Beginning

480 100 4
                                    

"ZI." Untuk kesekian kalinya teriakan laki-laki itu menusuk telinga Kezia yang sedang merapihkan rambutnya di hadapan meja rias miliknya.

"Apaan sih, bang?! Berisik amat dari tadi." Dengan kesal, Kezia mengambil tas ransel yang sedari tadi tersimpan di atas kasurnya dan berjalan menghampiri sumber teriakan tersebut.

"Dasar gadis, persiapan sekolah aja lama, niat belajar kagak sih lu?" Tanpa melihat ke arah datang adiknya itu, Shandy mengolesi selai pada roti yang berada di tangannya.

"Hey, lama dari mananya? 15 menit doang." Kezia menarik kursi di samping Shandy.

"Udah udah, berantem mulu ini anak mamah, sekali-kali akur dong." Dari arah dapur, terlihat seorang wanita paruh baya -yang masih memiliki paras cantik menghampiri adik kakak yang sedang mendebatkan hal kurang penting.

"Dia duluan tuh, mah." Kezia menunjuk kakak di sebelahnya yang sedang asik menikmati roti dengan selai coklat. Tanpa menghiraukan kekesalan adiknya itu, Shandy hanya fokus pada roti di tangannya.

"Iya iya, sekarang makan dulu aja ya rotinya, nanti keburu telat." Mamah memberikan roti yang sudah diolesi dengan selai strawberry kesukaan anak perempuannya itu.

"Tuh, makan cepet, kalau lama kagak bakal gue anter." Kezia melirik sinis kakaknya dan mulai melahap roti tersebut.

҉҉҉

"Ji, lu yakin bisa sekolah?" Dengan khawatir, Shella memperhatikan adiknya tersebut yang belum bisa berjalan seperti biasanya.

"Ah apaan sih, kak. Sakit sedikit doang, udah biasakan Aji cedera gini." Fajri mulai mengikat tali sepatu kanannya.

"Biasanya kan lu istirahat dulu, udahlah kagak perlu sekolah hari ini."

"Jangan lebay deh, kak. Hari ini ada ulangan, ya kali Aji kagak sekolah."

"Bisa susulan kan, Ji?" Shella menghela nafas pelan, membujuk adik laki-lakinya yang cukup keras kepala.

"Kagak mau, kak, nanti Aji gak bisa nyontek." Fajri terkekeh kecil dan hanya dibalas dengan gelengan pelan dari kakaknya.

"Aw..." Sakit pada lututnya kembali terasa saat Fajri berusaha untuk berdiri. Dengan sigap, Shella mendekati Fajri.

"Tuh kan apa gue bilang, udah lu gak usah pergi, sekarang gue buat suratnya." Shella memegang lengan atas Fajri dan membantunya berdiri.

"Kak..." Fajri memasang muka memelas agar mendapatkan izin dari kakak perempuan yang terkadang sangat memanjakannya. Shella mengalah dan mengangguk pelan. Terlihat senyum Fajri yang merekah.

"Tapi..." Satu kata tersebut dapat mengubah ekspresi Fajri dengan sangat cepat. "Lu kagak boleh bawa motor sendiri, gue yang anter jemput." Shella melanjutkan kalimatnya.

"Yah, kak..."

"Udah jangan protes lagi, ayok masuk mobil." Potong Shella dan segera membantu Fajri memasuki mobil. Dengan lemas, Fajri menurutinya.

҉҉҉

"Mah, Shandy pamit berangkat dulu ya nganter anak bawel mamah." Teriak Shandy sembari menyalakan mesin motornya.

"Ish, apaan sih. Lu tuh yang bawel." Kezia -yang sudah duduk nyaman di jok belakang memukul pelan punggung Shandy. Tanpa menghiraukan omongan dan pukulan adiknya, Shandy langsung melajukan motornya menjauhi gerbang rumahnya.

҉҉҉

Fenly melepaskan helm hitamnya, menaruh pada salah satu spion motornya setelah sedikit mengacak rambutnya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, terlihat Fajri menuruni mobil dengan bantuan seorang perempuan yang tidak Fenly kenali. Tak selang berapa lama, Zweitson berlari kecil menghampiri kedua orang tersebut, sedikit tersenyum pada perempuan itu dan merangkul Fajri memasuki gerbang sekolah.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang