang menyimpan sebuah buku petunjuk tentang pembunuhan Alya.

Perjalanan mereka cukup jauh, karena memang alamat gedung itu lumayan jauh dari sekolah. Akan tetapi, mereka cukup bersenang-senang sambil bercanda ria di dalam mobil. Terkadang, Arga bernyanyi dengan suara palesnya dan tetap percaya diri.

2 jam perjalanan yang mereka tempuh, akhirnya mobil  sampai di alamat yang di sebutkan Shirra--lebih tepatnya Alya.

"Udah sampai nih. Gedungnya ada di sana," Shirra menunjuk ke gedung yang di maksudnya.

Putra mengangguk, meski sebenarnya dia cukup takut ketika melihat gedung tua itu. "Mending kalian tunggu aja di sini sambil jagain mobil. Biar gue sama Arga yang masuk ke dalam. Iya, kan, Ga?"

Arga menghembuskan napasnya dan hanya bisa mengangguk saja, "Iya, biar kita aja yang masuk ke dalam. Kalian tunggu di sini!"

Shirra dan Shella mengangguk setuju.
Arga dan Putra turun dari mobil. Arga memberi kode kepada Chasper agar hantu itu ikut masuk juga.

Chasper menurut saja dan mengikuti kedua lelaki di depannya. Mereka bertiga mulai berjalan ke sebuah gedung kosong yang sangat tua dan tidak layak di tempati. Gedung itu sangat menyeramkan. Lebih menyeramkan daripada rumah Arga.

"Assalamualaikum, Nek, kek, Mbah, Nyai atau siapapun penjaga dan penghuni yang ada di sini. Saya tidak ingin mengganggu, saya cuman pingin masuk dan ngambil buku. Jadi, mohon jangan di ganggu ya!" Arga meminta izin dulu sebelum memasuki wilayah gedung menyeramkan itu.

Putra yang mendengar itu ikut minta izin." Iya, Nek, kek. Saya juga cuman nganter temen saya buat ambil bukunya. Jangan di ganggu ya!"

Arga dan Putra meneguk salivanya saat melihat gedung kosong yang tidak berpenghuni di depannya. Mereka berdua ingin masuk tetapi takut. Berbeda dengan kedua manusia itu, Chasper malah berdecak kagum melihat gedung tua itu.

"Put, gimana kalau kita suit aja. Siapa yang kalah dia masuk sendirian dan yang menang jaga diluar," Arga memberikan sebuah usulan agar tidak masuk ke dalam.

The Smoke of Despair (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang