11

171 30 9
                                    

"Masak ikan di siang hari, lalu di masak kuah kari.."

Reygan yang sedari tadi hanya memperhatikan sang kakak kedua Sapta memutar bola matanya malas, akhir-akhir memang banyak kejadian yang mengejutkan, seperti Sapta yang detik ini untuk pertama kalinya memasak. Padahal ia sama sekali tidak pernah masak, memang di antara mereka bertiga hanya Sapta yang tidak pandai memasak.

"Kak, sudah biar aku saja. Ck, kau mau mengupas bawang, tapi lihatlah bawang itu menjadi kecil!" Sudah tidak tahan, akhirnya Reygan mengomel juga. Tapi yang di omeli hanya cengengesan.

"Aku ingin membuatkan Hyuni sarapan, apa itu salah?" Tanya Sapta membalas perkataan Reygan, Reygan menghela nafasnya berat.

"Kau ingin membuatkan apa untuk sarapan kakak ipar?"

"Hanya sup ikan"

Reygan melongo mendengar jawaban sang kakak keduanya itu, hanya sup ikan? Tapi kenapa dapur sudah seperti kapal pecah? Dinding dapur yang dengan cat berwarna orange sudah putih karena tepung, lantai yang sudah basah karena air, sayuran dan juga ayam serta daging yang di kulkas sudah berserakan di lantai.

Jika Dio yang memasuki dapur, maka OCD nya akan kumat, dan adegan kejar-kejaran Dio-Sapta akan terjadi sehingga seisi rumah berantakan!

Reygan harus bertindak lebih cepat, sebelum kakak sulungnya datang,  dan adegan kejar-kejaran itu tidak terulang kembali.

"Kak Sapta, coba lihat apa yang kau perbuat.."

Reygan memijit pangkal hidungnya, kenapa ia lebih merasa menjadi si sulung dari pada si bungsu saat menghadapi kedua saudara kembar nya ini?

"Memangnya ada ap--oh my got!"  Dan sekarang giliran Sapta yang kaget melihat keadaan dapur, apa ada perampokan?!

"Reygan! Kemana lari perampok itu?!"

"Aaaa ada rampok! Kejar-kejar!!"

Lagi-lagi Reygan di buat kesal, ia harus menghentikan Sapta sebelum yang lain bangun

"E-eh.."

Tapi sebelum ia bertindak Sapta sudah lari dengan membawa pisau dapur serta apron berwarna pink dengan motif hello kitty milik Dio.

"Apa yang terjadi?"

"Dapur.."

Dio dan Hyuni yang mendengar suara teriakan Sapta langsung bergegas keluar dari kamar dan menuju dapur, begitu pun dengan kedua orang tua mereka.

Sapta benar-benar sudah membuat kehebohan di pagi hari ini.

Reygan kembali memasang kacamatanya, lalu ia berbalik untuk melanjutkan memasak apa yang ingin di buat oleh Sapta tadi.

"Tanyakan saja ada kak Sapta.."

Keempat manusia yang baru saja sampai iti mengernyit bingung, kemudian kembali di kejutkan oleh suara teriakan nyari dari Reygan.

"KAK SAPTA KENAPA IKANNYA HANYA TINGGAL TULANG!!!!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Emm Dio..."

Dio yang sedang bersiap untuk bekerja berbalik menghadap Hyuni yang berdiri di belakangnya, ia melihat Hyuni seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu untuk mengatakannya.

"...."

Tidak ada suara yang di keluarkan oleh Dio, ia hanya memberikan tatapan seolah mengatakan 'katakan saja'

"Bi-bisakah kita pindah?"

Dengan perasaan gugup dan juga hati-hati, Hyuni mengutarakan keinginannya, sebenarnya ia tidak ingin merepotkan Dio, tapi dengan ada nya Sapta, jujur itu membuat dirinya merasa tidak nyaman, ia benar-benar merasa takut.

"Jika di izinkan, aku sudah pindah dari dulu agar kita bisa hidup masing-masing." Jawab Dio jujur, ia mengambil suit miliknya laku memakainya, ia melihat Hyuni tertunduk lesu, mungkin ia merasa kecewa dengan jawaban Dio? Entahlah, Dio juga tidak memperdulikan itu.

Seperti biasa, Dio melangkah meninggalkan Hyuni, khayalan rumah tangga akur seperti yang di idam-idamkan Hyuni sepertinya benar-benar harus di hapus olehnya, khayalan seperti sang suami yang akan berangkat kerja akan pamit pada istrinya, yang istri yang menyalami suami serta mencium punggung tangan sang suami, dan suami mengecup kening sang istri saat akan berangkat bekerja. Tapi perilaku Dio yang memang menganggapnya orang asing yang sedang mengandung keponakannya membuat Hyuni sadar dengan kehidupannya ini.

"Oh ya.."

Akhirnya Hyuni berbalik, menatap Dio yang kino berdiri memunggunginya di ambang pintu, apa dia akan berpamitan apda Hyuni?

"Jangan terlalu menghindar dari Sapta, dia ayah kandung dari anak yang kau kandung"

Hyuni tersenyum kecut, ternyata bukan kata pamitan, tapi hanya kata pembelaan dan dukungan terhadap sang adik yang sudah menghancurkan masa depan nya. Hyuni hanya mengangguk dengan senyuman hambar lalu mengiyakan. Setelah itu, tanpa berpamitan Dio kembali melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Bodoh, kenapa aku menangis lagi.."

Dengan cepat Hyuni menghapus air matanya, tidak ia tidak boleh lemah begini, sudah cukup ia menangis, ia benar-benar lelah karena menangis, akhir-akhir ini air matanya suka mengalir tanpa permisi, banyak kejadian-kejadian sedih yang tidak terduga.

Terkadang, Hyuni merasa heran, apa dosa dan kejahatan masa lalu yang secara tidak sengaja ia buat? Seingatnya ia tidak pernah berbuat jahat, tapi kenapa kehidupannya saat ini merasa sangat menyedihkan?

Hyuni berharap masih ada sisa kebahagian untuk dirinya walaupun itu sedikit.

Hamil karena sebuah permerkosaan, dan ia harus menikah dengan seorang pria yang tidak seharusnya bertanggung jawab, pria dingin dan juga kejam. Yang setiap malam dapat Hyuni dengari selalu mengigau menyebutkan nama perempuan lain, hey, hati istri mana yang tidak sakit?

Dan Dio hanya menganggapnya saat ia hanya ingat bahwa bayi yang ia kandung adalah keponakannya.

Belum sampai penderitaannya di sana, dan kini orang yang membuat hidup Hyuni hancur datang kembali dan mencoba mendekatinya Seharunya Dio membelanya, tapi ia hanya diam seakan tidak tau, malah membela sang adik.

Apa kedua beradik ini memang suka mempermainkan perempuan?

"Good morning Hyuni.."

Bagus, orang yang baru saja Hyuni fikirkan datang menghampirinya.

"Oh, kau menangis?" Sapta dengan cepat melangkah mendekati Hyuni, ia ingin menghapus air mata Hyuni, tapi dengan cepat Hyuni mengalihkan pandangannya. Hyuni benar-benar enggan berhadapan dengan pria ini.

Sadar dengan penolakan Hyuni, Sapta merasa sedih, tapi ia terlalu pontsr berakting, kesedihannya itu ia sembunyikan dengan cengiran lebar khas miliknya.

Dan Hyuni akui itu memang lucu..

"Ayo ikut aku, kita hilangkan rasa sedih mu" Tanpa persetujuan, Sapta menarik tangan Hyuni dan membawa nya keluar dari kamar.

"Hey tunggu!" Hyuni ingin melepaskan genggaman Sapta, tapi Sapta seakan tuli dan terus berjalan menarik Hyuni.

-----

Tbc






Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang