21

162 35 27
                                    

Saat ini Dio berdiri di depan pintu sebuah unit apartemen, ia merasa ragu untuk mengetuk pintu itu.

"Apa jangan-jangan Sapta menipu ku ya?" Batin Dio yang merasa ragu, semalam Sapta mengirim nya sebuah alamat di pesan yang mengatakan itu adalah alamat tempat tinggal Hyuni.

Lagi pula dari mana Sapta tau? Dan kenapa Dio langsung percaya begitu saja,  padahal ia tau adik kembar nya itu super jahil dan bukan kah mereka saingan? Huh, awas saja Sapta. Dia akan menghampiri nya dan mematahkan lengan nya saat itu juga.

Sapta sudah membuat Dio harus keluar malam-malam begini!

Cklek

Tapi baru saja Dio akan meninggalkan tempat itu, pintu unit apartemen yang di curigai tempat tinggal Hyuni itu terbuka.  Sosok yang ekhm Dio rindukan selama ini kini tengah berdiri di hadapan nya.

"Hyuni.." Gumam Dio spontan saat melihat Hyuni yang tengah ia rindui itu.

"Ekhmm rindu" - author

"Maaf, udah malam engga nerima tamu!" Hyuni dengan cepat mencoba untuk menutup pintu apartemen yang di huni oleh nya, tapi dengan cepat pula pergerakan Dio untuk menahan pintu itu agar tidak tertutup.

"Aku bukan tamu Hyun,  sebelum persidangan aku masih sah suami kami secara negara." Ucap Dio menyangkal perkataan Hyuni.

"Huh, tetap saja kita akan berakhir!" Hyuni tidak mau kalah, apa-apaan? Bukan kah Dio yang yang menceraikan nya? Tapi kenapa malah dia yang mengejar nya saat ini? Hyuni merasa seperti layang-layangan yang di tarik ulur saat ini.

"Aku lelah, aku harus istirahat"

"Ya sudah, pulang saja!"

Tapi tanpa permisi dan meminta izin Dio menyelonong masuk ke dalam apartemen milik Hyuni.

"Ini pulang.." Dio mengedipkan sebelah mata nya genit pada Hyuni. Melihat tingkah Dio membuat Hyuni jengkel, apa Dio kerasukan jiwa Sapta?

"Yakkkk kau jangan sembarangan masuk! Mau ku teriaki maling?!" Ancam Hyuni pada Dio yang kini sudah duduk santai di sofa yang ada di ruang tamu kecil itu. Tapu Dio hanya mengabaikan Hyuni dan dengan santai nya menyalakan tv.

"Hyuni buat 'kan aku kopi.."

"Kau..."

"Aku suami kamu loh.."

Ok Hyuni, sabar jangan teriak maling, nanti Dio di keroyok masa seperti Sapta kemarin.

"Huh menyusahkan!" Dengan perasaan kesal akhirnya Hyuni mengalah dan berjalan ke dapur dengan mulut yang terus menggerutu sebal. Sedangkan Dio yang melihat itu hanya menyeringai nakal.

"Ini.." Selang beberapa menit, akhirnya Hyuno kembali dengan gelas dan meletakan nya di hadapan Dio. Tapi itu bukan kopi yang di pinta oleh Dio melain 'kan susu hangat. Sadar dengan tatapan bingung Dio, Hyuni menghela nafas nya panjang.

"Di sini gak ada kopi, ada nya itu doang." Ucap Hyuni menjelaskan dengan perasaan kesal, sudah bertamu malam-malam, banyak mau nya lagi! Benar-benar menyebalkan!

"Kalau gitu aku engga mau susu ini.."

Hyuni menghela nafas nya, mau orang ini apa sih?!

"Ya terus mau apa?! Di sini engga ada kopi ataupun teh!" Gerutu Hyuni kesal, apa mau di siram air garam aja?

"Mau susu kamu aja gimana?"

Lagi-lagi Dio menyeringai, di tambah lagi melihat tatapan marah milik Hyuni, Dio benar-benar menjadi kecanduan menjahili Hyuni, apa lagi melumat bibir Hyuni, uh bibir kenyal nan lembilut milik Hyuni benar-benar terus menghantui pikiran Dio.

"Dio mesum! Mati saja sana!"

Panggg!

"Aduh Hyuni ampun, hahaha"

Dan malam itu menjadi saksi, saksi bagaimana menderita nya Dio atas otot-otot wanita hamil~

.
.
.
.
.
.
.
.

  "Huhu, wanita hamil sangat mengerikan~"

Hyuni mendelik kesal ke arah Dio yang kini duduk di pojokan sambil menangis meratapi kepala nya yang benjol sebanyak 3 tingkat itu, bagaimana tidak? Untung saja kepala Dio tidak pecah karena di pukul dengan pas bunga yang berada di dekat Hyuni, dan Dio masih bersyukur yang berada di dekat Hyuni adalah pas bunga, bukan samurai.

"Huh siapa suruh kau mesum? Jika tidak ada keperluan lain, lebih baik kau pergi!" Marah Hyuni yang merasa kesabaran nya sudah habis, sebenar nya mau Dio ini apa? Kalau mau pisah ya udah pisah aja! Enggak usah narik ulur hubungan seperti ini.

"Kamu tega ngusir aku yang lemah tak berdaya ini?"

Tatapan menyedihkan

Tatapan di kasihani

Tatapan tak berdaya

Semoga tatapan itu mampu meluluhkan hati Hyuni.

"Enyah saja! Jangan pernah kembali ke sini lagi!"

Bugh

Brakk!

Dan hasil dari tatapan itu, Dio di tendang keluar dengan kekuatan penuh serta bantingan pintu yang kuat, Dio saat ini duduk di depan unit apartemen milik Hyuni seperti anak kecil yang di kurung ibu nya di luar.

"Pfttt.. Hahahaha"

Suara gelak tawa tiba-tiba terdengar, saat Dio mendongak, terlihat Sapta yang kini berdiri di samping Dio.

"Kemana aura dingin milik presedir Dio kita~" Ejek Sapta melihat keadaan Dio sekarang.

"Sejak kapan kau di sini?!"

"Sejak ada suara mengaduh kesakitan dari dalam.." Jawab Sapta santai sambil menunjuk apartemen yang di huni oleh Hyuni.

"Kak, cara mu itu payah sekali.." Sapta  menggeleng 'kan kepala nya.

"Hah, orang yang mau mantan pacar mu memamg benar-benar  buta seperti nya.."

Tunggu, Sapta bilang apa?! Mantan? Tidak, Dio tidak punya mantan, kecuali jika Sapta menganggap hubungan nya dengan dia sudah putus, selama Sapta masih menggeleng kan kepala nya miris, Dio berdiri lalu dengan kasar menarik kerah baju Sapta.

"Aku dan Mara belum putus!" Hardik Dio kesal.

"Huh? Lalu kenapa kau memberi harapan pada Hyuni?!" Balas Sapta yang juga menjadi kesal mendengar nya. Jadi Dio masih mengharapkan Mara kembali? Lalu apa maksud nya seakan dia memberi harapan untuk Hyuni?

"Bukan urusan mu!" Jawab Dio lalu mendorong Sapta sampai punggung pria itu bertabrakan dengan dinding, setelah itu Dio berjalan meninggalkan Sapta di sana.

"Baiklah, kau yang memulai nya  terlebih dahulu kak.."


Tbc..

Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang