"Ha... Capek banget sih." Abelle dan Kezia menyandarkan badan mereka -yang sudah penuh dengan keringat di bawah sebuah pohon besar.
"Lumayan juga ya lari 15 menit." Kezia menyeka keringat yang mengalir di dahinya.
"Lu haus kagak, Zi?" Abelle mengibaskan kedua tangannya untuk mendapatkan sedikit angin.
"Lah, iya. Botol minum gue ketinggalan di tenda." Kezia menepuk pelan dahinya.
"Sama sih, minum gue juga di tas." Abelle membenarkan ikat rambutnya yang sudah berantakan.
"Aish..." Tiba-tiba saja terasa benda dingin yang menempel di pipi kiri Kezia. Refleks, Kezia menoleh ke arah benda tersebut. "Fenly?" Terlihat Fenly yang berdiri tepat di sampingnya sembari meletakkan satu botol mineral dingin di pipi Kezia.
"Nih, minum." Fenly duduk di sebelah Kezia dan menyodorkan botol tersebut ke hadapan Kezia.
"Fen..."
"Em, Zi. Gue ke tenda duluan ya." Abelle menepuk pelan bahu Kezia dan berlari meninggalkan mereka berdua.
"Eh, Bel..." Panggil Kezia sedikit berteriak.
"Mau kagak? Katanya haus." Tangan Fenly masih di depan wajah Kezia.
"E... Eh iya." Kezia mengambil botol minum tersebut dengan heran. "Makasih, Fen." Kezia tersenyum kecil melihat Fenly yang sedang meneguk air mineral miliknya.
Fenly mendesah pelan, menyeka keringat yang mengalir di lehernya dan memainkan sedikit rambutnya yang cukup basah. Kezia terdiam memperhatikan Fenly di sampingnya. Merasa diperhatikan, Fenly menoleh ke arah Kezia.
"Hey?" Fenly melambaikan tangannya di depan wajah Kezia.
"Eh, iya?" Kezia tersadar dari lamunannya.
"Itu kagak bakal diminum?" Fenly menunjuk botol mineral yang hanya di pegang oleh Kezia.
"Oh, iya." Dengan cepat, Kezia membuka tutup botol tersebut dan meneguknya. Fenly menggeleng pelan melihat tingkah Kezia. "By the way, tumben gak bareng Gilang sama Ricky?" Kezia menutup tutup botol mineral dan menaruh di sampingnya.
"Kagak, mereka lagi godain cewek dari sekolah lain tuh." Fenly menunjuk -dengan dagunya Gilang dan Ricky yang sedang asik berbincang dengan Chelsea dari kejauhan. Kezia mengikuti arah tunjuk Fenly, lalu tertawa kecil sembari menutup mulut dengan salah satu tangannya. "Ada apa?" Fenly menatap heran Kezia.
"Gak ada apa-apa, kok." Kezia masih terkekeh kecil.
"Lu kagak kesurupan kan?" Fenly mengerutkan dahinya.
"Ih, masa disangka kesurupan." Seketika ekspresi Kezia berubah cemberut.
"Ya, terus kenapa?" Fenly sedikit merapihkan rambutnya.
"Kalau Gilang sama Ricky lagi godain Chelsea, Fenly gak lagi godain Kezia, kan?" Kezia tertawa -menunjukkan deretan behel pada giginya.
"Apaan sih lu." Fenly membuang muka, dia tertawa kecil sembari menggeleng pelan mendengar kalimat yang terlontar dari perempuan di sampingnya itu.
"Iya, engga kok, Fen. Kezia bercanda doang." Kezia tersenyum tipis melihat Fenly.
"Bisa..."
"Fenly tau gak sih?" Kezia memotong kalimat Fenly.
"Apa?" Fenly menoleh kembali ke arah Kezia.
"Fenly kalau ketawa kyk tadi tuh manis loh." Ucap Kezia pelan. "Tapi Kezia bingung, kok Fenly jarang banget senyum kalau di hadapan orang banyak." Kezia menyandarkan punggungnya di pohon, menatap jauh ke depan sembari mendesah pelan.
"Em, Zi. Bentar lagi kan udah mulai kegiatan pematerian, mending lu ganti baju dulu deh." Dengan cepat, Fenly mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Refleks, Kezia melirik jam tangannya.
"Eh, iya. Kalau gitu Kezia ke tenda duluan ya." Kezia berdiri dan mengambil botol mineral pemberian Fenly tadi. "Sekali lagi, makasih ya, Fen." Kezia berlari ke arah tendanya -yang terletak cukup jauh.
Fenly menatap kosong punggung Kezia yang berlari semakin menjauh. Dia menunduk -melihat ke arah botol mineral yang dipegangnya dan menghela nafas panjang.
҉҉҉
"Wah, gak kerasa nih kita udah sampai di pematerian terakhir tentang manajemen waktu yang akan disampaikan oleh Kak Fikih Aulia. Boleh ke sini, Kak Fiki." Ucap Zidan dari microphone mengajak Fiki bergabung di tengah siswa/i lainnya.
"Halo semuanya." Senyum tipis dari Fiki mampu membuat siswi di sana berteriak kecil.
"Duh, kyknya Kak Fiki ini punya banyak penggemar ya." Zidan terkekeh kecil melihat para siswi sudah gemas dengan Fiki.
"Gak gitu dong, Kak Zidan juga pasti lebih banyak penggemarnya." Fiki tertawa kecil merangkul Zidan.
"Semoga aja ya." Zidan ikut tertawa. "Oke, daripada lama-lama saya diam di samping orang ganteng ya, lebih baik saya yang keluar. Tolong dipahami isi materinya ya, jangan cuma pematerinya yang diperhatikan." Seluruh siswi di sana tertawa kecil. "Baik, silahkan Kak Fiki." Zidan tersenyum sembari menaruh microphone dan pergi meninggalkan Fiki.
"Baik, terima kasih, Kak Zidan. Izinkan saya menyampaikan pematerian terkait manajemen waktu." Fiki memulai pematerian tersebut dengan percaya diri.
"Zi?" Abelle menyenggol pinggang Kezia di sampingnya dengan lengannya.
"Hem?" Kezia menoleh ke arah Abelle.
"Fiki cakep juga ya." Bisik Abelle sembari tersenyum lebar.
"Iya." Kezia tersenyum kecil.
"Eh, kalau gue kagak bisa dapet Fenly, kyknya dapet Fiki juga gak apa-apa deh." Abelle menatap Fiki dengan bertopang dagu. Kezia terdiam melirik Fiki. "Lu bantu gue ya, Zi." Dengan cepat, Abelle menoleh ke arah Kezia.
"Hah? Bantu apa?" Kezia mengerutkan dahinya.
"Deketin Fiki." Abelle tersenyum lebar.
"Oh, lu yakin? Perkemahan ini kan tinggal 2 hari lagi." Ucap Kezia pelan.
"Setidaknya gue harus dapet nomornya dulu." Abelle kembali melihat ke arah Fiki.
"Ya udah, lu minta aja." Kezia menunduk pelan.
"Lu temenin gue ya nanti." Abelle menggenggam lengan kiri Kezia.
"Em, iya." Sebuah senyum terpaksa ditunjukkan oleh Kezia. Sayangnya, Abelle tak menyadari itu karena terlalu fokus dengan tujuannya mendekati Fiki.
҉҉҉
"Ji, lu kagak apa-apa kan?" Bisik Zweitson sembari merangkul Fajri di sebelahnya.
"Hah? Emang gue kenapa, Son?" Fajri melirik ke arah Zweitson.
"Lu kagak perlu bohong, gue sadar kok dari tadi lu ngelamun."
"Oh, kagak, Son. Gue masih belum terbiasa aja." Fajri tersenyum tipis.
"Berjuang dulu lah, Ji. Masa mau nyerah di sini?"
"Gue liat dia bisa ketawa juga udah bahagia." Fajri melirik Kezia dari jauh.
"Kalau perasaan lu tersiksa, sama aja bohong, Ji." Zweitson melepaskan rangkulannya.
"Setidaknya ada yang bikin dia nyaman, gue bisa ngelepas dia." Fajri terdiam sejenak. "Tapi gue rasa bukan sekarang waktunya." Lanjutnya.
"Kezia masih butuh lu, Ji." Zweitson menepuk pundak Fajri. Fajri menoleh ke arah sahabatnya itu.
"Gue rasa kagak begitu, Son. Gue gak bisa ngejaga dia dari jarak deket lagi seperti sebelumnya." Ucap Fajri pelan.
"Lu percaya Kezia bakal aman di tangan Fenly?" Fajri melirik ke arah Fenly yang fokus mendengarkan pematerian dari Fiki. Detik selanjutnya, pandangan Fajri beralih kepada Fiki.
"Gue kagak tau, Son." Fajri menundukkan kepalanya perlahan.
"Gue yakin lu lebih paham kepribadian Kezia, Ji. Bisakah lu lepas dia ke orang yang terkenal pintar dan hebat di sekolah tapi gak pernah ada rumor dia punya pacar? Atau lu mau lepas dia ke orang yang pernah ada di masa lalunya tapi mengingat namanya aja kagak bisa?" Fajri mengacak-acak rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]
Fanfic"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia Lizina Alexandra "Entah memang dirinya yang menarik, atau hanya hatiku saja yang tertarik." -Fenly Christovel Wongjaya "Hanya senyum itu ya...