16

182 32 25
                                    

Setelah usai dengan makan malam, kini Hyuni mencuci piring, dalam hal ini Sapta mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk membantu Hyuni, sedangkan di meja makan ada Dio dan juga Sofie yang memperhatikan.

"Kau kan hamil, lebih biak jangan terlalu capek." Ucap Sapta yang kini tengah membilas piring yang sudah selesai Hyuni bersihkan dengan sabun.

"Justru karena itu aku harus rajin, agar anak ku nanti tidak pemalas." Balas Hyuni, kini secara perlahan sebab Sapta memang memperlakukan ia dengan baik.

"Anak kita.." Kata Sapta memperbaiki perkataan Hyuni, Hyuni hanya menghela nafas nya. Ia tidak bisa menyalahkan, karena memang yang di katakan oleh Sapta itu 100% benar.

"Aku tidak mau kau sedih Hyun, aku tau aku menyesal karena bukan aku yang harus menikahi mu, maafkan aku.." Ucap Sapta bersungguh, dari sudut mata Hyuni dapat ia lihat raut penyesalan dari Sapta. Untuk apa lagi menyesal? Mungkin tuhan punya rencana atas apa yang terjadi saat ini. Hyuni bisa mengambil hikmah nya. Jadi apa guna nya untuk di sesali? Dan juga  apa guna nya untuk berdendam?

"Jangan merasa bersalah, aku sudah memaafkan mu. Kita jalani saja kehidupan yang sekarang." Balas Hyuni tulus, ia tidak mau menyimpan dendam terlalu lama. Berpikir buruk juga tidak akan baik untuk kesehatan janin nya.

"Hyuni, hati dan wajah mu sama.."

"Huh?"

"Sama cantik nya.." Sapta cengengesan, entah kenapa mendengar nya Hyuni tersipu. Apa-apaan itu?!

"Gombal." Ucap Hyuni sambil mencubit lengan Sapta.

"Pipi mu merah, malu ya?" Goda Sapta lagi dengan tawa kecil nya. Sedangkan Hyuni tidak bisa berkata-kata lagi, apa-apaan ini?

Melihat reaksi Hyuni yang menggemaskan, Sapta tertawa kecil sambil menggelengkan kepala nya. Ingin saja ia terus menggoda Hyuni, tapi ia tidak mau Hyuni malah melempar ia dengan piring nanti nya. Itu sama sekali tidak lucu.

Tanpa mereka sadari, tingkah Sapta dan Hyuni di perhatikan oleh Dio. Ia menatap tajam ke arah istri dan adik kembar nya itu. Apa mereka tidak tau tempat? Berselingkuh di hadapan suami sendiri? Itu sangat tidak menghormati.

Cemburu? Sepertinya Dio menyangkal perkataan itu, ia hanya kesal karena kedua orang itu tidak menghargai keberadaan nya.

"Kak Dio, kau tidak khawatir kak Hyuni di rebut oleh Sapta?" Tanya Sofie yang ingin memanfaat kan situasi seperti ini.

"Apa masalah nya? Sapta adalah adik ipar Hyuni." Jawab Dio tenang, padahal ia sudah merasa kesal sejak tadi.

"Tapi kau tidak lupa bahwa mereka pernah membuat anak kan?"

Deg!

Benar yang di katakan Sofie, mereka berdua pernah membuat anak bersama, sudah tidak ada rahasia di antara Sapta dan juga Hyuni. Setiap dari bentuk tubuh sudah mereka lihat secara masing-masing.

Tapi, tunggu dulu! Apa yang Dio pikirkan? Ia tidak peduli!

"Aku tidak peduli, yang ku pikirkan saat ini hanya keberadaan Mara." Ucap Dio lalu berdiri, dengan langkah cepat ia langsung meninggalkan ruang makan. Sedang kan Sofie yang melihat itu hanya menarik sudut bibir nya.

"Seberapa besar cinta mu pada Mara kak?" Senyum Mara terlihat hambar, sebesar itukah cinta Dio terhadap Mara? Bahkan sedikit pun tidak ada ruang untuk orang lain?

Jika tau bagaimana kondisi Mara saat ini, apa Dio akan membunuh Yoga? Entah lah.

-------

  Setelah mencuci piring, Hyuni langsung menuju kamar nya. Saat membuka pintu ia mendapati Dio yang tengah duduk di kasur milik nya.

"Uh, kau tidur di kasur?" Tanya Hyuni merasa canggung.

"Apa salah nya? Ini kan kamar ku! Jadi terserah aku!" Jawab Dio sinis. Hyuni hanya menundukan kepala nya.  Benar, Dio lebih berkuasa dari padanya atas kamar ataupun dengan apa saja yang berada di rumah ini.

"Baiklah, aku akan tidur di sofa." Balas Hyuni lalu berjalan menuju sofa yang ada di kamar itu.

"Tunggu.." Ucap Dio lalu berdiri, ia menahan tangan Hyuni untuk menghentikan langkah nya, kini mereka tengah berdiri secara berhadapan.

"Ada apa?" Tanya Hyuni bingung.

"Kau mau tidur dengan Sapta tapi tidak dengan ku?" Ejek Dio sinis, ia tersenyum mengejek menatap Hyuni.

"Aku semakin yakin.." Dio melangkahkan kaki nya semakin dekat pada Hyuni, ia menatap Hyuni dalam dengan  senyuman mengejek terpampang jelas du i wajah pria itu.

"Kau tidak di perkosa, tapi orang tua mu dan kamu sepakat untuk menjual tubuh ke Sapta dan memanfaat kan kondisi mu yang mabuk kan?"

Plak

Sebuah tamparan yang kuat di hadiahi oleh Hyuni pada Dio. Untuk kedua kali nya Dio sudah menghina kedua orang tua nya. Sakit? Tidak, tapi hati Hyuni merasakan lebih dari kata sakit.

Mata Hyuni terasa memanas, tanpa di izin air mata Hyuni mengalir keluar, serendah itu kah Hyuni di mata Dio?

"Cukup Dio! Jika di suruh memilih, serendah apapun aku tidak mau masuk ke neraka pernikahan yang kau buat!" Balas Hyuni,

"Oh, lalu berfikir ingin mencari pria lain? Berapa harga mu? Triliunan? Miliaran? Jutaan? Tapi rasa nya itu terlalu mahal, harga mu hanya.." Dio merogoh kantung celana nya, kemudian ia mengeluarkan selembar tisu.

"Selembar tisu.." Ejek Dio kemudian melempar tisu itu pada Hyuni, kemudian tanpa merasa bersalah ia meninggalkan Hyuni begitu saja.

Kaki Hyuni mendadak menjadi lemas,  ia hampir saja terjatuh, tapi untung saja Sapta yang baru saja melewati kamar mereka dan secara tidak sengaja melihat Dio keluar dari kamar yang di tempati oleh kedua orang itu, jadi dengan cepat ia memegang tubuh Hyuni untuk menahan wanita itu

"Hyuni.." Sapta menarik Hyuni kepelukan nya, ia meretap rahang nya kuat.

"Menangis lah hingga puas, limpah kan emosi mu.." Bisik Sapta mencoba untuk menenangkan.

Dan benar saja, tanpa sadar tangisan Hyuni pecah, ia membalas pelukan Sapta.

"Tenang lah, Dio akan membayar perbuatan nya.."

----------

"Arghhh!"

Dio menendang mobil nya kuat, ia mengusap wajah nya kasar. Apa yang ia lakukan? Entah lah. Tapi yang ia tau, ia merasakan sakit saat melihat Hyuni bersama Sapta. Dan ia merasa kecewa pada diri nya sendiri karena sudah mengkhinati Mara.

"Tidak, aku tidak boleh! Mara, aku mencari mu.."

Setelah itu Dio langsung memasuki mobil nya, ia langsung menginjak pedal mobil nya kuat sehingga dengan kecepatan tinggi ia meninggalkan rumah itu. Sedangkan dari balkon, Reygan memperhatikan dan mendengar perkataan Dio.

"Mara berada di jepang kak, ia sungguh tersiksa.."

Tbc

Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang