Bab. 7 Paket dari Mantan

70 38 241
                                    

#KarnavalMenulis
#FCP
#dayke-7
#jumkat -+1054

Semilir angin berhembus lembut menerpa kulit wajah Nisa yang masih tertidur. Mily memperhatikan wajah sahabatnya. Sahabat yang dulu sangat ceria, rupanya sekarang tengah memendam rasa rindu yang luar biasa. Dirinya juga merasa bersalah karena telah bicara seperti itu dengan Nisa.

"Nis, maapin gue yak. Gue nggak sengaja ngomong kek gitu kemarin."

Hmttthh.........

"Tumben kau bangun awal dari aku. Biasanya, diriku yang sering bangunin kamu" ujar Nisa masih dengan mata tertutup.

"HOII..... sejak kapan lu bangun," Mily terkejud karena posisi mereka saling punggung dan ia tidak melihat kebo nya udah bangun.

"Sejak tadi. Udah shalat belum? Kalau belum, sana shalat dulu. Untung aja matahari yang sapa elu duluan, kalau malaikat?"

"Dah mampus gue," ujar Mily sambil masih meringkuk di kasur.

"Ya udah sana. Jangan malah tidur lagi. HEIII. Kalau lu tidur lagi gue makin tereak kenceng neh. MILL," Mily langsung membungkam mulut Nisa dan langsung bergegas ke kamar mandi untuk wudhu.

Mily langsung mengambil mukena Nisa yang tersimpan rapi di nakas samping tempat tidur. Setelah itu, dirinya shalat dan Nisa melanjutkan tidurnya karena sedang absen shalat. Lima menit berlalu, Mily akhirnya beres shalat nya. Sebenarnya, selesai shalat ia ingin minta maaf sama Nisa. Tapi, nggak enak aja.

"Nis..." ujar Mily yang berharap kali ini permintaan maafnya diterima.

"Hemthhh. Paan?" ujar Nisa yang masih memunggungi dirinya dengan bermain hp.

"Emthh. Maapin gue yak. Tentang kemarin, gue nggak bermaksud buat bikin elu marah."

Kini, dingin menyelimuti mereka berdua. Sampai tiba-tiba Kana datang ke kamar Nisa dan dirinya langsung mendapat tatapan sinis dari keduanya. "Ampun bebeb-bebebku. Aing mau pinjem headset doang, kagak ada maksud apa-apa," ujar Kana yang langsung meraih headset yang ada di nakas.

"KELUAR BANG.. KELUAR NGGAK LU.... SEENAKNYA AJA LU MASUK," keduanya menimpuk Kana dengan barang yang ada di kamar.

"Iya Iya... Ini mau keluar kok. Minjem headset yak. Ntar aing balikin. Makasih Nisa," Kana langsung cabut dari kamar adiknya.

Setelah Kana keluar, akhirnya suasana kembali dingin. Namun, selang dua detik Nisa memeluk Mily dari belakang. Yang dipeluk terkejud dan langsung memeluk balik Nisa.

"Lu itu sahabat gue. Gue cuma punya elu aja. Yang bisa diajakin buat gila bareng, stress bareng dan semuanya bareng. Jadi, gue nggak bisa buat benci elu. Gue juga minta maaf yak, kalau sifat gue masih kek bocah yang ngeselin. Gue sayang ama lu, Mil." Nisa semakin mengeratkan pelukannya.

"Makasih ya udah maapin gue. Gue juga sayang banget ama lu. Gue berusaha memahami lu. Gila bareng lu, stress bareng lu dan ngusilin bang Kana sampe dia KO. Gue sayang sama lu Nis," ujar nya.

Di balik pintu, Kana mengintip kedua gadis itu sedang berpelukan dan saling meminta maaf. Ia sedikit terharu dan juga senang. Jadi, masalah nya kemarin cuma salah paham aja. Kini, dirinya bisa lebih tenang.

*****
Ting.... Tong.... Ting.... Tong....

"Eh, tumben ada tamu. Siapa ya kira-kira?" ujar bibi yang berjalan tergopoh-gopoh dari dapur ke pintu utama.

"Apa betul ini rumah Arkana?" tanya kurir

"Iya betul, paket untuk Kana dan dari siapa paket ini?" tanya bibi hati-hati. Karena, dulu Kana pernah mendapat paket boneka yang di matanya sudah dilengkapi kamera pengintai.

"Saya tidak tau, Bu. Silahkan tanda tangan sebelah sini," ujar kurir dengan menunjuk sebuah kolom tanda terima di sebelah kanan bawah.

Bi Inah langsung menandatangani kertas itu dan paket langsung diserahkan kepada penerima. Setelah kepergian kurir, bibi langsung memanggil Kana untuk mengambil barang nya.

"Tuannnn. Ada paket nih buat kamu. Bibi taruh di meja ya. Bibi mau lanjutin masak dulu," teriak bibi.

Kana yang mendengar teriakan bibi samar-samar bergegas turun. Siapa tau bibi memang butuh bantuan. Angkat galon misalnya.

"Iya Bi. Ada apa?" tanya Kana yang sudah sampai di dapur dan mencomot sedikit gula putih.

"Tuh, ada paket. Bibi dah taruh di meja. Nggak berani buka karena takut barang nya privasi," ujar bibi kembali.

Slurpp..... Slurppp...

"Ah, sudah enak. Owh ya, nanti panggil adik-adik mu untuk makan ya, sayang. Semuanya udah siap," ujar bibi ke Kana.

Kana langsung menuju meja makan dan berteriak memanggil semua adiknya untuk turun makan pagi. Adik-adiknya sudah turun dan dirinya akan menyimpan paket itu. Kemudian baru bergabung dengan adik untuk makan.

"Yeayyy. Ayo kak, Letta kangen disuapin sama kakak," ujar Letta dengan manja pada Nisa.

Nisa langsung mengambil nasi dan lauk yang diminta Letta. Kemudian, ia menyuapkan perlahan ke Letta. Mily juga sesekali membantu menyuapkan nasi untuk Nisa yang kerepotan. Karena harus menyuapi Letta.

"Hemmtthh. Bibi emang de best deh. Sayur asem sama lele plus sambel nya mantul banget," ucap Mily pada bibi yang ikut makan bersama mereka.

"Terima kasih non Milly. Tapi, masakan bibi nggak seenak gitu deh kek nya. Biasa aja. Tapi, kalau kalian suka ya syukur." Aujarnya membalas pujian yang dilontarkan oleh Mily.

*******
Waktu berlanjut hingga mereka tak sadar bahwa hari mulai gelap. Mereka semua langsung melanjutkan aktivitas masing-masing. Karena penasaran apa isi paket tersebut, Kana langsung membuka nya.

"Semoga nggak aneh-aneh lagi isinya," ujar Kana sambil membuka paket ragu-ragu.

Slrek...

Perlahan Kana membuka paket yang berlapis packagingnya. Lama-lama, Kana kesel karena udah kesekian kalinya kotak itu disobek, nggak kelihatan barang nya apa.

"Kalau kali ini lu nggak nampak, asli bakal gue buang lu ye," ujarnya sambil masih berusaha buat barang itu muncul.

Akhir yang ditunggu-tunggu, akhirnya barang itu kelihatan juga. Bentuknya seperti diary. Karena penasaran, Kana langsung mengambilnya lalu meletakkan di meja belajarnya.

"Kek pernah lihat ni diary. Tapi, punya siapa yak? Lebih baik, gue bersihin dulu aja dah. Kalau Nisa masuk, kamar berantakan kek gini, mampus gue." Gerutunya sambil membereskan semua yang berserakan.

Setelah selesai membereskan bekas kardus, ia perlahan membuka halaman demi halaman. Pelupuk matanya perlahan mengumpulkan cairan bening hangat yang kapan saja bisa ia tumpahkan.

"Vin. Kenapa lu jahat banget sama adek gue. Salah apa adek gue sama lo dulu," ujarnya sambil salah satu tangan nya menggenggam ujung selimut.

Tokk.... Tokkk...... Tokkkk......

"Bang, Nisa mau tanya sesuatu dong." Ujar Nisa di sebalik pintu kamar Kana.

Kana yang panik langsung meletakkan diary itu di kolong tempat tidur. "Ya dik, masuk aja. Nggak dikunci kok," ujarnya.

Karena sudah mendapat persetujuan dari pemilik kamar, Nisa langsung masuk dan menyerbu Abang nya dengan pelukan manja.

"Ada apa nih, kok tumben meluk gini. Pengen jalan-jalan lagi, kah?" tanya Kana dengan mengusap surai Nisa lembut.

Nisa hanya mengangguk dan kembali memeluk erat abangnya. Kana yang semakin bingung hanya mengusap punggung adik nya itu.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang