001. Awal yang Baru (1)

15.2K 1.6K 121
                                    

Langit biru terbentang luas. Tampak tak berbeda dari langit kehidupannya yang lalu. Ditemani oleh awan-awan tipis yang melayang tak beraturan. Sesekali, beberapa burung terbang melintasinya. Edeth membaringkan tubuh di atas rerumputan yang telah dipangkas rapi. Iris sewarna berlian ruby miliknya tak teralihkan dari langit. Napas memburu, ia coba untuk netralkan. Keringat di pelipis segera diusap.

Lima tahun telah berlalu semenjak ia lahir kembali di dunia yang baru ini. Sepanjang tahun itu, tak ada peristiwa spesial yang terjadi. Tiap hari dilalui dengan biasa-biasa saja. Membosankan memang. Tapi, dia lebih memilih untuk hidup seperti ini daripada hidup seperti di kehidupan yang dulu. Walau sama-sama tanpa kehadiran orang tua, semua terasa berbeda.

Benar.

Ia tak memilikinya lagi di sini. Entahlah. Mungkin dia punya, mungkin juga tidak. Dia tidak tahu apakah Ibu barunya masih hidup atau tidak. Tidak tahu juga apakah ia memiliki sosok Ayah seperti yang wanita itu katakan. Entah karena alasan apa, beberapa menit setelah ia lahir, ia dibawa untuk melarikan diri bersama seorang pelayan wanita.

Tidak, tidak. Dia tidak diculik. Mereka hanya melarikan diri dari sesuatu yang dia tidak tahu, dan meninggalkan Ibunya di sana.

Ibu barunya, si pemilik senandung lembut yang ia suka ketika berada di dalam kandungan, tak pernah lagi muncul di kehidupannya setelah berucap :

"Edeth, my baby. My child. Rosa akan melindungimu. Jangan takut. Bersembunyilah dan tunggu hingga Ayahmu menjemput."

Dan hingga ia tumbuh menjadi anak lima tahun yang sehat seperti sekarang, sosok Ayah yang disebut, tak pernah menjemputnya.

Mungkin pria itu mati? Karena dia sendiri yakin, Ibu barunya telah meninggal dunia. Walau tak begitu tahu dengan apa yang terjadi, tapi ia lumayan memahami situasi yang berlangsung. Sepertinya mereka diburu oleh sesuatu, seseorang, apapun itu. Yang mana, itu adalah hal berbahaya dan bisa mengancam jiwa. Ibunya mengorbankan diri agar ia dan Rosa bisa lari dengan selamat. Maka dari itu, ia tak begitu memiliki harapan dengan sosok yang disebut 'Ayah'. Mungkin dia juga sudah mati karena dibunuh oleh sesuatu itu.

Ah, dia memang tidak pernah menaruh harapan kepada apapun. Dari pengalaman yang telah ia lalui di kehidupan sebelumnya, harapan itu hanyalah omong kosong. Bualan orang-orang yang berputus asa. Berhubung sekarang ia diberi kehidupan kedua, dia sudah bertekad untuk hidup nyaman sesuka yang ia mau.

"Tuan Muda Edeth."

Rosa berkacak pinggang. Menatap pakaiannya yang berantakan dan kotor dibeberapa bagian, karena habis berlarian di hutan yang tak begitu jauh dari rumah mereka.

"Aku tidak terluka," kata Edeth langsung. Membuat wanita yang telah mengasuhnya itu menghela napas. Membantu Tuan kecilnya untuk berdiri, dan membersihkan bagian-bagian pakaian yang kotor.

Sapu tangan, ia keluarkan. Mengambil dua tangan mungil Edeth dan mengusap telapaknya dengan lembut.

Tuan Muda.

Sebutan itu membuat ia tahu bahwa orang tuanya termasuk orang-orang yang memiliki harta. Tapi, yah, apa gunanya memiliki orang tua kaya? Toh, hingga detik ini pun, ia tidak bisa menikmati harta mereka. Rosa yang harus bekerja keras menghasilkan uang agar keduanya bisa hidup tanpa kelaparan.

"Bagaimana jika Anda pulang duluan, Tuan Muda?" ujar Rosa sambil menatap matanya.

Ia menggeleng cepat, "Tidak bisa. Pertualanganku belum berakhir."

Wanita itu terkekeh pelan, "Pertualangannya lanjutkan besok saja ya?"

Kedua tangan itu segera ia genggam. Menatap lurus Rosa dengan mata besarnya yang berbinar, "Aku akan langsung pulang ketika sudah menemukan harta karun. Ya? Please?"

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang