20

155 37 16
                                    

Hyuni merasa bersalah atas apa yang terjadi, karena teriakan nya Sapta sekarang mendapat banyak luka dan memar di tubuh dan wajah nya. Untung saja Hyuni dapat menghentikan pengeroyokan dengan mengatakan ini hanya salah paham karena Hyuni terlalu was-was. Walau pun dapat protes dari orang-orang yang menghajar Sapta, setidak nya Hyuni tidak membiarkan Sapta sampai mati karena di hajar.

"Huhu, wajah ganteng ku~"

Dan di antara banyak nya luka, Sapta hanya khawatir pada wajah nya.

"Di mana kotak obat nya?" Tanya Hyuni yang sudah membantu Sapta duduk, kini mereka sudah berada di apartemen milik Sapta.

"Di situ." Sapta menunjuk ke arah lemari yang  berada di dekat tv, dengan sigap Hyuni langsung ke arah lemari itu untuk mengambil obat untuk luka Sapta.

"Maaf.." Ucap Hyuni merasa bersalah setelah ia duduk di sisi Sapta, melihat Hyuni yang terlihat merasa bersalah membuat Sapta berhenti meringis.

"Udah, gak masalah kok, luka kecil ini doang." Balas Sapta untuk menenangkan hati Hyuni.

"Luka gini doang? Kamu hampir mati tau engga?" Kesal Hyuni mendengar apa yang di katakan oleh Sapta, melihat kekhawatiran Hyuni membuat Sapta tersenyum simpul, sudah lama ia tidak di perhatikan seperti ini.

"Sini, ku obatin.."

Hyuni menetesi kapas kecil dengan antibiotik, kemudian dengan perlahan ia membersihkan luka Sapta.

"Awww..." Ringis Sapta saat Hyuni dengan tidak sengaja menekan terlalu kuat bagian memar di wajah Sapta.

"Eh maaf.."

Jantung Sapta berdebar semakin kencang saat tiba-tiba saja Hyuni mencondongkan tubuh nya ke arah Sapta untuk meniup bagian  memar di wajah Sapta, bahkan hal itu membuat wajah Sapta memerah.

"Udah gak sakit 'kan?" Tanya Hyuni setelah ia selesai meniup luka di wajah Sapta, tapi Sapta tidak mampu menjawab karena jarak mereka yang sangat dekat saat ini.

Greep..

"Ehh?"

Saat Hyuni kembali ingin membersihkan luka nya, tiba-tiba saja Sapta memegang tangan Hyuni, tatapan pria itu dalam menatap mata Hyuni. Hal itu membuat Hyuni terdiam dan merasa bingung. Situasi macam apa ini?!

"Hyuni, kamu benar-benar engga mau ngasih aku kesempatan?" Tanya Sapta serius, dan entah kenapa kali ini Hyuni sangat susah untuk menjawab nya.

"Hyuni, kamu mau 'kan? Nikah sama aku?" Tanya Sapta lagi, terlihat ketulusan dari tatapan pria itu, bahkan Hyuni dapat merasakan nya.

"Sapta, maaf.. " Ucap Hyuni lalu dengan cepat melepaskan genggaman Sapta, ia berdiri menjauh dari Sapta.

"Lula di wajah kamu udah ku obatin, di bagian lain kamu bisa bersihin sendiri 'kan?" Tanya Hyuni, ia tidak mau terlalu lama di sini, keadaan seperti ini benar-benar canggung.

Sapta yang mengerti maksud Hyuni hanya mengangguk pasrah sebagai jawaban.

"A-aku pulang dulu.."

Hyuni dengan cepat berbalik dan membawa  belanjaan nya pergi dari sana, sedangkan Sapta hanya diam menatap kepergian Hyuni. Tidak menyangka kepulangan nya akan mendapatkan tujuan lain.

Sapta yang di tolak oleh kekasih nya karena menganggap diri nya tidak berguna langsung memutuskan untuk kembali ke indonesia, ia ingin meminta pekerjaan yang layak kepada Dio untuk menunjukan bahwa Sapta pasti bisa menghidupi kekasih nya, tapi niat itu berubah saat ia tau keadaan Hyuni.

"Kak Dio, jangan salah 'kan aku jika aku merebut Hyuni dari mu. Dan aku tidak akan menyalah 'kan mu jika Hyuni lebih memilih mu dari pada ku.."

Jika Dio mengatakan bahwa Sapta mau bertanggung jawab karena penolakan kekasih nya, maka itu kesalahan besar, ini benar-benar tulus dari hati Sapta.

-------

Brak!!

"Sial! Jadi yang membawa Mara adalah Reygan?!"

Amarah Yoga nampak begitu menggebu-gebu ketika salah seorang anak buah nya menunjukan rekaman cctv yang menunjukan bahwa Reygan yang waktu itu menyamar menjadi seorang pelayan hotel dan membawa Mara kabur.

Jadi Reygan sudah mengetahui hal ini? Baiklah, itu sama saja dengan terang-terangan sudah mengibarkan bendera perperangan kepada Yoga. Dengan ini  Yoga tidak perlu memakai topeng lagi jika bertemu dengan Reygan.

"Benar tuan, tapi kemana tuan muda membawa nya itu belum di ketahui.." Ucap anak buah nya itu menjelaskan, Yoga meneguk whisky di gelas nya habis.

"Aku sudah terlalu meremehkan kemampuan Reygan selama ini, cari keberadaan nya! Dan bawa dia ke sini dalam keadaan masih bernyawa!" Perintah Yoga pada anak buah nya itu.

"Baik tuan besar."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

  Berbeda dengan Yoga yang mengerahkan anak buah nya untuk mencari di mana keberadaan Reygan, yang di cari saat ini duduk di sebuah rumah sakit milik teman nya yang berada di jakarta, ia menatap iba ke arah Mara yang sudah satu minggu ini masih dalam keadaan koma.

Reygan meraih tangan Mara dan mengusap nya dengan ibu jari milik nya lembut.

"Sekarang, kembali ke Dio atau bukan itu bukan point utama saat ini. Tapi, kau harus sadar dan menceritakan apa yang sebenar nya terjadi.." Ucap Reygan lembut, entah kenapa rasa khawatir nya sangat berlebihan, apa rasa yang dulu menghilang kini kembali lagi? Entahlah.

"Tuan.."

Reygan melepaskan genggaman nya saat seorang anak buah nya memasuki kamar rawat vip yang di gunakan oleh Mara itu.

"Ada apa? Apa kamu mendapat 'kan sesuatu?" Tanya Sapta kepada anak buah nya itu.

"Aku mendapat kabar bahwa tuan besar sudah mengetahui mu dan sekarang mengerahkan seluruh anak buah nya mencari mu." Jelas orang itu pada Reygan.

"Hemm, dalam jumlah jelas kita kalah banyak." Reygan menatap sayu ke arah Mara.

"Apa kita harus meminta bantuan tua  Dio?"

Reygan terdiam sebentar, ia mendapat kabar masalah Dio dan juga Hyuni, aa ia harus menghubungi Dio di saat seperti ini?

"Tidak perlu, kita harus melihat dulu bagaimana cara ayah ku bermain." Jawab Reygan tenang. Dan anak buah nya itu menyetujui perkataan Reygan.

Siapa sangka orang yang terlihat lemah dan tenang tidak berbahaya?

Tbc.

Marriage Hall-𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang