003. Awal yang Baru (3)

10.2K 1.5K 121
                                    

Tapi, tunggu.

Apa pria ini sungguhan Ayahnya?

Ia bisa melihat para bawahan pria ini mengangguk puas mendengar seruannya tadi, serta Rosa yang tengah berusaha menahan haru. Sepertinya luka wanita itu tidak parah jika melihat perilakunya yang biasa saja.

Pucuk kepalanya diusak pelan. Wajah pria itu tetap tak menunjukkan perubahan. Tapi, Edeth bisa merasakan suasana di sekitarnya perlahan berubah. Jadi lebih ... ceria?

Tidak. Dia pasti gila mengatakan itu adalah suasana ceria. Lupakan.

Kuda kembali berjalan. Kali ini, kecepatannya normal. Woah, ini adalah pertama kalinya dia mengendarai kuda. Berhubung dulu dia selalu tinggal di kota, dan sangat jarang ada yang memelihara kuda, jadi dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk mencoba menaiki binatang ini.

Lagipula, tidak ada situasi menguntungkan yang mengharuskan dirinya berkuda. Yang ada, kalau dia nekat berkuda, dia akan mudah ditangkap oleh polisi setempat.

Sigh.

Hidup menjadi buronan memang melelahkan. Jadi, mari kita hidup sebagai orang biasa saja di kehidupan ini.

"Uriel!" Kedua tangan kecilnya menepuk-nepuk pelan leher kuda yang memiliki rambut lebih panjang.

"Apa?" Pria itu melirik.

Edeth menoleh menatapnya. Dahi mengerut. Dia tidak merasa tengah memanggil pria itu. Lalu, telunjuk kanan menunjuk kuda mereka, "Ini Uriel!"

Aura ceria(?) di sekitar Uriel menghilang. Manik merah menatap dingin. Kedua pipi Edeth ia tekan dengan satu tangan, "Namanya Rory. Aku Uriel."

Tch. Benar-benar tidak ada manis-manisnya.

Pegangan di pipi dilepas. Edeth mengusap kedua pipi putihnya yang mungkin memerah. Apa semua Ayah itu orang yang kaku? Sepertinya tidak. Seingatnya dulu, ada juga tipe Ayah yang konyol dan sebagainya. Tapi, salahnya juga sih karena seenaknya memberi nama kuda dengan nama Ayah sendiri.

Kemudian, kenapa pula si Uriel ini bisa tiba-tiba ada di sini? Setelah sekian lama, kenapa baru sekarang? Bersamaan dengan orang-orang itu pula. Edeth kira, jika memang Uriel belum mati seperti yang ia curigai, mungkin dia lupa bahwa dia masih memiliki anak. Tapi, melihat pria ini datang kepadanya setelah lima tahun, terlebih ketika ia dalam bahaya, mungkin selama ini dia tahu Edeth ada di mana, dan sengaja tidak menjemputnya.

Jika dipikir-pikir, dengan perkataan Rosa yang terdengar yakin ketika berucap, 'Master akan segera datang,' mungkin juga, selama ini mereka saling menghubungi satu sama lain.

Entahlah.

Edeth pusing. Dia juga mengantuk karena lelah berlarian dan bersembunyi. Tubuh bayi ini butuh istirahat yang banyak. Selain mengantuk, dia juga lapar. Haduh, banyak maunya sekali menjadi bayi.

Berat tubuh ia tumpukan sepenuhnya pada Uriel di belakang. Tangan besar milik pria itu beralih menutup kedua mata Edeth. Lalu, dia bisa mencium sesuatu. Bau mint yang segar. Seperti permen karet pedas tanpa rasa. Cukup aneh sebenarnya, karena ada bau seperti ini di tengah hutan. Tapi, sumber baunya berasal dari pergelangan tangan Uriel.

Parfum?

Ia menutup mata dibalik tangan besar tersebut. Bau mint milik Uriel malah membuatnya semakin mengantuk. Apalagi ditambah semilir angin yang menerpa tubuh.

Edeth memutuskan untuk tidur.

Walau sebenarnya itu bukanlah hal yang bijak. Dia tidak tahu apakah orang-orang ini baik atau tidak. Dia bahkan tidak tahu, apakah pria yang mengaku sebagai Uriel, sungguhan Uriel atau bukan. Walau Rosa tampak tenang dan menuruti si Uriel ini, bukan berarti tidak ada peluang bahwa wanita itu bisa dibohongi. Bagaimana jika di dunia ini ada suatu kemampuan untuk berkamuflase menjadi orang lain?

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang