Bab 6. Kesalahan

62 42 247
                                    

#KarnavalMenulis

#FCP

#dayke-6

#Sembuh

#-+1062

🍁Sebagai sahabat, wajib hukumnya untuk saling mengingatkan. Akan tetapi, kita juga punya batasan. Jangan sampai perkataan yang tidak sengaja keluar dari mulut kita melukai perasaannya 🍁

"Haduhhh. Ni kerjaan kapan kelarnya sih, dari tadi kenapa itu-itu aja. Nggak naik-naik. Gimana mau lulus tepat waktu kalau gini caranya. Lama-lama, lompat dari jembatan gue jabanin nih," gerutu Kana yang sudah muak dengan semua laporan dan makalah magang.

TOK.....TOK.....TOK....

"Bang, makan dulu yuk. Nasi goreng nya juga udah siap. Kami tunggu di ruang tamu ya Bang." ujar Nisa dari sebalik pintu kamar yang berisi manusia stress.

Setelah menawarkan masakan, mereka turun dan menunggu di ruang TV. Ya, makan nasi goreng buatan sendiri ditambah bon cabe level 45 yang pedesnya kek julidan tetangga dengan ditemani drama Korea pastinya. Akhirnya, setelah menunggu kurang lebih lima menit, Kana turun untuk bergabung dengan mereka berdua.

"Nih, kalau pengen pedes tambahin bon cabe sendiri bang. Tuh, samping Mily bon cabe nya," ujar Nisa sambil dirinya memilih drakor apa yang akan ditonton.

"Hemmthhhh. Makasih sayang nya mas," Kana memukul tengkuk keduanya dengan pelan.

Nisa sebenarnya gemaz, namun karena dirinya sedang males berdebat di biarkan saja abangnya melakukan hal seenak jidat, mungkin keisengan abang nya bisa mengurangi tingkat kesetresannya. Ketiganya langsung terlarut dalam drakor yang mengandung unsur hukum yang sedang naik daun sekarang.

"Huhhh. Akhirnya, kenyang juga. Makasih ya dik. Tumben, kalian bisa masak? Ini nggak masakan bibi, kan?" selidik Kana.

"Bukan, ini murni masakan kita. Bibi lagi belanja kebutuhan bulanan. Nggak dirumah, jadinya kita yang masak, ngikutin tutorial YouTube sih. Enak ya, Bang?" Nisa bertanya balik pada abang nya.

Abang hanya mengangguk dan gantian mengambil remote untuk mengganti channel Jejepangan. Nisa marah sih, tapi nggak papa deh karena Abang seneng banget waktu lihat acara kesukaan nya. Keduanya langsung membereskan semuanya. Ada yang lap meja dan ada bagian yang cuci piring.

"Abang ke atas dulu ya, dik." Ujarnya sambil mematikan TV dan naik ke kamarnya.

"Iya Bang. Semangat semangatttt. Semua pasti ada jalan nya."

"Ada anak orang yang pengen dihalalin, Bang. Semangattt. Nikahin anak orang nggak bisa patungan dan menghidupinya nggak cumin "aku cinta kamu, aku sayang kamu". Okee. Hwaithing," ujar Mily dari ruang TV.

******

Acara makan siang udah kelar dan waktu terus berjalan sampai pada akhirnya matahari malu-malu buat muncul lagi. Pancaran cahayanya berkilau orange keemasan dengan gradasi ungu violet yang unik.

"Oi. Sana mandi duluan, gue mau rehat bentar," kata Nisa sambil memainkan laptopnya.

"Eleh. Rehat-rehat, emang lu habis ngelakuin hal berat? Kagak kan. Yang patut rehat si Bibi tuh. Bukan elu," ujar Mily yang tanpa sengaja melukai perasaan Nisa.

"Ya udah, gue mau ke taman belakang dulu. Elu terserah mau ngapain aja. Asal jangan berantakin kamar ya, bye." ujarnya dengan lemas.

"Haduh, kenapa gue ngomong kek gitu tadi ya. Seharusnya diem aja, Mil. Dasar mulut bajay. Habis ini gue harus langsung berlutut nih depan dia." Gerutu Mily yang merutuki perbuatannya.

Sesampainya di taman, Nisa langsung menyiram beberapa tanaman. Kurang lebih waktu yang dibutuhkan untuk menyiram semua bunga sepuluh menit. Kana yang kebetulan kamarnya dekat dengan taman, dirinya bisa melihat Nisa. Bibi juga melihat dan mereka auto panik.

"Dia kenapa kok malah ke taman. Siapa lagi yang nyakitin dia kali ini? Keinget masa lalu nya kah? Waduh, kalau nggak segera ditanyain bahaya banget. Nanti barcode ada dimana-mana lagi." Gerutu Kana dan tanpa pikir panjang, dirinya langsung meninggalkan pekerjaan nya untuk menemui Nisa.

"Sayang, ada apa nak? Siapa yang nyakitin kamu lagi kali ini. Udah malem juga, kenapa nggak istirahat aja?" ujar bi Inah dengan lembut

"Nggak papa, Bi. Nisa cuma pengen nyiram bunga aja, belum ngantuk. Nggak bolehkah?" ujarnya dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

Ada penyesalan sekaligus rasa bersalah kepada bi Inah. Kemudian, Nisa mengajak Bi Inah buat ngobrol di ayunan taman. Nisa hanya bersandar pada bahu bi Inah tanpa mengucap sepatah kata. Bi Inah hanya mengusap pucuk kepala Nisa dengan lembut dan menepuk pelan bahunya.

"Kamu anak baik, sayang. Kamu pantas untuk mendapatkan seseorang yang lebih baik dari dia. Semua nya bakal baik-baik aja. Bibi selalu bersamamu, sayang." ujar bibi lembut. Semua pembantu rumah tangga di keluarga Wijaya sangat menyayangi Nisa semenjak kejadian naas itu.

FLASHBACK ON

"TERJADI KECELAKAAN ANTARA TRUK KONTAINER DENGAN SEBUAH MINI BUS DI JALAN GOA JEPANG KM 5. TERDAPAT SATU KORBAN TERLUKA PARAH DAN SATU LUKA RINGAN. SERTA, SUPIR DARI TRUK KONTAINER SEDANG DIMINTAI KETERANGAN."

PRANG

Anin yang sedang asyik memasak, langsung syok dan tunggang langgang  menuju ke arah TV, dirinya sudah tidak peduli lagi dengan masakannya. Ia berharap, bukan Nisa yang kecelakaan. Karena, kemarin Nisa pamit mau pergi ke Kampung Mawar. Kana berusaha menghubungi Nisa, namun tidak ada jawaban. Alhasil, satu rumah menjadi cemas.

Mungkinkah aku meminta

Kisah kita selamanya?

Tak terlintas dalam benakku

Bila hariku tanpamu

Telfon Kana bergetar dan kali ini Nisa lah yang menghubunginya. Kana merasa lega, setidaknya ada respon balik dari Nisa. Dirinya langsung menerima namun yang didengarnya hanyalah kegaduhan para perawat dan dokter. Kana semakin cemas sekaligus takut terjadi apa-apa dengan adiknya.

"Kita harus segera menolong saudara Marvin. Nyawanya sedang diujung tanduk. Upayakan yang terbaik," ujar salah satu dokter yang ada di ruangan IGD.

"Nis, dik, sayang, adik abang yang paling cantik sedunia. Bagaimana keadaan mu, sayang. Bicara dong, kami disini khawatir karena mendengar berita kecelakaan mobil di TV dan mobilnya sama kek yang kamu bawa sama Marvin. Tadi, abang dengar seseorang panggil nama MARVIN. Marvin tidak apa-apa kan?" ujar Kana dengan terburu.

Tiiittttt................... Tiiiiiiitttt........

DEBAM.......

Nisa merasa dirinya membatu dan semuanya hancur seketika. Disisi lain, keluarga yang ada di seberang telfon langsung ikut terdiam. Kana yang mendengar samar-samar bunyi pacu jantung yang sudah lurus itu langsung cabut ke rumah sakit.

"Mah, Pah. Tunggu disini saja ya. Kana nggak mau, kalian kenapa-napa. Percaya aja sama Kana kalau Nisa nggak papa. Oke. Kana pergi dulu," ujarnya sambil meraih kunci mobil dan langsung tancap gas.

Drett...... drett.......dretttt.....

DI RS. KARYADI YA. NISA TUNGGU DI RUANG UGD.

Begitulah pesan yang kira-kira tertulis di layar handphone Kana. Dirinya langsung menuju rs itu tanpa pikir panjang. Di sisi lain, Marvin sudah terbujur kaku. Dokter pun langsung menghubungi keluarga Marvin untuk menjemput jasad anaknya. Sementara Nisa hanya terdiam dengan tatapan kosong melihat tubuh kekasihnya sudah tak bernyawa.

"Kamu jahat, Vin." Lirih Nisa lalu tiba-tiba semuanya menjadi gelap dan dirinya langsung pingsan. Beruntung saja Kana datang tepat waktu

"Nisaa... jangan gini dik. Abang mohon," lirih Kana.

FLASHBACK OFF

Tak terasa, Nisa sudah tertidur di pangkuan bibi. Kana langsung membawanya kembali ke kamar dan bibi melanjutkan aktifitasnya yang tertunda. Owh ya, Nisa kalau sedang ada masalah entah itu dengan ortu, abang atau siapa saja ia akan ketaman menyiram bunga. Karena untuk menghindari kebiasaan buruk untuk menyelesaikan masalah.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang