027. Kelulusan (2)

4.1K 508 93
                                    

Dahinya mengerut. Melihat ke sekeliling, kemudian mengangkat kedua bahunya. Nanti juga mereka akan bertemu lagi. Jadi dia kembali melangkah ke depan. Agak melompat-lompat kecil karena excited. Memperhatikan culture dari Kerajaan lain yang berada di sini. Kembali berpikir suatu saat nanti dia harus jalan-jalan keluar untuk liburan.

Beberapa murid dengan seragam yang melekat di tubuh mereka, menatap bingung bocah kecil yang tengah tersesat itu. Tahun ajaran baru belum dimulai. Satu-satunya alasan kenapa ada anak tanpa wali serta pelayan yang mengelilingi lingkungan akademi dengan bebas, kemungkinan karena sebentar lagi hari kelulusan akan tiba. Jadi, mungkin ini adalah adik dari salah satu murid senior.

Edeth mendekati air mancur yang ada di tengah taman. Menatap patung-patung bayi dengan sayap dan harpa kecil di tangan, berdiri gagah tanpa busana menjadi pusat benda berisi air itu. Agak bertanya-tanya kenapa orang-orang senang menggunakan patung cabul ini.

Jemarinya memainkan air bersih yang tertampung di sana. Merasakan dinginnya cairan yang bergerak di sela-sela kulit. Sekali lagi, agak menyayangkan tidak ada ikan-ikan kecil yang meramaikan air mancur tersebut.

"Oh? Hey there!"

Kepalanya bergerak perlahan. Menoleh ke arah samping. Mendapati seorang laki-laki muda dengan mata sehijau Emerald. Langsung mengingatkan Edeth kepada dua saudaranya yang lain, serta Oliver dan keluarga Georgia. Mereka yang memiliki mata Emerald yang sama. Juga, helai merah di kepalanya. Kalau anak ini berjalan bersama Theodore, mungkin orang-orang akan mengira bahwa mereka adalah saudara kandung.

Edeth langsung tahu bahwa pemuda ini kemungkinan besar merupakan salah satu dari sepupunya dari sisi Ibu.

"Yeah?" Dua alis Edeth naik ke atas.

Pemuda itu tersenyum. Kembali mengingatkan Edeth kepada Theodore sebab saudaranya yang satu itu bisa berbaur di dalam keluarga Georgia dengan mudah. Tidak hanya penampilan yang sama, tapi juga sifat yang dimiliki. Bibir yang murah dengan senyum sopan. Perilaku gentleman yang dikeluarkan. Semuanya.

Sangat berbanding terbalik dengan Rosenzweig seperti Elnathan dan Uriel.

Salah satu dari dua tangan yang sibuk memegang buku, terulur ke arah Edeth. Disambut oleh yang lebih muda, digenggam jemarinya, kemudian ditarik pelan untuk dikecup ujungnya.

"Aku Oscar," ujarnya. Senyum tak lepas dari wajah "Kakak Oliver. Oliver sering membicarakanmu di rumah."

"Aah," Edeth mengangguk mengerti. Sepertinya di salah satu surat yang Oliver kirim, dia pernah bilang kalau saudara tertuanya juga ada di Akademi. Menarik tangannya dari genggaman itu, dan langsung mencelupkannya ke dalam air mancur.

Kekehan lembut dari Oscar terdengar, "Ku kira, Uncle Uriel atau Theodore tidak akan membiarkanmu berkeliaran sendiri di sini."

Oohhh, sepertinya baru kali ini Edeth mendengar anak orang memanggil Uriel dengan sebutan dekat seperti Uncle. Ia kembali memperhatikan Oscar dengan lekat. Mencari sesuatu yang membuat Uriel memberikan kartu passnya kepada Oscar, "Yup. Aku tersesat sebenarnya."

Oscar mengeluarkan satu sapu tangan dari dalam jas seragamnya, "Mau ku antar ke tempat saudaramu?" Buku-buku yang ia bawa, ia letakkan di pinggiran air mancur. Meraih tangan Edeth yang asik main-main dengan air, lalu menyeka tiap butiran air dari sana hingga kering.

"Okay."

Well, Edeth seumuran dengan Oliver adiknya. Jadi, Edeth membiarkan Oscar memperlakukannya seperti bayi. Lagi pula, dia sudah terbiasa dengan perilaku orang-orang dari Rosenzweig yang kurang lebih sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEW LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang