019. Miliknya

7.2K 1.1K 168
                                    

Punggung sempit bersandar santai. Rambut lembap karena uap dari air hangat yang merendam tubuh. Membiarkan para maid memandikannya, dengan tangan kanan yang memegang surat Oliver. Sepupu manisnya itu memberitahukan bahwa kelas khusus Omega akan dibuka perdana minggu depan di Istana. Dan dia bertanya, apakah Edeth akan datang atau tidak.

Kelas khusus Omega terdengar tidak buruk. Sejak awal mendengarnya, Edeth sudah berencana untuk masuk sebentar dan melihat-lihat sistem pengajaran di sana. Setelah ini, dia rasa dia akan pergi menemui Uriel untuk meminta izin.

Kertas di tangan, ia lipat. Edeth tidak ada keinginan untuk membalas surat tersebut. Lembaran itu pun ia serahkan kepada Rosaline untuk disimpan. Kemudian, segera menyelesaikan acara mandinya.

Helai hitam telah dipotong pendek oleh Rosaline sebelum mandi. Edeth tidak suka jika rambutnya tumbuh panjang melewati batas yang telah ia tentukan. Membiarkan Rosa memakaikan pakaian, lalu melirik jendela yang menunjukkan matahari sudah sangat tinggi. Sepertinya Uriel dan saudara-saudaranya sudah sarapan duluan, berhubung dia terlambat bangun. Ia membuka laci meja dan mengambil tiga buah kotak dari dalam sana.

"Aku mau menemui Papaku dulu sebelum sarapan. Jadi, siapkan saja makanannya," ujar Edeth.

"Baik, Young Master."

Dua kotak, ia masukkan ke dalam saku di mana Darkness ia munculkan. Lalu, melangkah menuju ruang kerja Uriel sambil menenteng sisa satu kotak berbentuk persegi panjang.

Pintu ruangan itu ia buka sedikit untuk mengintip. Memastikan bahwa Uriel sedang sendirian, barulah masuk dan menutup rapat pintu.

Pria itu hanya melirik sekilas. Tangan yang tengah menulis tak berhenti bergerak, "Sudah sarapan?". Mengambil satu dokumen lain, ketika yang dikerjakan telah selesai.

"Belum."

Gerakan baru berhenti, ketika Edeth meletakkan kotak yang ia bawa, di depannya. Manik merah menatap benda tersebut. Lalu, beralih menatap mata yang sama dengan miliknya. Pena diletakkan.

"Untukmu," ujar Edeth, "Ku beli ketika pergi ke kota kemarin."

Kotak diambil. Pita yang mengikat dilepas. Lalu, membuka tutupnya dan mendapati sepasang cufflink dengan berlian ruby tersimpan rapi. Wajah putra bungsunya kembali ia pandang. Namun, anak itu menghindari tatapan matanya.

"Ngomong-ngomong," Edeth pura-pura berdehem sekilas, "Oliver bilang, minggu depan kelas Omega akan dibuka di Istana. Aku mau ikut."

"... Sure."

Edeth mengerjap. Merasa aneh. Tubuh maju dengan dua siku yang bertumpu di atas meja kerja, "Ada apa denganmu? Kau sakit?" tanyanya. Bingung kenapa pria ini mendadak pendiam. Tatapan mata jatuh ke cufflink yang berada di antara mereka, "Tidak suka dengan cufflinknya? Kalau tidak, biar ku ganti. Uriel mau apa?" Nada suara terdengar serius.

Membuat kekehan pelan keluar dari belah bibir Uriel, "Dengan uang siapa kau mengganti barang ini?"

"Uangmu."

Telapak tangan besar, mengusak helai rambut itu gemas, "Terima kasih. Akan ku pakai nanti."

"Kalau tidak suka, jangan dipakai."

"Aku tidak pernah bilang aku tidak suka."

Anak itu tak membalas. Diam menatap dokumen yang tengah dicek oleh Uriel sambil membiarkan kepalanya terus diusak.

"... Papa," panggilnya.

"Hm?"

Ketika tangan Uriel turun menyentuh pipinya, tubuh itu menegang. Pelan, Edeth menjauhkan diri.

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang