#Karnaval Menulis
#FCP
#dayke-22
#Janji untuk Nisa
#-+ 1214
Setelah semua maba berhasil dikumpulkan kembali, kini saatnya Mily berpisah dengan Nisa, Oliv, Gibran dan Fajar. Karena diantara mereka berlima, hanya Mily yang berbeda jurusan. Sedih sih, tapi ya gimana lagi orang itu yang menjadi pilihan Mily.
"Nitip bocil gue ya Gib, Jar, Liv. Gue mau pergi dulu sebentar. Di luar jam kuliah, sabilah nongkrong. Oke."
Nisa yang sedari tadi membelakangi keempat sahabatnya berusaha menahan bulir hangat itu meluncur melewati pipi nya. Tapi, Nisa nggak bisa buat bohong sama Mily, karena ya mereka sahabatan sejak kecil. Meskipun sering terjadi pertengkaran hebat yang kadang membuat Kana ketar-ketir.
"Udahlah, gue cuma pergi sebentar. Empat tahun aja kok, walaupun nggak bakal sering bareng. Lu kan masih punya Gib, Fajar, sama Oliv. Mereka yang bakal dampingi elu, selalu temenin elu dan selalu dengerin curhatan elu. Bener kan, kalian akan selalu jaga Nisa kan," Mily melirik ketiga sahabat barunya untuk meyakinkan Nisa kalau mereka akan selalu nemenin Nisa.
Gila, ni bocah kalau udah sedih, sedih juga ya. Kenapa gue iba banget. Mesti persahabatan nya sama Mily udah deket banget. Padahal, mereka cuma pisah gedung aja. Sedihnya udah kek ditinggal pergi selamanya.
Mereka bertiga langsung menghampiri Nisa yang sudah memeluk erat Mily. Nisa yang akhirnya melepaskan bulir bening yang sudah menumpuk di pelupuk matanya untuk bernafas keluar.
"Mampus lu, apa kuat lu ngadepin cewek kek gini. Cengeng dan apa-apa nangis?" ujar Fajar pada Gibran yang sedang ikut terbawa suasana diantara ketiga gadis itu.
"Anjir, setan gedung kosong nya mampir lagi neh. Jangan-jangan, yang lu liat itu emang beneran bukan manusia," racau Fajar yang semakin nggak jelas.
"Lu ngomong apaan sih, gue lagi berusaha buat dalemin peran nih ah. Ngerusak peran aja lu pada," sambil beradegan mengusap pipi nya seolah ia sedang menangis.
"Udah-udah. Jangan nangis terus. Kalian nggak pisah selamanya kok, Cuma pisah gedung aja. Kalau di luar perkuliahan kan bisa nongki bareng," ujar Prasasti. Akhir-akhir ini, Prasasti memang selalu hadir dalam setiap kegiatan Nisa selama OSPEK berlangsung.
Flashback on
Di sebuah cafe yang cukup terkenal di kalangan anak muda, terdapat dua muda-mudi yang sedang melakukan percakapan yang ringan, namun serius.
"Oi. Dah lama nunggu gue kah?" ujar seorang wanita dengan outfit kemeja kotak-kotak dengan memadukan jeans, sneakers dengan jilbab berwarna nude dan tak lupa bucket had berwarna hitam menghiasi kepalanya.
"Kagak, cuma dua puluh lima menit doang," ujarnya dengan sedikit ketus dan terkesan mengacuhkan gadis itu.
"Ya elah, maafin dah. Tadi itu macet, ada kecelakaan. Jadinya, lalu lintas yang seharusnya sepuluh menit gue sampai, jadinya dua puluh lima menit deh nyampe nya," ujar gadis itu sembari membaca daftar menu yang tersedia.
Muda mudi tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Kana dan Prasasti. Keduanya sangat dekat sejak SMP. Sempat terpisah waktu SMA dikarenakan Prasasti harus mengikuti orang tuanya untuk tugas dan akhirnya pindah ke Kalimantan Tengah. Semenjak itulah, keduanya jarang berkomunikasi. Namun, akhirnya ketika akan memasuki perkuliahan, mereka masuk di kampus yang sama, namun jurusan yang berbeda. Kana di jurusan teknik sedangkan Prasasti di Bahasa dan Seni. Lebih tepatnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
"Ada apa nih? Tumben lu mau ketemu gue. Mesti ada masalah serius neh. Jangan-jangan, lu ngelakuin kejahatan ye. Anjir, lu nggapain gila?" ujar Pras panjang lebar kek kereta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Dia Kembali
Storie d'amoreSemuanya bermula dari kecelakaan yang melibatkan mobil dengan truk kontainer yang menewaskan satu orang dan satu penumpang terluka. Kontainer yang membawa sabun itu mengalami rem blong di sekitar tanjakan di kota Semarang. "Kamu jahat, Vin." Setela...