Bab 11. Kedua kali Kecewa

66 31 236
                                    

#KarnavalMenulis

#FCP

#dayke-11

#Kedua kali Kecewa

#-+ 1111

Akhir dari kegiatan OSPEK hari pertama pun aman. Tidak ada yang pingsan dan tidak ada yang rewel. Akhirnya, Nisa perlahan melawan rasa takutnya terhadap keramaian dan orang baru. Mily yang dari kejauhan menatap Nisa pun ikut bangga kepada sahabatnya itu.

"Akhirnya. Gue yakin dan percaya ama lu. Lu pasti bisa balik kek dulu. Gue selalu ada di samping lu, Nis," gerutu Mily

"Siapa yang lu omongin, Mil?" tanya Intan, teman satu kelompoknya.

"Ah, nggak kok. Lanjut yuk, tadi suruh nggapain kita?" ujar Mily yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

Di seberang sana, terlihat Nisa sangat menikmati game ular naga yang sedang dimainkan oleh kelompoknya dan kebetulan, kelompoknya melawan kelompok Rama. Peraturan nya adalah, kelompok siapa yang banyak memakan korban dan paling banyak menjawab pertanyaan, kelompok itulah yang menang. Hukuman bagi kelompok yang kalah, mereka akan diolesi bedak bayi.

"Ayo Nisss. Bikin dirimu ketangkep, biar kita menang," teriak Oliv pada Nisa yang kala itu sedang mendapat giliran bermain.

Akhirnya, Nisa mengajukan diri untuk menjadi makanan "naga" yang sedang kelaparan alias ia tetap berdiam diri sampai kedua tangan yang membentuk seperti mulut naga menguncinya. Namun, sayang nya ketika ia berdiam diri. Dirinya malah mendapatkan pertanyaan yang kurang mengenakkan.

"Yeay. Akhirnya kita dapat korban baru nih, kak Kevin," ujar kakak panitia yang mendampingi kelompok Shinta kepada MC inti.

"Oke. Siapa nama korban itu, kak Prasasti?" ujar kakak MC kembali.

Kak Prasasti membaca name tag Nisa dan ia berteriak dengan lantang kepada MC itu bahwa nama korban nya adalah Nisa. Kak Kevin langsung mengacak kertas yang ada di dalam kotak kemudian membaca lipatan kertas. "Oke, pertanyaan untuk dik Nisa nih. Pernah nggak sih kamu kehilangan seseorang yang kamu cintai tepat dihadapan kamu?" ujar Kevin.

Pertanyaan itu membuat Nisa terhenyak dan raut wajahnya kembali sedih. Mily pun terlihat geram dengan pertanyaan yang seharusnya tidak sepantasnya ditanyakan di depan orang banyak. Dirinya saja takut kalau menyinggung masa lalu nya. Padahal, Mily temen nya Nisa sejak bocil.

"Harus banget ya nyinggung masa lalu? Siapa sih nih orang. Kenapa kepo banget sama masa lalu gue. Gue jawab apa, nih. Tau gini, lebih baik di ruang kesehatan aja. Atau nggak, mati aja sekalian," ujarnya dalam hati yang penuh dengan amarah.

Ia mengalihkan pandangan matanya ke Mily, berusaha meminta bantuan siapa tau dirinya mendapatkan jawaban dari Mily. Mily juga terlihat bingung dan ia hanya mengangguk pasrah seolah udahlah Nis, jawab aja. Karena Mily pun tak memiliki jawaban untuk pertanyaan gila itu.

"Baik kak, izin menjawab dari pertanyaan kak Kevin," Nisa menarik napas panjang dan berusaha untuk menenangkan hati dan pikiran nya.

"Satu tahun yang lalu, saya pergi bersama kekasih saya ke Semarang atas. Kami hendak merayakan lima tahun hubungan kami dan saat itu, kekasih saya akan memberikan kejutan spesial ketika kami sudah sampai disana. Akan tetapi, Tuhan berkata lain. Kami mengalami kecelakaan ketika akan melewati jalan menanjak. Sebuah truk dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi mengarah ke kami dan naasnya rem nya blong...," Nisa berhenti sejenak, menarik nafas panjang dan berusaha menahan bulir air matanya. Semua maba dan panitia ikut terharu dengan cerita yang Nisa sampaikan.

"Oke oke. Terima kasih, Nisa. Sudah mau menceritakan kisahmu pada kami semua. Jadi, tim Shinta dapat 5 point. Yeayy," ujar kak Prasasti. Kak Pras menepuk bahu Nisa dengan pelan. Dirinya sepertinya tau apa yang sedang dirasakan adik bimbingan nya itu.

******

Arloji yang sudah melingkar di tangan kanan Nisa sudah menunjukkan pukul enam sore. Matahari sudah berganti tugas dengan bulan untuk menemani kegiatan Nisa dan Mily. Day pertama OSPEK telah usai. Para maba kembali ke rumah masing-masing, sementara Nisa dan Mily masih menunggu supir pribadi mereka jemput.

"Auwh. Kalian belum ada yang jemput?" ujar Kevin yang baru saja selesai dengan tugasnya dan mau pulang juga.

Mily tidak merespon pertanyaan Kevin karena ia masih kesal dengan perbuatan Kevin tadi selama game berlangsung. Prasasti yang sempat melihat keadaan itu langsung membawa pergi Kevin. "Apaan sih. Kenapa lu narik-narik gue. Kan gue coba ngobrol sama maba, nggak boleh kah?" ujar Kevin tanpa rasa bersalah.

PLAK.

"Heh, lu tau nggak sih. Pertanyaan yang lu tanyain buat dik Nisa tadi tuh nyinggung privasi dia, anjir. Misalkan kalau lu ada di posisi dia, gimana rasanya? Dia lupain kejadian itu dan masih hidup sampai sekarang pun itu bonus dari tuhan. Kenapa tadi lu tanya begituan, njir," seru Prasasti karena kesal juga dengan kejadian tadi.

"Bukan gue yang mau, gila. Tapi gue kan harus sportif. Ya masa gue harus balikin tu kertas sih. Nanti kalau gue dapet itu lagi, gimana?" tanya Kevin yang nggak kalah marahnya.

"Kalau tau kek gitu, seharusnya lu move ke pertanyaan lain. Apa kek. Yang jelas, kalau lu tau itu privasi, rolling pertanyaan. Lu itu biasanya pinter rolling pertanyaan. Kenapa tadi nggak gitu. Lu nggak kasian apa tadi liat dia kek ketakutan gitu?" Prasasti semakin naik pitam dan Kevin seenaknya meninggalkannya begitu saja.

Disisi lain, Nisa yang sudah mulai kelelahan dirinya mulai menyandarkan kepala ke pundak Mily. Perlahan, dirinya mulai memejamkan mata dan masuk ke dunia khayalan nya. Prasasti yang semakin kesal dengan perlakuan teman bejatnya itu langsung menghampiri kedua gadis yang sedang menunggu di tangga.

"Mily," ujarnya untuk memecah keheningan yang menyelimuti.

"Owh. Kak Pras, eh maap maksudnya kak Prasasti. Kok belum pulang kak?" tanya Mily. Dirinya langsung menutup handphone nya ketika ada orang yang ngajak ngobrol dia.

"Iya, kakak lagi nungguin abang kakak juga sih. Eh, kamu boleh kok panggil aku Pras aja. Prasasti kek nya kepanjangan. Pras aja ya cantik," goda Pras

Prasasti sebenarnya ingin meminta maaf atas kesalahan yang dibuat oleh Kevin pada Nisa. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika melihat Nisa sudah sangat pulas di pundak Mily.

"Kak? Apakah kakak ada sesuatu yang ingin disampaikan pada kami?" Mily tanya balik ke Pras karena dari gesturnya, Pras ingin menyampaikan hal penting.

"Emthh. Sebenarnya......"

TIN......TINNNN..........

Suara mobil dan wujud mobil pun sudah tertangkap di ujung mata Mily. Akhirnya, yang ditunggu dateng juga. Sang empunya mulai memperlihatkan wujudnya dan langsung berjalan ke arah mereka bertiga. Pras sempat tertegun dengan pesona Kana. Tinggi menjulang dan terkena terpaan sinar bulan. Wah, semakin membuat dirinya mempesona.

"Maaf Mil, abang telat. Kalian udah lama nunggu ya?" tanya Kana dengan tanpa dosa.

Mily hanya memberinya tatapan membunuh, kemudian Kana langsung mengalihkan pandangannya ke Nisa yang sudah tertidur pulas. Sepertinya kalau ada gempa bumi, dirinya bakalan tetap anteng aja.

"Owh ya kak, kakak tadi mau nyampein apa?" kalimat terakhir Mily yang dilontarkan kepada Pras.

"Nggak dik, besok aja. Sampai ketemu besok ya. Selamat istirahat dan tunggu kakak besok."

Badan Pras perlahan menghilang dari pandangan mereka bertiga. Setelah Pras pergi, mereka langsung tancap gas pulang ke rumah. Di perjalanan, Mily tiada habisnya ngomel sama Kana. Bisa-bisanya nggak angkat telfon dari nya. Padahal kondisi capek banget dan Nisa juga lagi ngalamin kejadian yang kurang mengenakkan selama game tadi.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang