19

140 33 16
                                    

Sudah satu minggu setelah pertengkaran Hyuni dengan Dio, kini Hyuni berada di sebuah apartemen kecil yang ia sewa, ia sengaja tidak ingin pulang karena takut ibu dan ayah nya merasa sedih karena hal ini. Terutama bagi kesehatan ayah nya, ia tidak mau jantung ayah nya kumat lagi oleh nya.

"Kak Hyuni~"

Hyuni yang berada di dapur langsung berlari ke arah tengah, di sana ada seorang gadis SMU yang ia temui sejak ia pindah ke sini, gadis itulah yang sering menemaninya, dan untung nya orang tua gadis itu juga memperlakukan Hyuni dengan baik.

"Hera, ada apa?" Tanya Hyuni saat melihat gadis itu datang dengan seragam sekolah nya.

"Tadi bunda nyuruh nganterin sup ini buat kak Hyuni, ini bagus buat kesehatan kandungan kak Hyuni." Hera berkata dengan senyuman polos nya. Hyuni sudah menceritakan masalah nya, tentu Hera dan ibu nya yang seorang perempuan juga merasakan kesedihan yang di alami oleh Hyuni, jadilah mereka memberikan rangkulan hangat agar Hyuni merasa tidak sendirian dan masih ada orang yang mendukung nya.

"Kamu tu repot-repot aja. Ya udah, kalau gitu kira sarapan bersama, kebetulan kakak mau ke supermarket, itu searah dengan bis yang  mau kamu naiki 'kan?"

"Iya kak, ya udah kak, kita sarapan bareng!" Hera mengangguk dengan penuh semangat, dengan rasa senang ia menarik Hyuni ke arah ruang makan di unit apartemen milik Hyuni, melihat tingkah hangat Hera, Hyuni merasa ia memiliki seorang adik perempuan saat ini.

-----

  Dio kini sedang duduk termenung di ruangan kerja di rumah nya, sudah seminggu ini ia tidak mendatangi gedung perusahaan karena pikiran nya yang bercabang kemana-mana, bahkan karena kepergian Hyuni sekarang ibu nya terbaring lemah di kamar nya. Sedang 'kan Sapta memilih untuk keluar dari rumah dan tinggal di apartemen semasa mereka sekolah dulu.

Di saat seperti ini, Dio butuh bicara dengan Regan. Tapi asisten Regan mengatakan bahwa ada ada pekerjaan yang harus Regan selesaikan di jepang. Dio merasa bingung, bukan kah Dio tidak ingin memiliki cabang resto ataupun hotel di luar negri? Huh, aneh sekali.

Lelah karena hanya berdiam diri di ruang kerja nya, akhirnya Dio memilih untuk keluar dari sana. Dia butuh penyegaran agar otak nya jernih.

Mara yang hilang entah kemana, Jihyun yang kini sudah pergi, Dio benar-benar pusing memikir 'kan nya.

"Kak Dio, mau Sofie buatin orange juice gak?"

Dio yang baru saja menginjak 'kan kaki nya di dapur melihat Sofie yang sedang menuangkan orange juice ke gelas, seperti nya ini lumayan untuk kesegaran otak Dio, maka kepala Dio pun mengangguk sebagai tanda ia ingin di buat kan. Dan kursi bar pun menjadi pilihan yang tepat untuk Dio duduki.

"Kak Dio, sebenar nya kak Dio itu sayang kak Hyuni atau kak Mara?" Tanya Sofie yang sudah menuangkan orange juice ke gelas untuk Dio, mendengarnya Dio menatap Sofie heran.

"Memang nya kenapa?" Dio balik bertanya sebelum ia meminum juice yang di siapkan oleh Sofie untuk nya.

"Engga ada kok, cuma kalau kakak sayang kak Hyuni perjuangin, kalau sayang kak Mara.. Kakak nyerah aja." Sofie menatap prihatin ke arah Dio, mendengar jawaban Sofie membuat Dio merasa bingung, kenapa begitu?

Sadar dengan perubahan reaksi dari wajah Dio membuat Sofie sadar dengan ucapan nya.

"Maksud ku, kalo kak Hyuni 'kan  udah ada restu, lagian dia not bad, sedang 'kan kak Mara gak dapat. Nanti kasian kak Mara nya di sakitin mulu sama hinaan dari om." Jelas Sofie jujur, memang seperti nya itu lebih baik untuk mereka semua, ya walau pun terkesan diri nya sama saja menumbalkan Mara untuk kebahagiaan.

"..." Diam, Dio hanya diam mendengar penjelasan dari Sofie, mata nya lurus menatap gelas nya yang masih terisi setengah orange juice milik nya.

"Sofie.."

"Iya kak?"

"Bukan nya kamu di larang ayah untuk kembali? Kenapa ayah ku sekarang menyambut mu?" Tanya Dio yang kini membuat Sofie terdiam. Ah iya, apa yang harus dia kata 'kan?

Rasa gugup kian bertambah saat mendapati tatapan tajam milik Dio.

"Oh, kata om dia masih mau ngasih kesempatan buat aku, yang salah 'kan ayah bukan aku!" Jawab Sofie asal, semoga saja Dio tidak curiga.

"Oh, aku kira untuk di jodoh 'kan dengan Sapta, kamu keliatan sedang mencari perhatian Sapta."

Skak mat! Apa Dio sadar akan hal itu?  Tapi 'kan Selama di sini Sofie dan Sapta hanya bertengkar saja? Tidak ada yang lain!

"Aku hanya bercanda.."

Dan Sofie bisa bernafas lega.


--------

"Total semua nya 300 ribu mbak."

Kini Hyuni sudah berdiri di depan meja kasir untuk membayar belanjaan nya.

"Ini saya bayarin."

Baru saja Hyuni ingin mengeluarkan uang untuk membayar belanjaan nya, tapi seseorang sudah terlebih dahulu memberikan kartu ATM pada mbak kasir tersebut.

"Sapta?" Hyuni menatap pria tersebut, pria yang membayarkan belanjaan milik nya barusan adalah Sapta.

"Hyuni.." Sapta memberikan wink andalan nya pada Hyuni, wink yang biasa nya akan membuat para gadis berteriak kagum penuh cinta.

"Mbak aku aja yang bayar." Ucap Hyuni ingin memberi 'kan uang pada mbak kasir itu.

"Sudah di bayar mbak." Balas si kasir lalu mengembalikan kartu milik Sapta, Hyuni di buat mendengus sebal oleh nya.

"Ya sudah, terimakasih.." Ucap Hyuni lalu mengambil semua kantong belanjaan nya, ia langsung berjalan terburu-buru untuk meninggalkan Sapta di sana.

"Hyuni tunggu!" Teriak Sapta dan ingi  mengejar Hyuni, tapi pergerakan Sapta terhenti saat kasir itu memanggil nya.

"Mas ganteng air nya mau bayar pakai uang atau nomor hp mas?"

.
.
.
.
.
.
.
.

"Hyuni tunggu.."

Akhirnya Sapta dapat mengejar Hyuni, air tadi ia kembalikan, melihat Hyuni yang lari di tambah kedipan mata mbak kasir membuat rasa haus Sapta menghilang.

"Sapta lepas!" Hyuni mencoba untuk melepaskan cengkraman milik Sapta, tapi cengkraman Sapta terasa sangat kuat.

"Hyun dengerin aku dulu.."

"Engga mau! Lepas engga? Kalau engga ku teriakin perampokan nih?" Ancam Hyuni

"Ya udah coba aja!"

"Ok.." Hyuno menarik nafas nya dalam-dalam.

"Tolong rampok toloooong!"

Dan ternyata Hyuni benar-benar melakukan nya, dengan cepat Sapta langsung mendekap mulut Hyuni.

"Waahh berani-rani nya mau ngerampok wanita hamil!"

"Hajar aja hajar!"

Dan Sapta menjadi kelimpungan saat banyak bapak-bapak yang mendekat ke arah mereka.

"Eh pak, tunggu jangaaan.."

Bughh

Baghh

Bughh

Tbc

Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang