#Karnaval Menulis
#FCP
#Dayke-23
#Keraguan
#-+ 1067Kata
Luka lama memang sulit untuk disembuhkan, namun kamu akan selalu tersiksa jika kamu tidak berusaha untuk melupakan nya.
Gibran Prasetya
Setelah tiga hari melewati seluruh rangkaian acara yang diadakan oleh fakultas. Akhirnya, hari ini tanggal 16 Agustus tepat tengah malam, seluruh acara OSPEK kampus Ardana resmi ditutup dan seluruh mahasiswa dinyatakan telah official menjadi bagian dari kampus Ardana.
Lima sekawan itu langsung berkumpul di gazebo dan saling mengeluarkan keluh kesahnya masing-masing. Bahkan, Oliv pun langsung menyenderkan kepalanya tanpa permisi di bahu Fajar. Tanpa basa-basi, Fajar langsung ikut meletakkan kepalanya di atas kepala Oliv.
Jangan ditanya bagaimana keadaan Nisa. Gadis itu sudah berusaha sekuat mungkin untuk mencegah anemia nya untuk bertamu. Namun, emang dasar anemia kalau Nisa nggak mau mempersilahkan jangan ngotot kasihan Nisa nya.
Setelah mendengar sirine dan letupan bunga api yang menghiasi langit kota Semarang yang menandakan berakhirnya OSPEK, seluruh mahasiswa baru membubarkan diri secara tertib. Ada yang langsung pulang, ada yang nunggu jemputan dan ada juga yang masih nongkrong di gazebo.
Kok dia cantik banget sih. Mirip banget sama mbak Afrin. Jadi kangen mbak Afrin kan.
Tapi, maksud abang lu itu gimana? Gue nangkepnya lu takut dikecewain sama cowok. Masa lalu lu kalau gue boleh tau kenapa sih? Jiwa kepo gue perlahan bangun kan.
Lima menit sudah Gibran memandangi wajah teduh Nisa yang sedang tertidur pulas di bahunya. Seperti biasa, ia menarik kedua ujung bibirnya sehingga membentuk senyuman manis ditambah lesung pipi nya meningkatkan intensitas ketampanan nya.
"Gib, lu sehat kan?" ujar Mily yang langsung menyeletuk ketika tak sengaja melihat Gibran senyum sendiri memperhatikan Nisa secara intens.
"Ya gimana lagi Mil, lagi terjebak di zona pink ya kek orang gila gitu. Biarin aja, kalau udah waktunya juga nanti kalian sedih," ujar Fajar yang tidak sengaja mengatakan keadaan Gibran yang sebenarnya.
"Hah, maksud lu apa Jar?"
Nisa yang sedari tadi terlelap langsung terbangun dan langsung kaget mendengar pengakuan Fajar. Kini, semua mata ciwi tertuju pada Fajar seolah mereka meminta pertanggungjawaban atas argumen yang dilontarkan Fajar yang seharusnya tidak boleh diomongkan pada siapa pun.
FLASHBACK ON
Setelah selesai menikmati keindahan langit malam yang bertabur bintang, kedua cowok itu langsung memutuskan kembali ke kamar rawat. Ketika menuruni anak tangga, tiba-tiba tubuh Gibran berkeringat, muncul bintik merah pada kulit dan sesak napas. Gibran langsung mencengkeram pergelangan Fajar sedikit keras.
"Apaan sih lu, sakit tau ah. Nggak usah terlalu kenceng pegang nya," ujarnya sinis.
"Gu--- guee----," nafas Gibran semakin memburu dan akhirnya ia jatuh terduduk. Melihat kawan laknat nya terduduk dengan keadaan sesak nafas, ia langsung segera membawa Gibran ke ruang rawatnya.
"Anjir Gib, lu kenapa gila. Jangan nge- prank gue kek gini elah. Nggak lucu prank lu beneran dah. Gibrann," gerutu Fajar sambil langkahnya tergesa-gesa.
Apakah kalian ingat dengan dokter muda yang merawat Nisa? Kalau masih ingat, dokter itu juga lah yang merawat Gibran saat ini. Lima menit kemudian, keduanya sampai di kamar rawat. Adit yang sedari tadi menemani Qilla terkejud karena ada dokter beserta rombongan nya tiba-tiba memasuki ruangan Gibran.
Tak kalah terkejudnya ia ketika melihat adiknya yang sudah terkapar tak berdaya. Kembali ia mengingat masa lalu nya bersama Gibran yang penuh suka cita. Dulu, waktu Adit kelas enam sedangkan Gibran kelas empat. Waktu itu, mereka Gibran bersama kembaran nya Gilang belum pulang ke rumah. Padahal sudah waktunya jam pulang.
Saat itu, Adit dan Afrin kebingungan mencari keduanya. Sampai-sampai, mama mereka memukul Adit dan Afrin dengan sapu lidi. Karena saudara kembar itu belum pulang ke rumah. Lewat lima belas menit, akhirnya muncul juga tanda-tanda kehidupan dari saudara kembar.
Adit sempat kesal dengan keduanya dikarenakan gara-gara merekalah Adit dihukum seperti ini. Sekujur tubuhnya memerah dan lengan nya sedikit tergores ranting ketika hendak mengambil buah rambutan di depan rumah.
"Kenapa dia Jar. Dia nggak kambuh lagi kan?" ujarnya yang diselimuti kekhawatiran kalimat per kalimat yang ditanyakan.
"Doakan aja mas. Semoga dia baik-baik saja," ujar Fajar yang nggak kalah paniknya dengan Adit.
"Lu harus kuat Gib, ayo bangkit. Jangan dulu nyusulin tante sama saudara-saudara lu. Gue masih butuh temen kek elu," monolog Fajar yang tak disangka juga mengeluarkan setetes cairan bening hangat dari ujung matanya.
Kali ini, bukan Raihan yang turun tangan mengatasi Gibran. Namun, ada dokter senior yang merawatnya. Kurang lebih setengah jam, akhirnya semua perawatan yang di berikan sudah selesai.
"Bagaimana keadaan adik saya, dok?"
"Syukur alhamdulillah adik anda baik-baik saja. Tidak ada yang serius menyangkut penyakit nya. Pasien memang harus dijaga suasana hatinya dan jangan mengungkit kenangan pahit di masa lalunya. Semoga cepat sembuh untuk mas Gibran Prasetya. Saya permisi dulu," ujar dokter terserbut.
Fajar kemudian mengantarkan dokter itu untuk kembali ke ruangan nya. Sedangkan, Raihan masih memilih menetap untuk memantau keadaan nya. Raihan perlahan mulai mencairkan suasana dengan pertanyaan basa-basi.
"Jadi, kalau boleh saya tau. Bagaimana orang ini dimata anda?" ujar Raihan yang tiba-tiba langsung to the point tentang apa yang ingin dia ketahui.
Namun, Adit tak langsung mengatakan cerita sebenarnya. Karena, dokter ini masih baru bagi dia. Nggak mungkin kan baru ketemu langsung diceritakan masalah apa yang terjadi sebenarnya.
"Owh, dokter kok masih disini? Nggak ada kegiatan lain kah?"
Suasana di ruang rawat Gibran seketika mencair karena kedatangan Fajar. Raihan pun pamit undur diri dari Adit dan juga Fajar. Awalnya, Fajar ingin menawarkan untuk mengantar dokter tersebut ke ruangan nya. Namun, Raihan katanya ada acara. Ya sudah, dia kembali dengan sendirinya.
FLASHBACK OFF
"Nggak nggak. Si Fajar cuma becanda doang kok. Mana mungkin gue mati muda, nggak mau lah. Kan gue masih pengen sama Nisa," ujar nya sambil mencolek manja pipi gembul Nisa.
Karena memang sudah tidak kuat lagi menahan kantuk, Nisa merespon hal itu dengan biasa aja. Nggak heboh sama sekali, akhirnya Nisa mulai menyamankan kepalanya kembali di bahu Gibran.
Nggak nggak, gue nggak bisa kasih tau dia sekarang. Gue nggak mau nyakitin perasaan nya. Tapi, gue juga nggak tau umur gue bakal sampai berapa tahun nanti. Pusing bangeett.
Satu jam kemudian, mobil berwarna merah hati kembali memecah keheningan malam. Sang empunya langsung turun kemudian tanpa basa-basi mengangkat tubuh Nisa dengan gaya bridal style. Untung saja suasana sudah mulai sepi. Kalau tidak, ia bisa masuk trending topik di FBS.
"Udah lama nunggu ya, makasih kalian udah nemenin Nisa sama Mily. Dik, ayo pulang. Udah malem nih. Maaf nungguin lama, proposal belum kelar-kelar," ujarnya.
"Dah, pulang yok marmud merah jambu. Gebetan lu dah balik, gue capek. Mana si Oliv berat banget lagi, bahu gue keram rasanya," rintih Fajar yang seperti mengigau.
"Anterin Oliv dulu. Udah malem nih, kasian dia cewek," Gibran langsung mengambil mobilnya, setelah itu mereka bergegas untuk pulang. Oliv di pulangkan dulu lah ye ke rumah, masa bawa ke rumah sih kan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Dia Kembali
RomanceSemuanya bermula dari kecelakaan yang melibatkan mobil dengan truk kontainer yang menewaskan satu orang dan satu penumpang terluka. Kontainer yang membawa sabun itu mengalami rem blong di sekitar tanjakan di kota Semarang. "Kamu jahat, Vin." Setela...