Bab 14. Mysterious boy

92 51 287
                                    

#Karnaval Menulis
#FCP
#dayke-14
#mysterious boy
#-+1233 kata

Apa yang kalian lakukan jika bertemu dengan masa lalu kalian?

Anak-anak fakultas Bahasa dan Seni mulai berjalan ke fakultas mereka. Setelah gong dipukul oleh rector, itu tandanya OSPEK kampus Ardana resmi dilaksanakan. Semua maba sudah antusias menunggu kegiatan apa yang akan diberikan pada mereka.

"Nis, kenapa lu milih jurusan ini? Suka nulis kah?" tanya Oliv pada Nisa sembari rombongan mereka menuju ke fakultas.

"Iya sih. Lumayan suka, nggak hobi-hobi juga," ujarnya sambil menggandeng mereka berdua.

Akhirnya, seluruh mahasiswa baru pun sampai di gerbang fakultas. Semuanya nampak senang dan bahagia. Setelah dikelompokkan kembali ke dalam kelompok yang lebih kecil, Oliv, Mily dan Nisa terpisah kembali. Nisa meyakinkan dirinya sendiri kalau semua orang disini nggak ada yang bakal lukain dia. Ya, meskipun kecil kemungkinan.

Semuanya dibariskan per kelompok yang udah dibagi di audit tadi. Yang id card terakhir bernomor genap dapat kelompok dewi dan yang ganjil dewa. Kali ini, Oliv dan Mily sama-sama dapat dewa. Sedangkan Nisa dapat dewi sendiri. Ya, itung-itung cari relasi baru.

"Oke. Semuanya sudah sesuai dengan kelompok kalian masing-masing kan?" tanya kakak MC.

Semuanya menjawab sudah dan kegiatan pertama pun dimulai. Semuanya saling suportif dan ceria. Sampai pada akhirnya, ada salah satu anggota kelompok yang mendadak pingsan karena habis dibentak sama kakak pendamping nya. Nggak tau alesan yang pasti, tapi kakak pendamping kelompok sebelah tiba-tiba ngamuk aja tanpa sebab. Semua mata langsung tertuju kepada kelompok Apollo.

"Haduhh. Gimana ini, gue nggak bakal kena bentak kan. Ya tuhan, tolongin hamba. Masa gue ditandu lagi. Nggk nggak. Malu-maluin aja," batinnya.

Grep

"Eh, nggapain pegang gue?" Nisa yang menyadari tangan nya sedang digenggam seseorang yang lumayan tampan, tinggi dan juga manly. Nggak munafik, tipe Nisa semua itu.

Lelaki itu tak memperdulikan pertanyaan Nisa. Malah, ia semakin menggenggam erat tangan Nisa yang semakin basah karena keringat dingin yang tak berhenti mengucur. Entah mengapa tapi kali ini, ada kejadian aneh. Tiba-tiba, sebagian mahasiswa kesurupan dan banyak yang pingsan.

"Udah. Diem aja, kalau elu ikutan pingsan, kasihan tenaga kesehatan. Mereka dah kewalahan buat nolong yang pingsan. Jangan tambahin lu," ujarnya masih tetap menggenggam erat tangan Nisa.

"Ada benernya sih, kalau gue ikutan pingsan. Kasihan kakak-kakaknya. Pada jejeritan sendiri malah."

*****

Keadaan semakin kacau ditambahan pasokan obat-obatan mulai habis. Saking banyak nya maba yang pingsan. Karena suasana menjadi kacau balau, ketua panitia memutuskan untuk memberikan waktu istirahat untuk maba kurang lebih dua puluh menit. Semuanya dibubarkan dan dibebaskan mau ngelakuin apa aja.

Nisa memanfaatkan waktunya untuk shalat dan makan siang. Setelah mengantri giliran wudhu yang sangat lama, akhirnya giliran nya. Sayangnya, perutnya ingin ke kamar kecil untuk mengeluarkan semuanya. Dan ya, gagal sudah rencana yang sudah dirancang untuk bisa menikmati bekal yang dibawakan oleh bibi.

"Jangan sekarang napa, aing laper tau ah," ujarnya sambil memukul-mukul perutnya sendiri karena gemas.

"Nis, sakit lho nanti perutnya. Kenapa lu pukul sih, salahnya apa?" ujar Mily tiba-tiba.

Nisa tidak begitu memperhatikan Mily dan langsung menitipkan mukena nya ke Mily dan langsung nyerobot kamar mandi. "Eh, punten ya. Aing udah nggak tahan nih. Boleh duluan kah?" tanya nya pada kawan yang mengantri kamar mandi.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang