#Karnaval Menulis
#FCP
#dayke-20
#elu kenapa?
#-+1095 kataFlashback on
Fajar hanya geleng-geleng kepala melihat teman nya yang mungkin sudah mengorbankan beberapa perkakas rumah tangga. Tangan yang sudah penuh dengan darah tidak membuat sang empunya berhenti. Ia terus meracau tak jelas dan Fajar pun semakin tidak tau ia harus berbuat apa.
Plak.
Akhirnya, satu tamparan keras mendarat di pipi Gibran dan membuat pipi nya merah semerah panci yang sedang digunakan untuk merebus air. "Oi. Plies lah, lu nggak boleh kaya gini terus. Bangkit dong weh, ini bukan temen gue yang gue kenal dulu. Lu kenapa astaga semarah ini, siapa yang udah gangguin elu?" ujar Fajar dengan masih menyimpan kebingungan yang masih membersamainya.
Terkadang, seseorang yang habis ditampar orang itu akan sadar. Namun, sebaliknya bagi Gibran. Tuhan saat ini mungkin sedang memalingkan wajahnya dari Gibran. Banyak sekali ombak yang menerpa kehidupan nya. Mulai dari kehilangan ibu karena penyakit jantung, kembaran yang kecelakaan motor dan seminggu setelah nya pun kakak perempuan yang ia sayangi pun ikut menyusul kembaran nya.
"Eh, lu mending nyanyi aja deh. Tereak kek apa gimana kek. Emang, lu nggak kasian sama tangan elu, HAH. Mikir anjir, lu masih ada adek perempuan sama abang lu. Lu pikir gimana perasaannya lihat lu kek kesurupan gini."
Awalnya emang udah mereda, namun beberapa saat kemudian Gibran kembali marah-marah nggak jelas dan langsung menginjak serpihan kaca yang tadinya udah dia pecahin. Tangan nya kini mulai meraih benda tajam yang ada di sekitarnya. Sepertinya, untuk saat ini Gibran masih kebal dengan kaca.
"Anjir. Lu bisa diem sekarang nggak sih. HAHHH. Gue capek harus gimana. Mau tinggal elu, nanti kalau elu mati gue juga merasa bersalah. Tapi, kalau lu mendadak kesetanan gini, gue juga ogah," ujarnya sambil masih berusaha menenangkan suasana hati Gibran.
ARGHHHH.
BUGH.....
Karena ini sudah diluar batas kesabaran, Fajar perlahan menghilang dari pandangan Gibran. "Tunggu, pliess jangan tinggalin gue Jar. Cuma elu yang gue punya sekarang. Ja—ngan ting—galin gue."
Kepala nya mulai berkunang-kunang dan pandangan nya mulai gelap dan akhirnya dia menutup matanya seutuhnya.
Tuk...tuk.....tuk.....tuk.....
Fajar langsung berlari ketika melihat Gibran yang pingsan. Tak pikir panjang, dirinya langsung membawa kawan nya itu ke rumah sakit terdekat. Dua puluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Dirgantara. Dokter jaga yang ada di rumah sakit itu langsung membawa Gibran di IGD.
*****
Karena luka nya begitu parah, membutuhkan waktu kurang lebih dua jam untuk membuat tubuh Gibran kembali steril.
Anjir, lu kenapa sih Tan. Tumben banget kek gini. Setelah kejadian sama saudara-saudara lu, lu jadi pemurung kek gini. Lu tau nggak sih, gue prihatin sama kondisi lu saat ini. Gue mohon deh, lu balik lagi ke setan yang gue kenal dulu.
"Wali pasien atas nama Gibran Prasetya?"
Fajar yang masih berperang dalam pikiran nya, langsung terperanjat kaget karena salah satu perawat ada yang memanggil nama bestie nya. Niat hati mau menghampiri dokter, dokter itu langsung menghampiri Fajar.
"Wali pasien Gibran Prasetya?" ujar dokter yang masih muda dan tampan.
"I—iya dok. Gimana keadaan teman laknat saya?" ujar Fajar dengan polos nya.
"Hahaha. Teman laknat? Anda bisa saja," ujar dokter muda itu.
"Owh Sus, kalian boleh pergi dulu. Ada pasien anak kecil yang harus saya visit. Coba kalian dulu saja ya, saya masih ada urusan dengan mas ini," ujar dokter muda tersebut dan tak lupa menarik senyum termanisnya.
Perlahan, tubuh kedua suster cantik itu menghilang dari pandangan Fajar dan dokter itu. Setelah menghilang sempurna, keduanya langsung membicarakan hal yang serius. Dokter tersebut perlahan memperhatikan Fajar dari atas sampai bawah.
Wah, mereka anak geng kah? Kok pakaian nya serba hitam?
Gila, ni dokter kenapa ngelihatin gue sampai segitunya. Jangan-jangan, ni dokter.
"Kalian masih sekolah ya?" ujar sang dokter.
"Masih," ujar Fajar dengan ketus.
Ni dokter kenapa sih, risi banget gue. Tapi, dia ganteng.
Eh anjir, makin nggak jelas aja gue. Focus weh focus. Masih waras lu.
"Emang, dia kenapa dok?" ujar Fajar yang kembali ke alam sadarnya.
Dokter itu menjelaskan Panjang lebar apa yang terjadi dengan Gibran. Gibran kini sedang mengalami trauma hebat akibat kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam waktu yang berdekatan. Fajar yang mendengar itu pun langsung bergidik ngeri dan iba pada kawan nya.
"Lalu, apa hal yang bisa saya lakukan untuk membantu kesembuhan teman saya, dok?" kini, pertanyaan Fajar mulai berfaedah.
Dokter tersebut langsung menyarankan Fajar untuk selalu terus berada disisi Gibran. Jangan sampai dia menyebutkan atau mengingatkan tentang trauma nya. Intinya, Gibran harus di damping dan kalau ada indikasi yang mengarah dengan benda tajam, sebaiknya bawa dia ke tempat tenang dan biarkan dia meluapkan emosinya.
"Baik dok, saya mengerti. Terima kasih atas penjelasan nya."
"Baiklah, semoga teman mu lekas sembuh ya," ujar dokter tersebut lalu meninggalkan Fajar di ruang tunggu.
****
Tak selang beberapa lama, Fajar langsung mengunjungi kamar VVIP tepat dimana kawan setan nya itu dirawat. Waktu ia melangkahkan kaki untuk masuk, Gibran masih terlelap dan penuh sekali perban yang melilit tangan nya.
Gue nggak nyangka, elu bisa kek gini Gib. Yang sabar ya, gue selalu ada kalau elu butuh. Jangan sungkan buat cerita sama gue. Gue minta maaf ya kalau kadang gue kasih respon yang bikin elu malah tertekan.
Fajar langsung membuka jendela dan mematikan AC ruangan. Tak terasa, matahari sudah berganti tugas dengan bulan. Malam pun tiba dan Gibran belum juga sadar. Gila, lu ini Latihan mati suri apa gimana sih, nggak bangun-bangun.
Fajar masih bermonolog dengan dirinya sendiri karena heran aja, sejak tadi sore Gibran belum sadar juga. Apa jangan-jangan ni bocah udah rindu kali ama ibu dan saudara-saudaranya sehingga nyusul?
"Gue belum mati, njir. Mulut lu jahat bener dah. Doain gue mati kah lu," tetiba nya, Gibran langsung terbangun dan berkata seperti itu pada Fajar.
Fajar langsung berlari melihat kondisi Gibran dan menawarkan minum. Ia mengambilkan gelas dan menuangkan air kemudian memberikan nya pada Gibran. Di teguklah air itu kemudian Gibran senyum tipis ke Fajar.
"Makasih ya, udah mau bawa gue ke sini, kenapa lu nggak biarin gue mati aja tadi?" ujarnya dengan enteng.
"Kutil kuda. Dasar lu ye. Nyesel gue bawa lu kemari dengan kecepatan tujuh puluh lima km/jam."
Gibran hanya tertawa kecil melihat kelakuan kawan nya itu. Tak lama, ia ingin memakan anggur. Dan sayang nya, di ruangan nggak ada anggur. Kalang kabut lah pasti. Fajar langsung memutuskan untuk keluar sebentar untuk memberikan teman nya itu anggur.
****
Kini, Gibran sendirian di ruang rawat. Tak selang beberapa lama, terdengar suara ketukan pintu di ruang rawatnya.
Tok.. tok... tok....
Tumben, biasanya tuh anak langsung nyelonong aja.
Ceklek
Terlihat, ada seorang lelaki yang bertubuh tinggi tegap yang sedang memperhatikan sendu wajah Gibran. Tak ia sangka, pipinya pun langsung basah akibat bulir bening hangat yang memaksa keluar dari kelopak matanya.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/283252471-288-k638763.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Dia Kembali
RomanceSemuanya bermula dari kecelakaan yang melibatkan mobil dengan truk kontainer yang menewaskan satu orang dan satu penumpang terluka. Kontainer yang membawa sabun itu mengalami rem blong di sekitar tanjakan di kota Semarang. "Kamu jahat, Vin." Setela...