#Karnaval Menulis
#FCP
#dayke-19
#Pengganti
#-+ 1098
Akhir perjalanan kelompok Hera dari gedung tua membuahkan hasil. Tidak terjadi apa-apa dan tidak jua ada yang pingsan.
"Jar, lu tadi liat ada cewek nggak sih di pojokan dekat kamar mandi?" ujar Gibran pada Fajar.
"Jan ngadi-ngadi lu, mana ada cewek di pojok kamar mandi. Orang kamar mandi nya aja dah bau banget dan banyak spider bergelantungan. Nggapain ciwi ke tempat kek gitu, aneh banget," ketus Fajar kemudian langsung meninggalkan Gibran di tengah kebingungannya
Lha terus yang gue liat tadi siapa dong. Astaga, ngeri banget njir😱
Udahlah, mending makan nasi rames sabi kali ya. Eh Fajar jelek, tungguin gue.
"Buruan. Kantin bu Darmi selalu rame kalau waktu istirahat gini," teriak Fajar yang masih berjalan meninggalkan Gibran yang jauh di belakang.
Disisi lain, Oliv dan Mily langsung menghampiri Nisa yang terlihat murung dengan tatapan sendu. Seperti ada seseorang yang menyinggungnya.
"Nis, kamu kenapa?"
****
FLASHBACK ONDi ruang kesehatan, terjadi kegaduhan yang cukup membuat semua orang panik dan kebingungan. Tiba-tiba, ada salah satu mahasiswa yang kesurupan dan menunjuk Nisa. Mendekati Nisa, membelai pipinya, menampar serta menjambak rambutnya ketika ia sedang terlelap.
"Owh gadisnya Marvin. Bagaimana kabarmu sayang, mengapa kamu belum juga melupakan Marvin. Apakah kamu merasa bersalah atas kematian nya? Apakah kamu masih memikirkan nya? Tidakkah kau menyadari kalau ada seseorang yang berusaha dekat denganmu? Sadarlah sayang," ujar salah satu mahasiswi yang entah tau dari mana tentang Marvin. Padahal, Nisa pun tak pernah membicarakan Marvin kepada siapapun kecuali keluarga, Mily, abang dan kawan terdekatnya.
PLAK.
BUGH.
Astagfirullah, sakit woi. Kenapa cewek ini bisa tau Marvin? Padahal aing juga nggak kenal dia. Mana pukul perut segala lagi. Sakit tau, yang lu pukul yang habis ditusuk segala. Astaga.
Tenaga kesehatan langsung memisahkan mereka berdua agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu tenaga kesehatan yang kebetulan bisa mengatasi hal-hal seperti itu langsung membantu menenangkan mahasiswi dan arwah yang merasuki nya.
"Dik, kamu nggk papa kan? Mana-mana yang sakit," panik Amel
"Nggak papa kak, Nisa baik-baik aja. Cuma nyeri sedikit di pipi sebelah kiri sama perut sebelah kiri juga," ujarnya sambil menunjukkan bagian mana yang agak sakit.
Kebiruan, itu yang dilihat oleh Amel pertama kali ketika melihat perut sebelah kiri Nisa. Agak ngilu tetapi ia berusaha untuk menahan dan mengobati. Bukan mengobati cuma untuk mengurangi rasa sakit saja.
"Marvin itu siapa nya kamu dik? Masa lalu kamu kah?" celetuk Amel yang berusaha mencari suasana setelah kejadian tadi.
"Hehe, iya kak. Kenapa kak?"
"Owh, nggak papa. Hanya bertanya saja. Sepertinya, kamu sangat menyayangi nya ya? Sekarang, dia dimana? Sedang berkuliah kan atau sedang melakukan kegiatan lain?" tanya kak Amel.
Anjir, kenapa bisa panjang banget gini urusan nya sih. Siapa pula yang masuk ke badan nya siswi itu. Ni kampus apa kuburan sih. Isinya hantu semua. Dan kenapa tu arwah bisa tau hubungan gue sama Marvin.
FLASHBACK OFF
****
"Jadi gitu ceritanya. Gue juga nggak tau tetibanya cewek itu nampar sama pukul gue gitu aja," ujarnya sambil memegangi pipi serta perutnya yang masih nyeri.
"Anjir, siapa itu Nis. Jangan-jangan, ada keluarganya yang juga udah meninggal dan tau hubungan lu sama Marvin dan masih nggak terima kalau Marvin meninggal kek gitu," ujar Mily panjang lebar kek jalur kereta
"Dah ah, nggak tau. Bodo amat. Aing laper. Yok lah ke kantin," ujar Nisa untuk menghentikan argumen yang tidak jelas dari Mily. Sedangkan Oliv yang tidak mengerti apa-apa hanya diam dan bingung.
"Nih, nggak usah ke kantin. Tadi ada yang kasih buat elu. Jangan keseringan makan pedes, telat makan, obatnya diminum, jangan terlalu dipikirin nanti OSPEK nya mau diapain," ujar suara yang sangat tidak asing di telinga Nisa sekarang.
Gibran kah?
Perlahan, ia mendongak dan memperhatikan dengan jelas siapa laki-laki itu. Benar ternyata, Gibran pelakunya.
"Makasih. Btw, tadi acara nya gimana? Katanya lu mau ceritain ke gue kalau gue nurut sama elu?" Tagih Nisa pada Gibran karena sudah menuruti perkataannya untuk diam di ruang kesehatan.
"Eh, kita belum kenalan. Kenalin, gue Fajar Arrayan Adhitama. Biasa dipanggil Rayan. Salken girls," ujar Fajar dengan genit.
PLETAK.
"Eleh. Rayan Rayan. Rayan pala peang. Jangan percaya, dia itu sering dipanggil Fajar. Jadi, panggil aja dia kutu kupret," celetuk Gibran.
"Eh, saudara Gibran yang paling jelek sedunia bawah dan atas. Lu kagak cermatin nama gue baik-baik apa. Ada unsur Rayan, kan. Kenapa elu yang sewot. Eh, jangan asal ganti nama orang aje ye. Belum elu selametin pakai bubur merah sama ni nama dah korban dua kambing, tau nggak. Jadi, diem aja dah lu. Tuh, pacar lu. Urusin, udah dapat izin dari Abang ganas nya kan," celoteh Fajar panjang x lebar x tinggi.
"Ups, sorry bro," ujarnya merasa bersalah karena seharusnya ia tidak mengatakan hal itu di depan Nisa.
"Hah, kalian kok tau kalau gue ada Abang?" Nisa terkepo-kepo pada dua sahabat bobrok itu.
Anjir, kenapa kutu kupret ini malah terus terang sih. Malu anjir. Mana depan orang nya langsung lagi.
****
Gibran tidak mengindahkan pertanyaan yang di lontarkan Nisa. Ia langsung mengalihkan nya dengan membuka kotak makan dan langsung menyuapkan sesuap demi sesuap nasi ke Nisa."Wahh. Sosis kenzler. Makasih ya Gib," ujarnya sambil nguyel-nguyel pipi Gibran.
Eh, kenapa tadi gue kek gitu sih. Tetiba nya nguyel-nguyel pipi dia. Anjirr, lu kenapa sih Nis. Bisa-bisanya. Jaim dikit napa, jangan terlalu jelas.
Gila, dia nguyel-nguyel gue. Mimpi apaan semalem gue. Bisa di uyel-uyel dia. Nggak sehat jantung gue, Nis.
Keduanya saling pandang dan saling melempar senyum satu sama lain. Sedangkan Fajar, Mily dan Oliv hanya geleng-geleng kepala liat kelakuan dua orang bucin ini.
"Ya Tuhan. Kenapa diriku selalu melihat keuwuan orang lain, sedangkan diriku masih saja sendirian kalau kemanapun. Mau pacar, Mil," ujar Oliv yang bergelayut manja di bahu Mily.
"Anjir ah, gue geli tau Liv. Ya gimana ya, jodohnya kita masih malu-malu. Sedangkan jodohnya Nisa dah di depan mata," ujar Mily yang menyindir dua orang yang dimabuk asmara.
"Kalian itu apaan sih. Udah-udah, kan kita semua teman. Nggapain harus jodoh-jodohan segala sih," Nisa berusaha melerai kedua sahabatnya itu.
Gibran pun hanya tersenyum tipis sambil melanjutkan kegiatan nya untuk makan siang juga. Kebetulan, lima orang yang telah mendeklarasikan diri mereka sebagai "kawan" itu membawa bekal.
****
WIU..... WIU..... WIU....."Astaga, cepet banget sih. Perasaan baru tadi istirahatnya. Kenapa dah masuk aja," gerutu Gibran sambil membereskan kotak makan siang nya.
"Ya yang namanya lagi di zona pink, waktu sejam pun terasa cuma beberapa detik doang sih. Nggak heran," celetuk Fajar.
Setelah mereka membereskan semua nya, mereka langsung lari tunggang-langgang menuju kembali ke kelompok mereka. Cuma Mily yang terpisah karena dia dapat kelompok dewa.
Gila, apa ini ya cowok yang dikirim tuhan buat gantiin Marvin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Dia Kembali
RomanceSemuanya bermula dari kecelakaan yang melibatkan mobil dengan truk kontainer yang menewaskan satu orang dan satu penumpang terluka. Kontainer yang membawa sabun itu mengalami rem blong di sekitar tanjakan di kota Semarang. "Kamu jahat, Vin." Setela...