Bab 1. Toko Buku

502 118 607
                                    

#KarnavalMenulis

#FCP

#Dayke-1

#TokoBuku

#1003 Kata


"Dik, katanya mau ke toko buku. Nih, Mily dah dateng. Buruan, jangan suruh tamu nunggu ya. Nggak baik tau." Ujar mama dari dapur yang masih menyiapkan makan pagi.

"Tante, Mily naik aja. Biar bangunin kebo cantik itu. Permisi Tante." Ujar Mily dengan sopan.

Setelah berpamitan dengan Mama, Mily tanpa basa – basi langsung menuju ke kamar kawan nya yang sedang molor. Ia melewati ruang keluarga yang sudah ada papa, kakak dan adik yang sedang bersantai dengan kegiatan masing-masing.

BILA GAGAL, YA COBA LAGI! SAMPAI KAPAN? YA SAMPAI SUKSES

Hiasan yang menggantung rapi di pintu yang menjadi ciri khas pintu kamar Nisa sudah nampak. Tanpa menunggu waktu lama, Mily langsung menggedor – gedor pintu itu supaya sang empunya segera bangun. Sudah beberapa kali digedor, tapi nihil nggak ada jawaban. Karena kesal, Mily langsung menelfon berkali-kali.

"Hoi. Ayo dong. Katanya mau beli buku. Kok lu nggak bangun-bangun sih ah. Gue udah bela-belain nggak molor lagi padahal ini hari Sabtu demi nemenin lu. EI." Teriak Mily dari luar kamar.

"Hiya-hiya. Gue udah bangun. Hoam. Masih ngantuk nih. Tumben bener, lu tepat waktu. Biasanya, gue yang bikin telinga lu sakit." Ujar Nisa yang masih nyawa nya belum terkumpul sepenuhnya.

Emily langsung saja menerobos masuk kamar Nisa tanpa persetujuan dari sang pemilik kamar. Ia langsung merebahkan dirinya di tempat tidur Nisa dan Nisa langsung mandi. Dibutuhkan waktu enam menit untuk membersihkan badan. Emily ternyata tidur syantik di kasur Nisa. Sambil mendengarkan lagu yang sedikit mellow.

"Ayo ih. Kenapa lu malah tidur disini, Neng. Udah siap nih."

Karena tidak bangun-bangun, Nisa membiarkan kebo cantik itu untuk tidur sebentar. Lima menit berlalu dan akhirnya Mily bangun. Setelah terbangun, mereka berdua menuju ke meja makan dan sarapan bersama. Mily yang sudah terbiasa menganggap keluarga Nisa, ia pun dengan lahap memakan masakan mama Nisa. Hari ini menunya nasi goreng dengan topping sosis kenzler.

Dua puluh menit di habiskan di meja makan dengan berbagai canda dan tawa. Setelah selesai melakukan sarapan, keduanya langsung menarik Kana untuk menjadi supir pribadi mereka. Kana hanya mematuhi semua kemauan dan permintaan dua gadisnya itu.

"Bang. Nggak masalah kan lu nganterin kita?" ujar Nisa memecah keheningan.

"Nggak. Nape lu baru ngomong sekarang. Udah terlanjur, munaroh." Ujar Kana sambil mengusak rambut adik laknat nya itu.

"Bang. Nape sih lu selalu manjain nih kebo satu." Lanjut Mily

"Gini Mil, kalau ni bocil nggak diturutin kemauan nya, mesti ngambek ampe seminggu. Nggak mau makan, bawaan nya pengen nerkam aja. Apalagi waktu PMS. Beuh. Seremnya naudzhubillah."

Nisa mencubit pelan bahu Kana karena mengatakan semua hal yang seharusnya menjadi konsumsi mereka berdua atau keluarga saja. Nggak boleh ada yang tau selain keluarga. Setelah pertikaian kecil itu, akhirnya tiba juga mereka ke tempat tujuan yaitu toko buku. Nisa dan Mily masuk duluan karena tiba-tiba Kana ada panggilan mendadak dari dosen.

"Gila, kenapa lagi nih. Jangan bilang kalau kuliah penggantinya hari ini. Gue pengen istirahat Pak. Pliess deh," gerutu Kana sampai-sampai ia diperhatiin semua orang yang lewat.

"Angkat aja dulu, Bang. Siapa tau nggak seperti yang lu kira kan. Jangan nething dulu. Nggak baik juga buat kesehatan kalau nething mulu," ujar Mily yang tiba-tiba di belakang Kana.

"Astaga dik. Ngagetin aja lu. Tadi kan udah kakak suruh masuk dulu, kenapa keluar lagi?"

"Ya abis, tadi Mily liat Abang marah-marah sendiri. Kek orang gila. Ya, Mily samperin lah. Kebetulan, Mily mau ke toilet bentar dan Nisa juga udah anteng aja di dalem."

Kana hanya mengangguk dan mengisyaratkan diam pada Mily kemudian melanjutkan mendengarkan informasi yang disampaikan panjang lebar oleh orang di seberang. Mily pun segera menyusul Nisa yang masih saja anteng di rak buku fiksi yang menyuguhkan berbagai cerita Wattpad yang sudah terbit. Karena nggak mau mengganggu, Mily akhirnya ke rak buku spesialis tentang bahasa Inggris. Kamus lah ya istilahnya.

"Mil. Husttt. Heh. Mil. Manusia dugong. Kok nggak ada sih. Kemana dia," ujarnya sambil mengedarkan pandangan ke sekitar.

TRINGG......

"AKU LAGI DI BAGIAN KAMUS YA. NUNGGUIN LU PEKA KEK NUNGGUIN DOI TAU. KALAU UDAH SELESAI, LU LANGSUNG DI BAGIAN KAMUS. KALAU NGGAK ADA, BANG KANA ADA DI RAK DEPAN LU PERSIS. OKE."

Gawai Nisa bergetar dan di layarnya terdapat notifikasi pesan dari manusia yang sedang ia cari. Karena sudah tau keberadaan nya dimana, Nisa melanjutkan kegiatan nya untuk memilih kembali buku yang akan ia beli. Keranjang yang ia bawa dari rak fiksi pun hampir terisi penuh. Nggak semuanya juga sih isinya buku fiksi, ada juga beberapa buku untuk persiapan kuliah nya.

"DIAM DI TEMPAT DAN SERAHKAN BENDA BERHARGA KALIAN. JIKA KALIAN INGIN SELAMAT, TURUTI MAU KAMI DAN JANGAN MEMBERONTAK. CEPATT."

Nisa yang anteng langsung berubah ketakutan mendengar teriakan orang tak dikenal itu. Terlihat juga pengunjung toko buku itu langsung berkumpul jadi satu di tengah ruangan kemudian meletakkan benda berharga mereka, sesuai permintaan sekumpulan orang yang tak dikenal.

"Bang. Abang dimana? Nisa takut," rintihnya dalam diam karena tidak mau nyawa nya terancam.

"Halo nona. Kau manis sekali, mau minum bersama kami nanti malam?" ujar salah satu dari mereka yang kira-kira usia nya sama dengan Nisa.

"Jauhin tangan lu. Jangan pegang-pegang," ketus Nisa

Orang tersebut murka kemudian ia menjambak rambut Nisa dengan kuat. Rasa pening yang hebat dirasakan Nisa. Matanya berkunang-kunang tapi masih sanggup untuk bertahan. Kana juga sibuk mencari Nisa dan Mily karena ketiga nya terpisah.

JLEB......

"Ah.." pandangan Nisa perlahan mulai buram dan tubuhnya hampir tersungkur ke lantai. Untung saja, Kana segera menopang tubuh adiknya. Ia segera menekan bagian yang terkena tusukan agar darahnya tidak membanjir.

"Dik. Jangan tutup mata kamu. Tetap sama abang. Oke. Nisa kuat, adik abang kuat. Pliess, bertahan sedikit lagi. Ambulans bakal dateng," ujar Kana yang berusaha untuk membuat adik nya tidak menutup mata.

"AYO PERGI. LU PADA MAU DI GELANDANG POLISI. CABUTTT," intruksi semacam ketua kelompok perampok. Semuanya pada pergi dan yang tersisa hanya memperhatikan Nisa dengan iba. Darah yang dikeluarkan makin banyak.

WIUUU......WIUUUU.......WIUUUU......

Suara mobil ambulans menggema di jalanan Semarang. Mendengar suara sirine, para pengguna jalan menepi untuk memberikan kemudahan bagi supir untuk segera mencapai rumah sakit. Tak selang beberapa lama, tibalah ambulans di salah satu rumah sakit terbaik di Semarang. Nisa kemudian di bawa ke IGD dan langsung ditangani oleh dokter.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang