008. Teman (2)

6.9K 1.2K 48
                                    

Theo dan Elnathan akhirnya kembali ke Akademi berhubung mereka sudah terlalu lama mengambil cuti. Dua orang itu berjanji akan pulang ketika libur panjang kepada Edeth. Si sulung sedikit tidak rela sebenarnya. Dia masih ingin menunjukkan banyak hal kepada adik bungsu yang tidak tahu apa-apa. Punya rencana untuk menculik Edeth agar ikut dan berdiam di asrama, tapi tidak jadi.

Lalu, ketika tengah melihat kepergian mereka berdua di depan pintu, Edeth kembali diingatkan oleh Uriel.

"Kau nanti tidak perlu pergi ke Akademi. Aku akan mendatangkan pengajarnya kemari."

Dan hanya Edeth balas dengan anggukan saja.

Kekuatan uang memang menakjubkan. Apa saja bisa diselesaikan dengan cepat oleh uang.

Karena dua orang yang selalu ia ganggu setiap harinya sudah tidak ada di mansion, tentu membuat Edeth harus mencari kegiatan yang baru. Salah satu kegiatan yang ia lakukan adalah dia mulai belajar untuk menaiki kuda. Kuda pertamanya adalah kuda pony lucu berwarna cokelat putih yang bernama Dolly. Selain itu, biasanya Edeth akan menemani tukang kebun yang sibuk mengurus semua tanaman di rumah kaca sambil menanyakan ini-itu tentang tanaman di sana. Ia juga menyibukkan diri bermain di dalam labirin mini yang ada di depan mansion. Mulai mengenal satu persatu semua pekerja yang ada di sana juga. Berolahraga setiap pagi bersama para Ksatria, tentu tidak ia tinggalkan.

"Uriel mau ke mana?"

Ini adalah kali pertama Edeth melihat sang Papa berpakaian rapi dan mewah. Saat pertama bertemu dulu pun, pria ini hanya memakai pakaian biasa. Dilanjut dengan hari-hari di rumah, di mana ia hanya menggunakan baju putih longgar yang tipis, atau baju bermalas-malasan.

Sekarang, pria itu benar-benar terlihat seperti bangsawan berkasta tinggi. Rambut hitam yang biasa dibiarkan jatuh menutupi dahi, berganti ditata rapi. Dua pelayan masih sibuk merapikan bajunya, dengan Noah berdiri di sisi.

"Aku akan pergi sebentar ke Istana karena ada rapat official dengan kepala wilayah yang lain. Maka dari itu, Edeth, jadilah anak baik selama aku tidak ada, okay?" Dia berbicara tanpa menatap ke arahnya. Sibuk sendiri membaca laporan yang diserahkan oleh Noah tadi.

Anak itu mengangguk semangat, "Okay!" Lalu, mengulurkan kedua tangannya meminta, "Papa."

Uriel melirik. Dahi mengerut, "Apa?"

Dia mulai hafal dengan sifat anak ini. Jika sudah memanggil dengan sebutan 'Papa', itu artinya ada sesuatu yang dia mau.

"Uang saku."

Berhubung Papanya akan pergi bekerja, tentu dia harus minta uang saku, iya kan? Walau Edeth tahu dia masih belum boleh keluar dari wilayah mansion, tapi apa salahnya menabung uang sedari dini.

Semoga Papanya sering-sering pergi agar Edeth bisa minta uang setiap hari.

Pria itu mengambil selembar kertas dari saku dalam jasnya. Lalu, meletakkan kertas itu di atas tangan Edeth.

"... Huh?"

Melihat barang yang diberi, membuat Edeth bungkam selama beberapa saat. Keinginan untuk meminta uang setiap hari, tiba-tiba menghilang.

"... Ini apa?"

Papanya kembali melirik, "Belum belajar tentang cek?"

Bukan itu maksudnya. Edeth tentu sudah belajar tentang uang dari Rosaline. Hanya saja ...

Orang tua mana yang memberikan cek kosong sebagai uang saku kepada anaknya?!

"P-Papa, aku minta uang koin saja," ucap Edeth terburu, "Koin silver juga tidak apa-apa."

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang