Bab 21. Fall in Love

58 23 221
                                    

#Karnaval Menulis

#FCP

#dayke-21

#Fall in Love

#-+1322 kata

Keduanya saling menatap intens tanpa sepatah kata pun. Gibran tersenyum kecut kemudian memalingkan wajahnya dari lelaki itu. Kini, atmosfer di ruang rawat itu seketika dingin. Lelaki itu langsung duduk tanpa suara di kursi dekat ranjang pasien.

"Kenapa lu kek gini. Kenapa lagi?" ujar lelaki yang usianya dua tahun diatas Gibran.

"Kenapa lu baru peduli sekarang. Kemana aja setelah kepergian Gilang?" ujarnya yang berusaha mengendalikan emosinya.

"Emang Gilang kenapa? Dia masih sama elu and Irene kan," ucapnya datar sambil masih berani menatap Gibran tanpa rasa bersalah.

"Cuih. Bahkan, lu nggak tau apa yang terjadi sama Gilang? Elu masih pantes gue panggil abang apa orang asing sih," ujar nya sambil masih menahan amarahnya untuk tidak meledak-ledak.

Tak lama kemudian, Fajar membawa sekantung buah anggur dan beberapa cemilan kesukaan nya dengan Gibran. Sampai di ruangan pun, Fajar terkejud yang melihat Gibran tak henti-hentinya menatap nanar lelaki yang ada di sampingnya.

"Lebih baik, lu pergi aja dari sini. Gue lagi nggak mood and nek banget liat muka lu."

"Eh Gib, tap—tapi."

"PERGII," ujarnya dengan sedikit menaikkan nada suaranya.

Fajar langsung terdiam dan hanya menunduk karena tidak mau memperkeruh suasana. Lelaki yang sempat disebut Abang oleh Gibran itu langsung pergi begitu saja, tanpa sepatah kata pun.

Maafin gue bang. Gue masih nggak terima dengan keadaan yang menimpa keluarga kita.

Tok.. tok.... tok.....

Kembali terdengar ketukan pintu. Namun kali ini, ketukan nya sangat lembut. Seperti ketukan anak kecil. Karena nggak ada jawaban dari dalam, tersangka pengetuk pintu itu akhirnya masuk saja ke kamar. Muncullah gadis kecil yang rambutnya dikepang dua dengan baju yang bernuansa film Frozen.

"Mas Gibrannn," ujar gadis itu.

Gibran yang dari tadi masih terbakar emosi karena melihat abang nya yang dateng tanpa merasa bersalah, langsung tersenyum seketika melihat putri kecilnya. Zaqilla, gadis yang akrab dipanggil dengan Qilla itu langsung memeluk Gibran seolah menenangkan abang nya yang marah.

"Auwh. Qillaaa," Gibran membuka tangan nya lebar-lebar dengan girang dan mode anak kecilnya menyala. "Bagaimana kabarmu sayang, mas rindu banget sama kamu."

Cup

Satu kecupan hangat di dahi Qilla. Dirinya tersenyum dan membalas pula kecupan Gibran di pipi mas nya itu. Kini, atmosfer di ruang rawat Gibran berubah kembali menjadi hangat dan mengharu-biru.

Gila, ni anak emang harus dijaga bener-bener mood nya. Kalau udah kek tadi, ngeri juga kalau dah ngamuk.

"Tadaaa. Semangka tanpa biji kesukaan Qilla, susu pisang sama sosis kesukaan kamu nih," ujar Fajar yang memecah keasyikan mereka berdua.

Qilla langsung memalingkan wajahnya ketika mendengar beberapa makanan kesukaannya ada dalam list makanan yang ditawarkan Fajar. "Untung nya mas masih punya kamu. Kamu sehat-sehat ya dik. Mas sayang kamu,"

Kembali Gibran membelai lembut surai hitam yang dibiarkan terurai milik adiknya itu. Melihat adiknya tersenyum lebar itu, seolah-olah pikiran kalutnya hilang seketika. Hujan yang mengguyurnya tadi perlahan reda dan sekarang yang ia lihat hanya sebuah pelangi yang indah.

Bawa Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang