15

188 30 10
                                    

Di kediaman Shantono saat ini mereka berkumpul untuk makan malam, hanya saja mereka menunggu sang kepala keluarga saja lagi untuk  bergabung.

"Sapta tunggu ayah dulu.."

Sapta yang baru saja ingin mengambil sepotong ayam untum Hyuni merengut pelan, pasal nya sudah 2 jam mereka harus menahan lapar demi menunggu tuan Yoga yang tidak kunjung datang, jadi Sapta menjadi khawatir terhadap Hyuni.

"Bun, sudah dua jam. Kasian Hyuni, setidak nya biarkan Hyuni makan dulu.." Balas Satpa dengan wajah masam.

"Yang di bilang Sapta benar bun, biarkan Hyuni makan dulu." Kini Dio yang sedari tadi hanya menunggu dengan wajah dingin ikut bersuara, mereka tidak masalah jika ia yang menahan lapar, tapi saat ini keadaan Hyuni tengah mengandung.

"Huh, ayah tidak disiplin, ia yang membuat janji ia juga yang terlambat." Balas Sapta juga yang merungut.

"Sudah, aku masih kuat kok." Hyuni mencoba menenangkan hati sang suami dan juga ayah dari anak yang ia kandung.

"Tidak sopan jika hanya aku mendahului ayah, lagi pula makan bersama itu sangat menyenangkan." Lanjut Hyuni dengan senyuman lembutnya, menang tidak enak jika ia harus makan terlebih dahulu. Jadi lebih baik mereka makan bersama agat merasa kehangatan sebuah hubungan keluarga bukan?

"Maaf ya Hyuni, ibu tidak bermaksud, tapi kau tau keluarga ibu sangat jarang berkumpul secara lengkap begini." Sang ibu mertua mengusap kepala Hyuni lembut dengan senyuman tulusnya. Hyuni mengangguk sebagai jawaban, senyuman tidak hilang dari senyuman nya.

Lain dengan Dio dan Sapta, Reygan hanya diam menatap keluarga nya ini, menatap ibu, kakak, dan juga kakak iparnya. Rasa bersalah hadir di dirinya, karena ia sudah menyimpan sebuah rahasia kotor sendiri.

"Maaf aku terlambat.."

Akhirnya yang di tunggu datang juga, tapi yang membuat mereka agak terkejut adalah seorang yang berdiri di belakang nya.

Itu adalah

"Sofie?"

Mereka sedikit terpana dengan adanya Sofie, terkecuali Hyuni yang memang tidak mengenali siapa Sofie tersebut.

"Hai bibi, kakak.." Dengan senyuman riang Sofie menyapa bibi dan saudara sepupunya, dan dengan hangat pula mereka menyambut. Tapi tidak dengan Reygan, rasa bersalah kian bertambah di hati nya.

"Ya sudah, semua sudah berkumpul, ayo makan!" Teriak Sapta yang mencuri semua perhatian, bahkan dengan cekatan tangan Sapta mengambil sepotong ayam dan juga sayur untuk Hyuni.

Sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala mereka melihat tingkah laku Sapta.

Dan akhirnya, Yoga dan Sofie juga bergabung di meja itu untuk makan malam, tanpa mereka ketahui, Reygan menatap kedua orang itu dengan tatapan yang sukar di artikan.

"kak Dio, kau sungguh pekerja yang hebat. Dan kau mempunyai istri yang cantik, kalian benar-benar serasi!" Puji Sofie dengan wajah yang gembira, dia terlihat imut dengan senyumannya yang menggemaskan.

"Reygan juga hebat." Balas Sapta sinis, pasalnya ia tau Sofie menyukai Dio, apa tujuannya kali ini?

"Huh, kak Reygan juga sama hebat dengan kak Dio, tidak sama seperti kak Sapta yang hanya seorang pecundang." Sofie menjulurkan lidahnya ke arah Sapta. Tidak heran, kedua nya memang selalu bertengkar saat bertemu.

"Apa yang kau bilang?! Katakan sekali lagi!"

"Kak Sapta pecundang! Kak Sapta pecundang! 😜"

"Kau..."

"Sudah cukup!"

Akhirnya Yoga menghentikan pertengkaran kedua orang itu, Yoga memang tidak menyukai adanya pertengkaran saat sedang menjamu makanan bersamanya, menurut nya tidak sopan harus bertengkar di hadapan energi untuknya hidup.

"Makanlah dengan tenang."


Makan malam pun selesai, kini mereka sedang menikmati makanan penutup yang selalu di hidangkan saat mereka makan bersama.

"Ayah, pasti ada sesuatu yang ingin di sampaikan?" Tanya Dio yang lebih terlihat tenang, menang jika Yoga sudah mewajibkan semuanya berkumpul, maka itu artinya ada sesuatu yang harus di sampaikan.

Yoga tersenyum menanggapi.

"Itu benar, ayah ingin menyampaikan beberapa hal.." Jawab Yoga sebelum ia meminum segelas wine non alkohol tersebut.

Dan kini, semua perhatian kini tertumpu pada Yoga.

"Sofie akan tinggal bersama kita, tidak keberatan kan?" Yoga nampak lebih tenang, tidak menunjukan aksi yang mencurigakan, jadi apa alasan mereka untuk menolak?

"Aku setuju-setuju saja.." Jawab nyonya besar Shantono sambil mengusap lembut kepala Sofie, ia merindukan gadis ini, tapi di sebabkan ayah nya sudah melakukan korupsi, ia harus ikut di usir ke luar negri, padahal ia yakin Sofie anak yang baik.

"Terimakasih bibi."

"Walaupun aku tidak menyukai anak kecil ini, sepertinya tidak buruk, Hyuni bisa mempunyai teman." Balas Sapta sambil mencubit gemas pipi Sofie.

"Kak Sapta idiot lepaskan!"

"Huh, anak kecil berani sekali kau berkata seperti itu!"

Sibuk Sapta dan Sofie bertengkar, Yoga mengalihkan pandangan nya pada Dio dan Hyuni dengan senyuman malaikat andalan nya.

"Bagaimana dengan kalian? Tidak masalahkan anak cerewet ini tinggal dengan kita?" Tanya Yoga pada anak dan menantunya itu.

"Aku pasti sangat senang ayah, aku bosan sendiri di rumah. Kadang ibu sering pergi untuk kegiatan sosialnya. " Jawab Hyuni dengan tulus, dia memang sering merasa kesepian, tapi itu bukan alasan utamanya, Sapta selalu ada di rumah. Dan dia suka mengganggu Hyuni, seperti menanyakan hal-hal yang random dan tentunya tidak penting.

"Baguslah, ayah juga memikirkan hal itu, jika memerlukan sesuatu, Sofie pasti siap membantu mu, bukan begitu Sofie?"

Sofie yang asik cekcok dengan Sapta menoleh ke arah Yoga, dengan senyuman menggemaskan ia menganggukan kepalanya.

"Aku sangat antusias dengan kehamilan mu kakak, pasti anak mu sangat mirip dengan kak Dio!"

Dan seketika Dio juga Sapta langsung mematung dengan saling pandang. Memangnya apa yang salah? Bukankah mereka kembar dan menang mirip? Mirip Dio juga berarti mirip Sapta bukan?

"A-ah itu, ya aku harap begitu." Jawab Hyuni canggung, ia menggaruk kepalanya serta cengiran lebarnya.

"Kalian nampak setuju, dan ada datu hal lagi.." Yoga menggangtungkan kalimat nya, kemudian ia mengeluarkan selembar undangan.

"Ayah di undang ke sebuah pesta pernikahan secara pekerjaan, jadi ayah akan pergi ke sana sendiri." Ucap nya lagi dengan senyuman tulus, mereka yang ada di meja makan menatap undangan itu.

"Sanghai?"

"Ya, putra tuan Qi akan melaksanakan pernikahan. Aku dan asisten ku akan berangkat ke sana untuk beberapa hari, ini juga akan membahas bisnis." Jelas Yoga yang membuat mereka mengangguk faham. Ini memang wajar, tidak sekali atau dua kali, tapi sangat sering Dio mendapatkan undangan seperti ini, tapi Dio malas untuk menghadirinya.

Tapi, walau Yoga dapat menipu Kakak serta ibunya, Yoga sudah tidak bisa menipu Reygan, anak itu hanya diam sedari tadi.

Undangan pernikahan secara pekerjaan? Bukankah tidak masalah jika membawa pasangan? Reygan harus menyelidiki ini nanti nya.

Tbc.


Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang