026. Kelulusan (1)

3.5K 525 92
                                    

Tubuh itu, Uriel raih. Ia gendong, dan ia bawa ke tepi jendela. Merasakan kepala sang bungsu menyandar di pundak. Jendela kamar ia buka. Walau salju mulai mengering, namun hawa dingin masih terasa. Tangan kanan Uriel terulur keluar. Tak butuh waktu lama, hingga seekor kupu-kupu, yang seharusnya tak ada di musim seperti ini, datang menghinggapi jemari tersebut.

"Edeth, lihat," Binatang itu dibawa mendekat. Satu-satunya jenis kupu-kupu yang ada di wilayah mereka. Atrophaneura semperi atau vampire butterfly. Dengan ciri yang mirip keturunan Rosenzweig. Sayap hitam legam yang dihiasi beberapa bercak berwarna merah. Melambangkan helai hitam milik mereka berdua, juga warna mata semerah darah.

Kepala Edeth menegak. Jemari kecilnya mencoba untuk ikut menyentuh. Tapi, belum sempat hal itu terjadi, kupu-kupu tersebut telah terbang lebih dulu. Menjauh dari mereka dan menghilang entah kemana.

Uriel menatap lekat paras milik putranya. Memastikan bahwa perasaan Edeth mulai baik-baik saja, dan tidak lagi menangis. Ia mengeratkan pegangan di tubuh itu.

"Sebentar lagi, kelulusan untuk angkatan Elnathan akan dilakukan. Kau tidak pernah ke Akademi, kan? Mau hadir di kelulusan itu? Sekalian kita jalan-jalan," ajaknya.

Right. Elnathan. Bukankah Uriel bersama Elnathan kemarin? Apa si sulung itu sudah kembali ke Akademi? Dengan ia yang tidak sadarkan diri, pasti sangat sulit bagi Uriel untuk mendepak Elnathan pergi.

Edeth mengangguk pelan. Mengiyakan ajakan Uriel. Kembali menyandar di pundak lebar. Menikmati kehangatan yang tubuh itu beri, masuk hingga ke rongga dadanya.

Pintu kamar diketuk tiga kali. Uriel berbalik dan melihat Rosaline masuk membawakan minum. Meraih gelas tersebut, dan mendekatkan permukaannya ke bibir Edeth. Memastikan putra bungsunya menenggak cairan itu hingga separuh. Barulah mengembalikan gelas ke atas nampan.

"Mau tidur lagi?" tanya Uriel.

Dibalas dengan gelengan oleh Edeth. Dua lengan kecil melingkar di lehernya dan memeluk erat. Bertingkah manja tak ingin ditinggal.

Si kepala keluarga melangkah menuju nakas. Mengambil tumpukan kertas kerjanya, dan pergi keluar karena ada jadwal rapat. Menyuruh Rosa untuk menyiapkan kudapan ringan agar Edeth bisa mengisi perutnya, lalu masuk ke ruang rapat yang sudah diisi oleh vassal lain.

Seperti biasa, duduk di kepala meja. Memangku Edeth yang tidak mau lepas, dan memulai rapatnya.

Posisi duduk si bungsu, ia benarkan. Membiarkan punggung kecil menyandar di area perut. Mendengarkan laporan dari masing-masing vassal sambil membaca kertas yang ada di tangan.

Sepiring kudapan ringan serta segelas susu hangat untuk Edeth menghiasi meja tersebut. Kertas yang telah selesai diurus, Uriel tumpuk di sisi kanan. Satu demi satu, sampai ketika tinggi tumpukan mulai semakin banyak, Edeth meraih beberapanya.

Helai hitam bergerak ketika kepala mendongak, "Aku sobek, boleh?"

Uriel mengangguk mengiyakan. Dua telinga tetap setia mendengarkan topik pembicaraan di depan, sementara manik merahnya memperhatikan dua tangan kecil putranya yang mulai melipat kertas yang ia ambil tadi.

Anak itu membuat origami kertas. Hal pertama yang Edeth buat adalah tempat sampah untuk potongan-potongan kertasnya nanti. Lalu, mulai membuat bunga, membuat anjing, kelinci, kupu-kupu, burung, dan sekarang dia sedang melipat dinosaurus.

Pembicaraan di ruangan itu lama kelamaan mulai melambat, hingga akhirnya berhenti. Semuanya sibuk melihat hasil lipatan kertas buatan tangan yang tengah Edeth bikin.

"Ini apa?" tanya Uriel. Dia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini.

"Dinosaurus."

"Apa itu dinosaurus?"

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang