Bab 24. Nightmare

37 22 150
                                    

#Karnaval Menulis

#FCP

#dayke-24

#nightmare

#-+1130 jumlah kata

Membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk memecah keheningan malam. Kedua gadis itu sudah terlelap dan hanyut dalam mimpi masing-masing.

"Semoga kalian baik-baik saja. Dan lancar kuliah hari pertama besok," gumam Kana.

Kembali ia fokus dengan menatap jalan dengan serius. Dua puluh lima menit berlalu, akhirnya mereka sampai di rumah. Bisa cepat sampai rumah karena situasi dan kondisi sangat mendukung. Nggak bosen juga jadinya karena nyetir nggak ada temen.

TINN.... TINN....

Klakson mobil Kana menggelegar mengagetkan satpam yang hamper saja memasuki alam bawah sadarnya. Tak lama kemudian, satpam itu segera membukakan pagar kemudian menutup kembali setelah tuan besarnya sudah masuk di pekarangan rumah.

Ceklek

"Maaf ya pak, tadi ngagetin bapak. Kana soalnya lagi capek. Lain kali janji deh nggak klakson lagi kalau udah tengah malem," ujarnya sambil menjabat tangan pak satpam yang sudah membantu dia untuk mengamankan keadaan sekitar rumah.

"Nggak papa atuh, mas. Kan memang sudah tugas Bapak. Kalau Bapak mageran, bisa-bisa dipecat sama tuan nanti. Terus, anak istri bapak makan apa dong. Masa pasir," ujar pak Dani dengan gaya khasnya seperti sedang memelas.

Kembali Kana geli ketika pak Dani memasang wajah seperti itu dihadapan nya. "Iya... iya Pak. Kana paham. Ya sudah, kalau gitu bapak boleh kembali ke post. Terima kasih ya pak. Selamat malam," ujar Kana.

Pak Dani langsung bergegas ke pos nya untuk beristirahat. Sebelum itu, ia mengoleskan obat anti nyamuk. Biasanya, ketika bangun badannya sudah memerah seperti dipukul pakai sapu lidi.

"Dik. Nisa, ayo bangun sayang. Udah sampai rumah nih, tiduran di kamar aja. Disini nggak empuk cem spring bed," ujarnya dengan lembut. Kembali Kana seperti kebiasaan barunya untuk mengurai surai hitam yang dibiarkan tergerai setelah acara penutupan OSPEK tadi.

Eunghhh....

Tumben-tumben nya langsung ngerangkul kek gini, biasanya aku duluan yang harus mancing buat dia bangun. Kecapean kah kamu, sayang.

Kini, ketiganya sudah memasuki rumah dan Bi Inah juga masih terjaga karena ketiga anak asuhnya belum berada dirumah.

Ceklek

"Kalian kemana aja. Kok baru pulang. Kalau alesan kampus, apa alesan nya. Mesti jawabnya "ada tugas mendadak" Bi. Ayo, nggak boleh gitu jawaban nya," cecar bibi.

Kana tidak memperdulikan ocehan bibi dan dia, Milly beserta Nisa yang kini sudah nyaman di pelukan nya langsung menuju lantai atas. Tepat dimana kamar Nisa dengan Kana berada.

Ada apa lagi ya. Kok tumben-tumbenan Kana sedingin itu. Semoga, kalian nggak papa ya, Nak.

****

Tap... tap.... tap.....

Langkah panjang yang ditimbulkan oleh suara kaki keduanya langsung menjangkau kamar Nisa.

"Ya Allah, buset bang. Kenapa gelap banget. Lu mesti belum isi ulang token listrik kan. Gila sih, orang yang tajir melintir kek lu token listrik aja sampai bunyi. PLN pun terpaksa tahan listrik kalian. Bayar gih, cepetan," racau Mily tak jelas. Sudah sangat jelas kalau nyawa nya masih ada yang tertinggal di mobil.

"Kamu belum nyalain saklar nya, dik. Makanya, gelap. Di hidupkan dulu ya sayang ya saklar nya. Nanti baru tuh ada beberapa berkas cahaya yang buat mata kamu seratus persen bakalan minus tinggi," ujar Kana dengan tenang. Ia tau, kalau Mily masih kekurangan nyawa.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang