#KarnavalMenulis
#FCP
#dayke-10
#pengalaman baru
#-+1016 kataJarak dari auditorium ke kantin yang lumayan jauh, membuat Nisa mulai kelelahan. Akan tetapi, kelelahan nya terganti ketika ia bertemu dengan teman-teman baru nya. Ternyata, seenak itu kuliah. Dapat teman dari berbagai daerah, suku dan budaya.
Akhirnya, setelah sepuluh menit terlihat juga bangunan yang sedari tadi mereka cari-cari.
"Ketemu juga nih tempat. Sumpah, cari kantin aja kek cari jodoh. Muter-muter segala lagi. Astagaa," ujar Mily yang juga kesal karena dirinya sudah kehausan dan sialnya botol minum ketinggalan di mobil Kana.
"Tapi, maap neh. Itu kantin kek nya penuh semua deh. Sampai-sampai ibu penjaganya nggak keliatan. Nanti, kalau udah waktunya masuk lagi, gimana? Belum shalat juga lho," ujar Nisa yang khawatir mereka tidak bisa tepat waktu.
"Lha terus, gimana? Aing laper neng," ujar Mily dengan suara yang sudah lemas tak bertenaga.
"Nih, buat kalian." Tiba-tiba saja ada orang asing yang menawarkan makanan kepada mereka.
Keduanya saling melempar pandangan lalu saling melihat perlahan ke atas. Betapa terkejutnya Nisa, ternyata orang itu adalah orang yang menabrak nya tadi di audit.
"Owh. Makasih kak, tau aja kita laper," Mily tanpa basa-basi langsung menerima bungkusan makanan. Ya, dasar anak nggak tau malu. Belum kenal juga, langsung serobot aja tuh makanan.
Nisa hanya geleng-geleng kepala dan kakak itu langsung bergabung dengan mereka. Ia duduk di sebelah Nisa dan tersenyum pada nya.
"Ni orang nggapain sih. SKSD banget sih. Tapi, dilihat-lihat cakep juga. Ih apaan sih, Nis. Kenapa malah gitu sih ah," pikiran nya berkecamuk dan tiba-tiba ia terkena panic attack.
Nisa langsung menggenggam erat lengan Mily dengan nafas yang memburu. Mily yang terkejud sedikit tersedak dan langsung melihat kondisi Nisa.
"Nis. Kenapa-kenapa. Nih, minum dulu," ujar Mily yang mengulurkan botol minum Nisa.
"Yah, kosong. Owh kak, dimana bisa mendapatkan air putih? Udah disediain apa harus beli di kantin?" ujarnya.
****
Kating cowok tadi langsung meraih botol minum dan langsung membawa nya entah kemana. Dan, disisi lain Nisa sudah tidak kuat lagi. Mily semakin bingung harus bagaimana dan jalan terkahir satu-satunya adalah menghubungi Kana."Ni kalau kakak tadi nggak kemari, gue telfon Abang lu. Bener deh, Nis. Bodo amat sama kuliah nya," ujar Mily yang langsung meraih handphone nya.
"Jangan, Mil. Nggak mau repotin Abang aku tuh. Biarin aja. Udah semester akhir juga. Kasihan, nanti kesusahan di tugas akhir nya," cegah Nisa pada Mily.
Ya, bayangin aja deh udah semester akhir, ngurusin adik dan pacar yang baru saja putus. Haduh. Repot bener masalahnya. "Tapi, lu kalau kaya gini yang susah siapa? Elu, keluarga dan orang lain kan. Udah ah, nggak usah ngeyel," Mily yang berpegang teguh pada tekatnya langsung mengirimkan pesan yang sudah tertulis di WHATSAPP nya.
"Nih, minum nya. Jangan lupa minum obat nya, permisi dulu. Owh ya, sebentar lagi masuk ke audit lagi ya. Setelah itu selesai kok. Kalau teman mu masih nggak enak badan, anter dia di ruang kesehatan. Udah ada petugasnya. Oke, bye," ujar kating itu lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
Mily langsung mengambilkan obat dari dalam tas dan langsung memberikan pada Nisa. Karena sudah tidak kuat, Nisa meminum obat itu. Kurang dari lima menit, akhirnya reda juga sesak nya.
"Gimana, lu bisa lanjut apa istirahat di ruang kesehatan?" tanya Mily perlahan.
Nisa menggeleng pertanda ia ingin mengikuti acara sampai selesai. Ia tidak mau melewatkan acara yang terjadi hanya sekali seumur hidup saja.
****
Sampailah mereka ke auditorium kembali dan mencari kursi mereka. Ternyata oh ternyata, kursi mereka sudah ditempati mahasiswi lain. Terpaksa, kedua gadis itu berpindah ke lantai bawah. Yang masih longgar juga."Ya Tuhan, kenapa harus penuh sih. Padahal enak, itu deket AC. Huftt," gerutu Mily sembari mencari tempat duduk kosong di lantai bawah.
Nisa pun hanya berdehem saja dan langsung menarik Mily untuk duduk di kursi baris nomor sepuluh dari depan. Masih lumayan dekat dengan MC.
"Oke adik-adik semua. Kini, sudah bertenaga kembali bukan,?" ujar MC
Semua peserta riuh menjawab sudah bertenaga. Setelah mendapat jawaban, akhirnya MC mengajak para maba bermain game. Maba dikumpulkan menjadi beberapa kelompok besar yang telah dibagi sebelumnya.
FLASHBACK ON
"Oke adik-adik, kali ini kakak akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok ya. Dicatat ya," kakak pendamping langsung membacakan siapa saja yang ada di kelompok yang sama. Kali ini, nama kelompok diambil dari tokoh pewayangan.
"Oke semuanya, kakak tegaskan lagi ya. Silahkan kalian masuk ke grup yang sudah dibuatkan oleh kakak pendamping kelompok masing-masing. Ingat, di grup itu kalian harus saling bertegur sapa dan harus saling berkenalan. Apakah ada yang ingin ditanyakan, adik-adik?" ujar kak Prasasti sambil terus berusaha menyapa adik-adik nya.
Kali ini, Nisa dan Mily menjadi sasaran kak Prasasti. Mereka ditanya jurusan, asal sekolah dan alasan mengapa berkuliah di Ardana. Syukurlah, keduanya dapat menjawab dengan baik dan juga memuaskan.
"Baiklah, untuk teman-teman semua jika ada hal yang ingin ditanyakan atau belum dimengerti, kalian jangan sungkan ya bertanya dengan kakak pendamping kalian masing-masing. Oke. Sekian dari kakak, kakak akhiri ya pertemuan sore ini. Jaga kesehatan dan bahagia selalu ya, bye bye."
Semuanya sudah selesai dan akhirnya kedua gadis itu langsung mengikuti instruksi dari kak Andini, selaku pendamping kelompok Shinta.
FLASHBACK OFF
"Apakah semuanya sudah bergabung dengan kelompok yang sudah dibagikan?" ujar kakak MC.
"Yah, kita misah Mil. Gimana nih, gue takut," rengek Nisa pada kawan gilanya itu.
"Santuy, disini nggak ada yang jahat. Kalau ada yang lukain elu, pasti temen-temen bakal laporin ke kakak panitia. Udah, tenang aja. Lu juga harus latihan adaptasi sama temen-temen baru lu. Gue nggak bisa terus-terusan deket elu. Gue yakin lu bisa Nis. Ayo, semangat ya. Gue ke kelompok dulu," Mily perlahan meninggalkan Nisa yang sedang cemas-cemas takut.
"Ayo, sini. Kamu kelompok Dewi Shinta kan? Sini, nggak usah takut. Aku nggak gigit kok," ujar salah satu mahasiswi yang menghampiri Nisa karena melihat gadis itu kebingungan.
Nisa hanya menurut dan bergabung dengan gadis yang menariknya tadi. "Owh ya, kenalin aku Olivia Mediva Jhansen dari jurusan seni lukis. Panggil aja Oliv. Kalau kamu?" tanya mahasiswi yang bernama Oliv itu.
"Aku Faranissa Permata Wijaya dari jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Panggil aja Nisa," ujar Nisa sambil berusaha tersenyum di depan Oliv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Dia Kembali
RomanceSemuanya bermula dari kecelakaan yang melibatkan mobil dengan truk kontainer yang menewaskan satu orang dan satu penumpang terluka. Kontainer yang membawa sabun itu mengalami rem blong di sekitar tanjakan di kota Semarang. "Kamu jahat, Vin." Setela...