"Hey." Tepukan pelan pada pundak kanan Kezia mampu membuyarkan lamunannya. Dengan cepat, Kezia menoleh ke arah tepukan itu berasal. Terlihat Fiki yang tersenyum tipis dan langsung duduk di sebelahnya tanpa meminta izin. Pandangan Kezia seketika membeku. "Hey?" Fiki melambaikan tangannya tepat di depan wajah Kezia.
"Eh, I... Iya, ada apa?" Kezia menggelengkan kepalanya cepat -mengembalikan fokusnya.
"Gue ganggu kagak?" Tanya Fiki pelan.
"Eng... Kagak kok." Kezia tersenyum tipis.
"Oh, iya. Lu yang tadi siang ketemu gue, kan? Sama temen cowok lu dari Nusa Mandala. Em, siapa namanya? Gue lupa." Fiki mengetuk pelan kepalanya untuk mengingat kejadian tadi siang.
"Zweitson."
"Nah, iya itu. By the way, kita belum kenalan." Fiki menjulurkan tangan kanannya. "Fikih Aulia, panggil aja Fiki." Kezia menatap cukup lama tangan Fiki, di otaknya memutar terus kalimat Fiki.
"Em, Kezia Lizina, panggil aja Kezia." Kezia menjabat tangan Fiki perlahan.
"Oke, salam kenal ya." Fiki menarik kembali tangannya dan tersenyum manis. "Lu kagak tidur?"
"Belum ngantuk." Kezia mengalihkan pandangannya ke atas -terlihat banyak bintang berhamburan di antara terang bulan dan langit malam.
"Langit malem ini bagus ya." Fiki mengikuti arah pandangan Kezia.
"Iya, kenangan di dalamnya juga." Tanpa sadar, Kezia mengucapkan kalimat tersebut.
"Kenangan malam di bawah bintang emang sulit dilupakan." Dengan cepat, Kezia menoleh ke samping dan terlihat Fiki yang tersenyum kepadanya.
"Fik? Lu inget?" Tanya Kezia hati-hati.
"Hah? Inget apa?" Fiki mengerutkan dahinya heran.
"Oh, kagak kagak." Kezia tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya cepat. "Em, by the way, lu kagak tidur?" Kezia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Gue tadi lagi patroli sih, eh ngeliat lu sendirian di sini, jadi gue ke sini sebentar." Fiki melirik jam tangan yang melingkar sempurna di salah satu pergelangan tangannya. "Ini udah malem, lebih baik lu tidur deh. Besok kita masih ada kegiatan." Fiki berdiri, membersihkan tanah dan rumput yang menempel pada celananya.
"Iya, nanti gue tidur kok. Gue masih mau di sini." Kezia kembali memandang langit malam.
"Ya udah, gue duluan ya." Fiki menepuk pelan ujung kepala Kezia dan pergi meninggalkannya sendiri yang terdiam kaku. Kezia kembali mengingat salah satu kebiasaan Fiki padanya. Ya, mengelus rambutnya dengan lembut.
"Kezia kenapa?" Seorang anak laki-laki dengan jaket tebalnya menghampiri anak perempuan yang menunduk menangis di tengah taman malam hari.
"Kalung Kezia." Kezia kecil terus menangis. "Kezia takut mamah marah." Lanjutnya.
"Cari kalungnya besok lagi ya. Nanti Fiki bantu cari. Sekarang pulang yok." Fiki kecil menghapuskan air mata yang terus mengalir pada pipi anak perempuan di hadapannya.
"Gak mau. Itu kalung pemberian mamah." Kezia kecil tak menghentikan tangisannya.
"Iya, nanti Fiki yang ngomong sama mamah ya. Ini Kezia pakai jaket dulu ya, di sini dingin." Fiki kecil melepas jaketnya dan menyematkannya pada punggung Kezia kecil.
"Fiki gak kedinginan?" Kezia kecil menghentikan tangisnya dan melirik anak laki-laki di hadapannya yang hanya menggunakan kaos pendek.
"Gak, kok. Fiki kan kuat." Fiki kecil tersenyum lebar dan dibalas dengan tawa kecil dari Kezia kecil. "Nah, gitu dong ketawa, kan manis." Fiki kecil mengelus puncak kepala Kezia kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]
Fanfiction"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia Lizina Alexandra "Entah memang dirinya yang menarik, atau hanya hatiku saja yang tertarik." -Fenly Christovel Wongjaya "Hanya senyum itu ya...