018. Kota (3)

6.1K 1K 102
                                    

Setelah makan malam, Edeth langsung kembali ke kamar. Uriel dan Elnathan pun tidak mengungkit-ungkit perbuatannya tadi sore di lapangan latihan. Ia naik ke atas, membiarkan Rosa dan dua maid lain membantunya untuk membersihkan diri. Memakaikannya baju tidur. Lalu, berbaring di ranjang. Berkata bahwa ia akan tidur cepat hari ini sebab lelah. Walau pada kenyataan, ia masih harus menunggu hingga tengah malam.

Uriel kadang masih bekerja hingga dini hari, maka dari itu ia harus ekstra hati-hati pula. Ia memejamkan kedua mata. Memikirkan banyak hal di dalam kepala. Sesekali mengubah posisi berbaring. Kemudian, ketika dirasa sudah cukup malam, ia mulai beranjak.

Membuka lemari baju dan mencari jubah berwarna gelap untuk ia pakai. Celana piyama, ia gulung hingga lutut agar ketika ia berlari nanti, benda itu tidak kotor dibagian bawah. Begitu pula dengan lengan piyamanya yang digulung hingga siku. Tudung jubah, segera ia pakai. Menutup hingga separuh wajah. Tas selempang berisi koin emas yang berada di bawah ranjang, ia ambil. Sepatu paling simpel yang bisa ia dapatkan, segera dipakai. Memastikan koin emas di dalam tas tidak bersuara tiap ia bergerak, ia menempelkan telinga di daun pintu kamar.

Sunyi.

Artinya, tidak ada pelayan yang berjaga di luar. Edeth segera keluar dari kamar. Bergerak dengan langkah ringan agar tak menimbulkan suara. Menuju taman di balkon lantai tiga. Lalu, memperhatikan situasi. Mengecek sejenak, apakah ada Ksatria penjaga yang akan melewati daerah tersebut atau tidak. Setelah itu, memperhatikan tiap jendela yang terlihat dari sana. Memastikan tidak ada lampu yang hidup dan tidak ada orang yang bisa melihatnya.

Kemudian, dari balkon, ia berpegang erat. Mencoba untuk melompat ke balkon bawah di lantai dua. Edeth sangat bersyukur karena sudah melatih ototnya sedari kecil. Ia mendarat dengan mulus dengan bunyi 'tap' pelan di balkon lantai dua. Lalu, kembali memperhatikan sekitar. Melihat dua orang Ksatria yang tengah berkeliling, ia segera berbaring di lantai balkon. Menempelkan punggungnya di pintu dan menajamkan pendengaran. Dua Ksatria itu sesekali berbicara di bawah sana. Suara langkah mereka yang berat, memijak rerumputan, serta cahaya samar dari orb yang mereka bawa. Perlahan, dua orang itu menjauh dan berbelok dari sana.

Edeth mengembuskan napas. Mengintip ke sekitar lagi, barulah melompat dari sana ke bawah. Punggung menempel di dinding mansion. Ia berjalan tanpa suara menuju sisi kanan mansion. Lebih tepatnya ke arah danau, di mana ia biasa piknik sendirian. Di sekitar danau tersebut, di tumbuhi banyak pohon hingga membuatnya nyaris seperti hutan kecil yang mengelilingi wilayah mansion mereka. Di balik pohon-pohon itulah, pagar mansion berada.

Sampai di depan danau, Edeth mendongak. Jendela ruang kerja Uriel menghadap ke arah danau. Maka dari itu, biasanya, tiap ia piknik di sana, Uriel sesekali bisa mengecek dari jendela tersebut. Dan seperti yang ia duga, masih ada cahaya samar dari ruangan tersebut. Menandakan si kepala keluarga masih berada di sana.

Ia menelan ludah, dan mengeluarkan Elemennya. Kali ini, lebih besar dari biasa, sebab harus menutupi seluruh jubah yang ia pakai. Berjalan sangat pelan melalui tempat-tempat yang gelap. Berkamuflase agar tidak terlalu terlihat. Sesekali melirik ke arah jendela di lantai dua itu, menyebrang menuju pepohonan, dan baru bisa menghela napas lega ketika sudah masuk ke daerah paling gelap itu.

Elemen kembali mengecil. Namun, tidak hilang. Berkumpul di telapak tangan kanan. Ia berjalan semakin masuk ke dalam. Hingga menemukan pagar berupa dinding setinggi tiga meter. Edeth tidak berencana untuk memanjat dinding ini. Darkness di tangan kanan, ia arahkan. Menyerang bagian kecil dari dinding tersebut agar bisa menjadi pintu untuk ia keluar masuk.

Ia membuat lubang sekitar setengah meter. Dalam hati sangat lega karena dinding mereka tidak dipasang alarm yang akan berbunyi ketika diserang seperti lantai tiga. Lalu, segera merangkak keluar dari sana.

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang