"Halo rekan-rekan semuanya, selamat siang. Izin memperkenalkan diri, saya Rizqy Zidan Pratama dari SMA Negeri Gemilang Bangsa selaku ketua pelaksana perkemahan kali ini. Di sini saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada rekan-rekan yang sudah meluangkan waktunya untuk dapat hadir bersama kami sebagai perwakilan dari tiap-tiap sekolah. For your information, kami hanya mengundang 10 sekolah dengan 30 orang dari tiap sekolahnya. Maka dari itu, kami berharap kalian bisa menikmati perkemahan kali ini dan mendapatkan banyak relasi dari sini. Untuk sekarang, kalian boleh untuk mendirikan tenda di sekitar sini dan ingat tidak boleh ada tenda yang diisi oleh lawan jenis. Mungkin sekian dari saya, agenda selanjutnya akan dilaksanakan pada sore menjelang magrib nanti, silahkan manfaatkan waktu kalian dengan sebaik-baiknya. Terima kasih." Seorang laki-laki berseragam PDL dengan name tag 'Zidan' pada dada kanannya itu menaruh microphone di atas speaker dan meninggalkannya -bersama beberapa panitia lainnya. Kumpulan orang yang sedari tadi mendengarkan penjelasannya satu per satu mulai meninggalkan lahan luas tersebut dan berpencar mencari tempat yang nyaman untuk mereka mendirikan tenda.
"Ji, buat tenda di mana?" Tanya Zweitson kepada Fajri yang sedang mengedarkan pandangan ke sekelilingnya -mencari lahan kosong yang bisa digunakan untuk mereka mendirikan tenda.
"Di sana aja, Son. " Fajri menunjuk salah satu lahan yang cukup untuk mendirikan satu tenda mereka -di bawah pohon besar. Mereka bertiga -bersama dengan Satria berjalan menuju tempat yang Fajri tunjuk dan mulai mendirikan tenda.
҉҉҉
"ZI." Teriak Abelle sembari menghampiri Kezia dengan berlari kecil.
"Eh, Bel." Kezia tersenyum kecil melihat Abelle dengan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Lu kemana..." Abelle menghentikan kalimatnya. "Eh, mata lu kenapa? Nangis?" Abelle memegang kedua pipi Kezia untuk memastikan pandangannya -bahwa dia melihat mata Kezia sembap.
"Kita mau bikin tenda di mana?" Kezia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Jawab dulu, lu kenapa?" Nada suara Abelle makin menunjukkan rasa khawatirnya.
"Gimana kalau di sana aja?" Tak menghiraukan pertanyaan Abelle, Kezia mengalihkan pandangannya dan menunjuk salah satu tempat yang masih kosong, cukup untuk membangun tenda mereka.
"Zi?" Abelle memelankan suaranya sembari menatap mata Kezia yang terlihat kembali berkaca-kaca.
"Em, gue duluan kesana ya, Bel." Kezia melepaskan tangan Abelle yang sedari tadi memegang pipinya. Dengan cepat, Kezia meninggalkan Abelle -yang menatapnya heran.
҉҉҉
"Fen, mau dimana bikin tendanya?" Ricky memperbaiki letak carrier pada pundaknya.
"Eh, siswi di sini cakep semua ya." Bisik Gilang tersenyum sembari merangkul kedua teman di samping kanan kirinya.
"Iya, cakep. Tapi kagak ada yang mau sama lu." Ricky melirik Gilang dan menyikut gemas perutnya -membuat Gilang meringis kesakitan.
"Di sana aja, yok." Fenly berjalan mendahului kedua temannya -mendekati lahan kosong yang berjarak sekitar 7 meter dari tenda Fajri dan dihalangi oleh dua tenda lain.
"Eh, tunggu, Fen." Ricky dan Gilang berusaha berjalan menyamai langkah Fenly.
҉҉҉
"Zi, emang lu bisa bikin tenda?" Abelle mulai ragu, memperhatikan Kezia yang sedari tadi hanya diam dan terlihat kebingungan. Kezia menoleh ke arah Abelle, dia tersenyum malu, menggeleng pelan sembari menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal. "Ya ampun, gue kira bisa." Abelle menepuk pelan dahinya sembari menggelengkan kepalanya. Hana terkekeh kecil melihat tingkah kedua teman sekelasnya itu.
"Sini." Fajri menghampiri Kezia dan Abelle, mengambil beberapa frame -besi tenda yang dipegang Kezia dan mulai menghubungkannya dari satu frame ke frame lainnya.
"Eh, Ji. Memang tenda lu udah jadi?" Tanya Abelle kaget, dia melihat ke sekitar -mencari letak tenda Fajri dan temannya.
"Udah, tinggal pasang flysheet -outer tenda. Zweitson bisa kok sendiri." Fajri yang sudah selesai menggabungkan beberapa frame, menyusunnya menjadi dua frame yang sama panjang. "Bel, tolong frame ini kaitkan sama pengait yang ada di bagian atas inner tenda."
"E... Eh, iya." Abelle mengikuti perintah Fajri. Semua bagian frame sudah mengait pada tenda bagian dalam dengan posisi menyilang -membentuk huruf X.
"Bel, pegang ujung frame sana." Fajri memegang salah satu ujung frame. "Zi, Na, bisa tolong pegang kedua ujung frame yang satu lagi?" Tanya Fajri kepada Kezia dan Hana.
"Oh iya, Ji." Hana menghampiri letak salah satu ujung frame, diikuti oleh Kezia yang mendekati pada sisi lain frame tersebut.
"Sebelumnya, ambil nih masing-masing satu pasak -besi pengait." Fajri menyodorkan beberapa pasak pada mereka bertiga. "Oke, nanti angkat bareng ya biar jadi melengkung." Pada hitungan ketiga, mereka mengangkat frame tersebut bersama-sama dan sedikit mendorongnya menjadi lengkungan dua setengah lingkaran -membentuk sebuah tenda yang hampir sempurna. "Nah, sekarang taruh pasak tadi di bagian bawah ring ujung tenda, tusuk aja sampe menempel kuat ke tanah." Tanpa banyak bicara, mereka bertiga mengikuti intruksi dari Fajri. Dalam hitungan detik, tenda tersebut berdiri dengan sempurna.
"Wah, jadi juga akhirnya. Thank you, Ji." Abelle tersenyum lebar sembari menepuk kedua tangannya.
"Terima kasih, Ji." Hana tersenyum tipis.
"Maka..."
"Eh, kalau kalian mau beresin bawaan boleh langsung ke masuk tenda aja. Gue bakal pasang flysheet dulu." Fajri memotong kalimat Kezia, dia mengambil flysheet yang sedari tadi tergeletak di samping tenda dan mulai memasangnya.
"Yok, Zi. Kita taruh carrier dulu ke dalam tenda." Abelle menarik pelan lengan Kezia yang terdiam di tempat memperhatikan Fajri memotong kalimatnya tadi.
҉҉҉
"Wih, baru tau gue ternyata lu jago juga bikin tenda gini, Rik." Gilang merangkul Ricky, melihat tenda mereka yang baru saja berdiri kokoh.
"Iya lah, kerjaan gue nih dulu setiap perkemahan sabtu minggu pramuka." Ricky membersihkan tangannya yang cukup kotor oleh tanah.
"Kagak bakal tiba-tiba ambruk kan nih tenda." Ucap Gilang bercanda, terkekeh kecil.
"Kagak lah, sudah teruji oleh para ahli." Ricky menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya -menyombongkan dirinya sendiri.
"Sombong amat lu. Eh, by the way, Fenly kemana? Lama banget tuh anak ke toilet doang." Gilang mengedarkan pandangannya, mencari temannya yang sedari tadi izin ke kamar mandi.
"Alesan doang itu, males bikin tenda dia." Ricky tertawa mengejek -diikuti oleh tawa Gilang.
"Heh, ngomongin gue ya lu berdua." Fenly menepuk pundak kedua temannya itu dari belakang.
"Eh, Fen." Serentak Gilang dan Ricky membalikkan badannya. "Sejak kapan lu di sini?" Tanya Gilang.
"Sejak lu berdua bilang gue males bikin tenda." Ujar Fenly santai.
"Ya, habisnya lu ke toilet aja dari gue awal bikin sampe tendanya jadi." Ricky mendengus kesal.
"Tapi emang bener gue males bikin tenda sih." Fenly pergi mengambil carrier miliknya dan membawanya masuk ke dalam tenda. Ricky dan Gilang tersenyum tipis, menggelengkan kepala mereka melihat Fenly yang memasukkan carrier ke dalam tenda tanpa rasa bersalah sedikitpun. "Kalian kagak bakal bawa masuk carrier kalian? Jangan harap gue yang taruh carrier kalian ke dalam ya." Fenly keluar dari dalam tenda.
"Iya deh, Fenly." Gilang dan Ricky pun membawa masuk carrier mereka masing-masing.
"Hai, Fenly Christovel." Suara perempuan di belakangnya itu mampu membuat Fenly membalikkan badannya dengan cepat. "Wah, ternyata bener ini lu, gue kira tadi gue salah denger. Apa kabar? Lama ya kita gak jumpa, ternyata dunia sesempit ini." Terlihat seorang perempuan berambut hitam sebahu berdiri tepat di hadapan Fenly saat ini, melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Chelsea?" Fenly membelalakkan matanya terkejut. Perempuan dengan seragam itu mencetak senyum menantang tak sempurna di salah satu ujung bibir manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]
Fiksi Penggemar"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia Lizina Alexandra "Entah memang dirinya yang menarik, atau hanya hatiku saja yang tertarik." -Fenly Christovel Wongjaya "Hanya senyum itu ya...