014. Banquet (3)

6.4K 1.1K 99
                                    

Sesuai dengan apa yang sudah Edeth perkirakan, posisi Crown Prince jatuh ke tangan Alois.

Ia mengambil cream puffs yang tersusun rapi di atas meja, dan mulai menggigitnya. Para bangsawan lain tengah berbondong-bondong menemui Alois saat ini. Jadi, mungkin dia akan mendekati pria itu nanti. Atau dilain kesempatan jika malam ini sungguhan tidak bisa. Lagi pula, dia sedang tidak terburu-buru.

Ngomong-ngomong, cream puffs ini lebih enak dari yang biasa ia makan di mansion. Jika ia meminta Uriel untuk mempekerjakan chef istana di mansion mereka, kira-kira bisa tidak ya?

Segelas strawberry blueberry parfait yang juga dihidangkan, ia ambil. Bersamaan dengan seseorang yang berdiri di sampingnya, membawa piring kosong untuk mengambil beberapa cake sekaligus.

"Akhirnya kau muncul di publik, huh?"

Edeth menoleh. Sendok masih di depan bibir. Lalu, ia tersenyum, "Oh! Asgar!"

Asgar menghela napas, "Setidaknya, di dalam Istana, panggil aku dengan benar."

"Bagaimana kabarmu? Baik?"

Anak ini benar-benar mengabaikan perkataannya.

"Biasa saja," balas Asgar. Tangan memindahkan sepotong bundt cake ke atas piring, "Kau sendiri? Senang, akhirnya keluar dari mansion?"

Woah, rasa parfaitnya tidak main-main. Edeth sungguhan harus merayu Uriel untuk membawa pulang chef istana yang membuat ini.

Manik silver milik Asgar menatap raut wajah itu, "... Kau suka?"

"Suka!"

"Ingin bawa pulang?" tawarnya, "Biar ku minta orang dapur untuk mempersiapkannya."

Edeth menatap dengan takjub, "Woah, Asgar, ternyata kau ini orang baik ya."

Dahi si Pangeran itu berkedut sebal, "Aku memang orang baik."

Yang lebih muda terkekeh, "Keluar dari mansion, rasanya lumayan. Dan tolong bawakan aku beberapa cream puffs ini juga. Terima kasih."

Si pemilik kulit gelap, segera memanggil satu orang pelayan yang berada di dekat sana. Memberi perintah untuk menyiapkan beberapa cake serta parfait agar bisa dibawa pulang oleh Edeth nanti.

Si bungsu Rosenzweig melirik ke arah Alois yang masih sibuk menghadapi para bangsawan, "Ngomong-ngomong, kau merelakan posisi Crown Prince begitu saja?"

Bukankah biasanya jika ada lebih dari satu calon pemilik tahta, maka perebutan kekuasaan tak bisa dihindari? Bisa dimengerti jika Pangeran pertama memutuskan mundur sebab secondary gendernya. Tapi, untuk Asgar, tidak ada alasan untuk ia menolak hal itu.

"Tentu saja aku ingin menjadi Crown Prince," gumam Asgar. Memakan satu cookies dan ikut menatap ke arah Alois, "Tapi, akan sangat bahaya, jika aku serakah ingin menjadi Pangeran Mahkota juga. Lagi pula, Alois memiliki lebih banyak pengalaman dalam mengurus Istana dan Kerajaan. Maka dari itu, lebih baik aku menyerahkan tahta padanya."

"Hm ..." Manik merah tertuju pada raut wajah itu. Menyadari perasaan ingin yang sedikit keluar dari ekspresi tersebut. Tentu saja. Walau sebagian besar masa kecilnya ia habiskan di Gereja, namun Asgar tetap calon suksesor dan dibesarkan pula menggunakan cara yang sama dengan Alois. Ia juga memiliki pendukung untuk menjadi Pangeran Mahkota dan pasti selalu dibicarakan seolah ia yang akan duduk di kursi tersebut. Apalagi, dengan sang Raja yang sempat memundur pemilihan ini beberapa kali, menunjukkan bahwa pria itu benar-benar memikirkan Asgar sebagai calon yang pantas juga. Sebelum pengumuman diputuskan, pasti ada berdebatan sengit yang mungkin Edeth, sebagai orang luar, tidak tahu menahu. Asgar pasti harus berpikir keras untuk memilih pilihan ini.

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang