22

170 36 14
                                    

Reygan yang masih setia menunggu Mara untuk sadar menghela nafasnya beberapa kali. Kenapa Mara belum sadar juga? Merasa lelah, akhirnya Reygan bangun dari duduk nya, seperti nya mencari udara segar keluar lebih baik untuk saat ini, toh kamar ini sudah di lengkapi ke amanan untuk Mara, di tambah lagi dengan beberapa penjaga di luar.

"Sesekali kalian lihat lah ke dalam, jika Mara sadar kalian hubungi aku." Pesan Reygan pada penjaga yang ada di depan kamar Mara, penjaga itu mengangguk patuh atas perintah dari Reygan, setelah itu pria berkaca mata itu berjalan menjauh dari sana karema sudah semakin yakin dengan ke amanan.
.
.
.
.
.
.

Hyuni berdecak sebal, sesekali ia melirik ke arah Sapta yang sedang mengemudi di samping nya, bagaimana tidak kesal? Saat bangun tidur ia sudah menemukan Sapta di dalam apartemen dengan cengiran lebar nya seperti kuda, bahkan sekarang Hyuni masih memakai piyama serta rambut yang acak-acakan duduk di dalam mobil Sapta.

Ingat kan Hyuni untuk tidak membunuh Sapta nanti nya.

"Sapta bodoh kita mau kemana?!" Tanya Hyuno kesal, pasal nya pria itu terus saja bersenandung sedari tadi. Bahkan tidak memberikan penjelasan apapun terhadap Hyuni.

"Menuju jalan bahagia bersama kamu~"

Yah malah ngerdus.

Plak

Dan alhasil Sapta mendapat sebuah tabokan kuat dari perempuan hamil serta pelototan tajam dari perempuan itu. Sedangkan Sapta hanya cengengesan sambil mengusap-ngusap bagian kepalanya yang terkena oleh tabokan dari Hyuni.

"Duh mbak jangan galak-galak, entar jatuh nya jadi cinta lagi, eh bagus deh kalau gitu."

"Sapta!"

Bukan nya kapok, Sapta malah kembali menggoda Hyuni, bahkan ia hanya tertawa kecil saat Hyuni terlihat kesal.

Menggemaskan.

"Nih, udah sampai ke jalan bahagia kita." Ucap Sapta saat mobil nya terparkir rapi di depan sebuah gedung.

"Rumah sakit?"

Sapta menganggukkan kepala nya.

"Kita harus kontrol kesehatan anak 'kita', kalau dia bahagia 'kan kita juga yang bahagia." Ucap Sapta menjelaskan, oh jadi ini jalan kebahagian yang di maksud Sapta? Hyuni lama terdiam memikirkan perkataan dari Sapta. Sehingga ia tidak menyadari bahwa saat ini Sapta sudah membukakan pintu mobil untuk Hyuni.

"Sweetheart?"

Hyuni mendelik tajam ke arah Sapta.

Sungguh menggelikan.

Dan akhirnya Hyuni turun dari mobil, Sapta yang melihat wajah kesal Hyuni mengembangkan senyuman nya, entahlah kenapa Sapta merasa hati nya sangat bahagia saat bersama dengan Hyuni, apa Hyuni juga merasakan hal yang sama dengan itu? Entahlah, saat ini ia harus mengecek keadaan kandungan Hyuni terlebih dahulu, Sapta ingin bayi nya lahir dalam keadaan yang sehat, begitupun dengan Hyuni, Sapta ingin Hyuni selalu sehat dan hidup bahagia.

.
.
.
.
.
.

"Kandungan ibu sangat sehat, tapi jangan terlalu banyak berpikir, itu bisa memicu kelemahan pada kandungan." Ucap sang dokter kandungan setelah ia memeriksa keadaan kandungan Hyuni.

"Terimakasih dok." Balas Hyuni.

"Oh ya, di usia ini di sarankan ibu dan bapak untuk melalukan penyatuan agar proses melahirkan nanti nya menjadi lebih mudah."

Diam.. Baik Sapta dan Hyuni sekarang menjadi kelu dan saling lirik, kemudian Hyuni kembali menundukkan kepalanya. Malu...

Sapta tersenyum pada dokter itu.

"Oh terimaksih saran nya dok." Ucap Sapta atas saran itu, kalau Sapta sih oke-oke aja, tinggal nunggu Hyuni nya aja lagi.Plak

Setelah mendapat masukan dari sang dokter, Sapta dan Hyuni berpamitan untuk pergi. Kini kedua nya berjalan di lorong rumah sakit.

"Jadi, sekarang kamu bisa bawa aku pulang?" Tanya Hyuni yang sudah merasa penampilan nya saat ini kurang lebih sudah seperti gelandangan.

"Ciee mau minta langsung di bawa pulang aja.." Tapi Sapta malah menggoda nya.

"Hehe, kita cari sarapan dulu." Lanjut Sapta saat mendapat pelototan dari Hyuni.

Huh, Sapta bego yang menyebalkan

.
.

TAPI KOK HYUNI BAPER?!

Dengan cepat Hyuni menggelengkan kepala nya, gak usah sedeng, kadar kewarasan Sapta itu cuma setengah.

"REYGAN?!"

Hyuni langsung menoleh ke arah tatapan Sapta, dan di hadapan mereka saat ini sudah ada Reygan yang berdiri mematung karena sama terkejutnya dengan Sapta.

"Bukan nya kamu ada di jepang?" Tanya Sapta yang kini sudah memegang kedua bahu Reygan.

"Kok sekarang udah di sini? Di rumah sakit lagi, kenapa ketemu nya gak di tempat yang lebih elite? Kuburan misal nya?"

Ingin saja Hyuni menjambak rambut Sapta, benarkan kata Hyuni? Kadar kewarasan Sapta tuh cuma setengah, malahan gak nyampe setengah.

"Reygan siapa yang sakit?" Tanya Hyuni pada si bungsu itu yang sedari tadi hanya diam. Reygan terlihat menghela nafas nya.

"Aku bakal jelasin, tapi gak di sini."

------

"Jadi Mara yang di rawat?" Tanya Sapta setelah Reygan menjelaskan semua nya di sebuah cafe yang dekat dengan rumah sakit itu.

"Engga nyangka sama ayah." Lanjut Sapta lagi dengan kepala yang menggeleng.

"Sekarang aku nunggu Mara sadar buat dia nyeritain semua nya." Reygan meminum kopi hangat yang tadi ia pesan, tidak menyangka Sapta dan Hyuni akan mengetahui juga akan hal ini.

"Tapi kamu jangan terlalu mendesak Mara, mungkin saja dia trauma saat  bangun nanti." Ujar Sapta, kemudian ia menoleh ke arah Hyuni yang tadi hanya diam dan nampak murung. Mungkin karena Mara yang sudah kembali? Sapta tau masih ada secercah harapan di hati Hyuni untuk kembali dengan Dio. Dengan lembut Sapta menggenggam tangan Hyuni serta memberi usapan lembut dengan ibu jari nya di punggung tangan Hyuni. Saat Hyuni mengangkat kepalanya untuk menatap Sapta, gadis itu mendapati Sapta yang tersenyum lembut ke arah nya dan menganggukkan kepala nya seakan ingi  memberi ketenangan pada Hyuni, dan entah kenapa secara tidak sadar Hyuni ikut tersenyum di buat nya.

"Kak Hyuni sama Kak Dio udah pisah?"

Tbc.

Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang