04

200 33 10
                                    

Kisah cinta Dio dan Mara kekasihnya bagaikan sepasang kekasih yang sedang berjalan tanpa alas kaki di sebuah pantai, tangan yang saling genggam dan tatapan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dari  keduanya. Karang yang terdampar di pasir seakan seperti orang tua Dio yang ingin keduanya berpisah, tapi dengan saling percaya dan saling sepakat Dio dan Mara berhasil mengelak dari baru karang itu.

Lalu tiba-tiba saja sebuah duri menusuk telapak kaki Dio sangat dalam. Sakit, perih, sehingga Dio merasa susah untuk berjalan, ia sangat marah pada duri itu, duri itu merusak moment-moment yang berharga. Sedangkan akibat Duri itu membuat Mara khawatir dengan keadaan Dio saat ini, seakan harus memilih membiarkan Dio yang tidak bisa berjalan atau membantunya mengeluarkan Duri itu?

Seperti itulah pemikiran Dio terhadap hadirnya Hyuni di kehidupan nya. Hyuni hanya sebuah duri yang mempersulit hubungan cintanya dengan Mara, sang kekasih yang sudah beberapa tahun ini bersama nya, mereka saling dukung saat masa-masa sulit, Dio selalu membujuk dan menghibur Mara saat wanita itu merasa sedih atas ejekan dan hinaan yang di dapat dari ayahnya yang selalu memancang Mara hina, dan saat kelelahan Mara selalu membuat Dio tenang dengan pelukan gadis itu.

Hubungan yang manis walau tidak mendapat restu dari kedua orang tuanya bukan? Tapi semuanya itu menjadi tambah rumit karena hadirnya Hyuni yang mengaku hamil oleh Sapta. Ah sialan itu, sebenarnya Sapta lah dalang di balik kehancuran itu, bahkan sampai saat ini tidak ada kabar dimana Sapta sekarang.

"Kau melamun dear?"

Dio yang sadar dari lamunannya menoleh kearah Mara yang baru saja memasuki ruang kerjanya itu, senyuman hangat dan tulus yang selama ini hanya ia berikan pada Mara langsung terukir.

"Kenapa tidak memberiku kabar jika kau akan datang kemari?" Dio bangkit dari duduknya, langkah kakinya membawa ia kepada Mara, lalu memeluk gadis itu dengan fosesif.  Seperti tidak ingin di tinggalkan sedetik pun oleh Mara.

"Aku hanya kebetulan lewat saat menuju tempat pemotretan ku yang berada di dekat sini." Mara menjawab setelah ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Dio, keduanya saling tatap dengan senyuman yang hangat, rasa rindu yang sangat dalam kini rasanya sedikit terobati.

"Seharusnya kau katakan padaku jika kau bekerja di dekat sini, aku akan menjemputmu." Gerutu Dio dengan wajah kesalnya. Mara terkekeh geli dibuat olehnya.

So cute!

"Hey, bagaimana bisa seorang direktur yang di kenal dingin dan kejam mempunyai wajah yang menggemaskan seperti ini?" Tanya Mara dengan kekehan gelinya, Dio tersenyum di buatnya.

"Tentu saja itu di sebabkan gadis cantik di pelukan nya saat ini." Jawab Dio dengan jujur, Mara langsung terdiam, bibirnya mengukir sebuah senyuman hambar.

Apa selama nya Mara bisa menjadi satu-satunya perempuan hebat yang akan saling peluk dengan Dio? Memang Dio sudah berjanji, tapi bagaimana dengan perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu? Mara tau memang hubungannya ini tidak pernah di restui, di tambah lagi dengan adanya perempuan lain yang saat ini menyandang status sebagai istri Dio. Mara tau hubungannya ini salah, bahkan ia pernah mencoba untuk menjauh dari Dio, tapi pria ini selalu berjuang untuk menemukannya, dan tentu rasa cinta Mara terhadap Dio semakin besar di buat olehnya.

"Jangan bersedih dear.." Dio menempelkan jidat mereka berdua, ia tau apa yang sedang di fikirkan oleh Mara saat ini, sama halnya dengan apa yang ia fikirkan sebelum Mara datang menghampirinya.

"I love you, only one." Bisik Dio lembut yang masih dapat didengar oleh Mara. Kemudian tidak ada lagi obrolan dari keduanya, bibir mereka saling menempel, menciptakan ciuman lembut dan hangat, saling menyalurkan kerinduan mereka masing-masing.

-------

"Kakak, aku menyuruh mu untuk mengupas bawang, kenapa bawang ini menjadi sangat kecil?"

Hyuni hanya cengengesan saat Reygan menegurnya, sudah 3 jam lamanya Hyuni belajar memasak dengan Reygan, tidak sulit, hanya memasak telur dadar biasa, dan saat ini Hyuni belajar cara mengupas bawang.

Bahkan ibu dan ayah mertua Hyuni hanya terkekeh geli saat melihat wajah kesal Regan yang merasa frustasi karena Hyuni sangat bebal dalam urusan dapur.

Kenapa sangat sulit? Padahal Hyuni siswi yang sangat berprestasi!

"Begini kak, perhatikan dengan baik-baik." Ucap Regan dengan nada yang setenang mungkin, ia tidak mau Hyuni menangis seperti beberapa jam yang lalu karena Reygan tidak sengaja meninggikan nada suaranya, hah... Hati perempuan yang sedang hamil memang sangat sensitif.

"Kupasnya pelan-pelan saja kak, kakak kan baru belajar." Dengan teliti pria berkacamata itu mengupas bawang itu, Reygan benar-benar jago memasak, pantas saja ayah mertuanya percaya pada Reygan untuk mengurus industri pangan kepada Reygan.

Reygan jadi takut jika ia menghamili istrinya nanti, oh sadar Reygan, bahkan kekasih saja kau belum punya.

"Nah coba kakak lagi.." Ucap Reygan setelah ia usai memberikan contoh pada Hyuni.

"Oke, kali ini pasti berhasil!" Hyuni berujar dengan sangat percaya diri, kemudian ia mengambil sebuah bawang dan pisau yang di pegang oleh Reygan. Tapi belum di mulai saja Hyuni sudah membuat kesalahan.

"Bukan seeprti memegang pisau yang benar.." Ucap Reygan lalu memegang tangan Hyuni, ia membenarkan letak pisau itu dan mengajari Hyuni cara memegang pisau itu dengan benar. Jarak di antara keduanya sangatlah dekat, jika di lihat dari belakang keduanya seperti berpelukan saat ini.

"Nah ngupasnya gini.."

Bukannya memperhatikan bagaimana ajaran yang di berikan oleh Reygan, Hyuni malah memperhatikan wajah tampan adik iparnya itu, wajahnya mulus, bersih dengan pipi bulat meninggalkan kesan imut. Bahkan di wajah pria itu tidak memperlihatkan lecet sedikitpun.

Lama Hyuni menatap wajah Reygan yang terus mengoceh itu, bahkan keduanya tidak tau, seorang pria dengan mata tajamnya memperhatikan mereka. Ayah dan ibu mertua Hyuni sudah menyadari kehadiran Dio di belakang mereka, tapi mereka hanya menyunggingkan senyuman mereka saat melihat wajah datar Dio.

"Aku sudah pulang." Ucap Dio lalu kakinya melangkah keluar dari dapur, dengan kasar ia melonggarkan dasinya.

Sadar dengan perbuatan, Reygan langsung menjauh dari Hyuni.

"Oh, kau pulang cepat.." Ucap Hyuni lalu melepas apronnya, dengan langkah tergesa ia mengikuti langkah Dio.

"Ada apa dengan kak Dio?" Tanya Reygan pada kedua orang tuanya.

"Mungkin cemburu?"

Reygan menatap bingung kearah Dio dan Hyuni yang semakin menjauh.

Benarkah cemburu? Reygan tidak yakin...

TBC..

Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang