Bab 5. Nginep

68 40 243
                                    

#KarnavalMenulis

#FCP

#dayke-5

#Nginep

#-+1500

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Waktunya untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka disambut hangat oleh keluarga Nisa. Anindia, mama Nisa langsung mendekap Nisa dengan kuat, seolah enggan melepaskan putri tercinta nya. Mily ikut terharu melihat kedekatan Nisa dengan sang mama. Seandainya mama nya masih ada, pasti dirinya juga akan seperti Nisa, bermanja dengan sang mama.

"Ya ampun, akhirnya kamu kembali ke rumah Nak. Bagaimana? Sudah membaik bukan? Apalagi kali ini? Kana, setelah ini laporan sama Mama. Mama tunggu di dapur. Sayang sama Mily, kalian nunggu di ruang tengah ya. Nanti Mama buatin sesuatu," ujarnya dengan satu tarikan nafas.

"Owh, jadi mama nih yang ngajarin abang buat ngerap? Pantesan kok kemarin Abang bisa ngerap, titisan mama," ujarnya sambil memakan buah jeruk.

AAKK....

PLUNG....

Satu jeruk dan dua anggur masuk ke mulut Mily. Ya, bisa dibayangin lah gimana masam berpadu sama manis. Mily juga terkejud karena kedua buah itu masuk bersamaan, tapi karena Nisa sangat senang, dirinya pun tak rmasalah. Dua jam berlalu dan ditutup dengan hidung Nisa kembali mengeluarkan darah.

"Nis. Ya Tuhan.. Itu, hidung mu keluar banyak darah. Ini nih. Semoga mampet tuh darah nya," ujar Mily yang memberikan beberapa lembar tissue untuk Nisa.

"Hah, masa sih," katanya yang nggak percaya.dan ya kepala nya mulai sakit kemudian tumbang deh.

*******

"Dik, kamu sehat-sehat terus ya. Abang akan ngelakuin semuanya demi kamu senang dan juga ikhlasin dia. Kamu nggak boleh terus-terusan kek gini. Kamu pantes dan berhak dapat yang terbaik melebihi dia."

Cairan bening hangat mulai terkumpul di sudut pelupuk mata Kana. Dirinya berusaha keras untuk menahan cairan itu agar tidak menetes. Namun, nihil. Dirinya malah menangis sambil memeluk Nisa dengan kuat.

PUK.....PUK......PUK......

"Bang, sabar ya. Nisa orang nya kuat dan dia pasti bisa untuk ikhlaskan masa lalunya. Dia orang baik juga. Bener kata Abang, dia pantes buat mendapatkan lelaki yang lebih baik. Tapi, mungkin dia memang butuh adaptasi. Apalagi Marvin nggak ada tepat di depan mata nya."

"Ia Mil, abang percaya sama Nisa. Tapi, kalau kek gini caranya dia kasihan. Dia mungkin kan buka hatinya buat orang lain?"

"Sangat mungkin, Bang. Semuanya mungkin dan ya abang tau sendiri mengikhlaskan seseorang nggak semudah membalikkan telapak tangan. Kebo aku ini cakep dan ya terkadang gesrek nya kambuh itu buat orang seneng kok. Jadi, tenang aja."

Kana hanya tersenyum dan Mily menepuk-nepuk bahu Kana. Setelah itu, Mily langsung tidur di samping Nisa yang kelihatannya sudah terlelap. Ya biasalah, megang tangan abang nya waktu tidur sekarang udah jadi hobi baru Nisa. Kana membiarkan adiknya memegang tangan nya. Sampai satu setengah jam berlalu, akhirnya Kana balik ke kamar nya untuk kembali mengerjakan tugas yang sempat tertunda.

*****

KUKURUYUK....KUKURUYUK......

Suara ayam jantan dan sinar mentari perlahan membelai lembut pipi kedua gadis itu. Suara teriakan Letta sudah menggema di depan Nisa dan Mily. Nisa langsung memeluk Letta kemudian menidurkan nya di tengah-tengah mereka berdua. Nisa memeluk Letta dengan kuat karena dirinya sangat merindukan kakak nya.

"Letta. Sayang nggak mandi? Nggak sekolah? Ini jam berapa?" ujar Nisa sambil membelai lembut surai hitam yang sengaja diurai Letta.

"Letta udah wangi dong, Kak. Tadi jam enam udah mandi. Owh ya Kak, jogging yuk. Letta kangen waktu itu kita jogging bareng, makan siomay mamang, godain bang Kana sama cubitin kak Mily lagi," ujar Letta dengan mencubit pelan bahu Mily yang membuat yang dicubit terbangun.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang