Past, Present, and Future

313 61 3
                                    

Satu bulan sudah berlalu. Fajri kali ini benar-benar berusaha untuk melepaskan Kezia. Tidak ada lagi adu mulut antara Fajri dan Kezia. Tidak ada lagi pukulan yang Fajri daratkan untuk Fenly. Tidak ada lagi motor Fajri berhenti di depan gerbang rumah Kezia. Tidak ada lagi sebuah totebag yang diberikan untuk Shandy oleh Fajri. Datang sekolah saat mendekati waktu masuk dan langsung pulang saat bel berbunyi. Beberapa jam di sekolahnya Fajri habiskan untuk melakukan kegiatan dalam kelas bersama temannya. Di sisi lain, waktu di rumahnya Fajri habiskan untuk kegiatan indoor dan membantu Shella. Tak ada ruang untuk Kezia berbicara dengan Fajri.

"Son." Kezia berlari memasuki kelas Zweitson -juga kelas Fajri, diikuti dengan Abelle di belakangnya.

"Kenapa?" Zweitson memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.

"Aji udah pulang lagi ya?" Kezia menghela nafas panjang.

"Dari tadi." Jawab Zweitson singkat.

"Udah satu bulan gini terus." Kezia duduk malas di bangku depan Zweitson.

"Ya udah sih, Zi. Lu juga kan udah sama Fenly." Zweitson menatap datar Kezia.

Sejak Fajri memutuskan untuk tak lagi mencampuri pendekatan Fenly dengan Kezia. Rumor Fenly dan Kezia berpacaran mulai muncul. Tak ada penjelasan dari mereka berdua, sehingga berita itu makin ramai diperbincangkan.

"Gue ka... Kagak pacaran sama dia." Kezia menggeleng pelan.

"Lagipula lu yang kagak mau liat Aji lagi kan. Dia cuma mau ngikutin permintaan lu, Zi." Zweitson menyematkan tas ransel di salah satu bahunya. "Gue duluan." Zweitson meninggalkan Kezia dan Abelle di dalam kelasnya.

Bahkan Zweitson pun kini menghindari percakapan dengan Kezia. Bukan atas perintah Fajri, Zweitson hanya merasa Kezia sudah melewati batas.

҉҉҉

"Bel, emang gue udah keterlaluan ya?" Kezia dan Abelle kini berjalan menuju gerbang depan.

"Ya, gimana lagi, Zi. Semua udah terjadi." Abelle membenarkan posisi ranselnya.

"Gue mau ngobrol sama Aji aja susah banget." Kezia mendesah pelan.

"Lu udah coba ke rumahnya?" Abelle menoleh ke arah Kezia.

"Sering, Bel. Gue cuma ketemu Kak Shella dan bilang Aji lagi keluar mulu." Kezia menunduk perlahan. Dari kejauhan, terlihat Fiki yang berjalan cepat menghampiri Kezia dan Abelle.

"Hey, Fik." Senyum Abelle merekah, tangannya melambai ke arah Fiki.

"Bentar ya, Bel. Aku mau ngomong sama Kezia dulu." Fiki tersenyum, memegang lengan Abelle. Abelle mengangguk pelan sembari menatap Fiki heran. "Lu bisa jelasin sama gue tentang ini?" Fiki menunjukkan sebuah gelang tepat di depan muka Kezia, tertulis dengan jelas nama lengkap Kezia pada gelang tersebut.

"Ini buat Fiki ya." Kezia kecil memasangkan sebuah gelang di tangan kanan Fiki kecil.

Kezia kecil memberikan Fiki kecil sebuah gelang dengan nama lengkapnya. Begitupun sebaliknya, Kezia kecil menggunakan sebuah gelang dengan nama lengkap Fiki.

"Biar apa?" Fiki kecil memperhatikan Kezia kecil dengan seksama.

"Biar Fiki inget terus sama Kezia." Kezia kecil tersenyum lebar menunjukkan deretan behelnya.

"Fiki gak akan lupain Kezia." Fiki kecil menggeleng yakin.

"Jaga-jaga aja." Kezia kecil tersenyum tipis.

"Sorry, Fik. Kyknya lu salah orang." Kezia melirik sekilas ke arah Abelle.

"Kagak mungkin salah. Ini jelas banget nama lengkap lu. Gue udah cek presensi perkemahan waktu itu." Fiki menatap dalam Kezia.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang