"Kezia." Terdengar ketukan dan suara wanita paruh baya yang tak asing dari arah luar pintu kamar Kezia.
"Iya, bentar." Kezia mengambil jam tangan di atas meja dan langsung menggunakannya.
"Zi, buka pintunya." Lagi-lagi ketukan pintu itu membuat Kezia terburu-buru.
"Bentar, mah." Kezia merapihkan rambutnya di depan cermin.
"Zi, ayok cepet." Untuk sekian kalinya ketukan dari luar pintu kamar Kezia itu terdengar.
"Iya, mah." Kezia langsung membuka pintu kamarnya, terlihat mamah berdiri tepat di depan Kezia sembari memegang sebuah kotak makan. "Kenapa, mah?" Tanya Kezia singkat.
"Kamu udah siap?" Mamah tersenyum lebar.
"Udah. Mamah kenapa sih?" Kezia menatap mamah heran, tak seperti biasanya mamah tersenyum lebar begitu kepada Kezia.
"Itu uda ada yang jemput kamu di ruang depan." Mamah memberikan kotak makan, senyumnya tak meluntur.
"Aji?" Tanya Kezia pelan sembari mengerutkan dahinya.
"Bukan. Kamu langsung liat aja sana. Kasian dia udah nunggu dari tadi loh." Mamah mengelus lembut lengan Kezia dan langsung pergi meninggalkan Kezia yang menatapnya kebingungan.
Kezia langsung mengambil tasnya di atas kasur dan berlari kecil menuju ruang depan.
҉҉҉
"Eh, itu Kezia. Zi, sini lu." Teriak Shandy sembari melambaikan tangannya. Terlihat seorang laki-laki yang duduk tepat di depan Shandy dan membelakanginya.
"Fenly?" Ucap Kezia pelan -menebak pemilik punggung tersebut sembari berjalan mendekati dua orang laki-laki yang sedang duduk di ruang depan.
"Lama banget sih lu, kasian nih Fenly udah nunggu dari tadi." Saat Kezia berdiri tepat di samping Shandy, terlihat Fenly yang tersenyum tipis.
"Fen, kamu..."
"Eh, Bang, kyknya ini udah lumayan siang deh, takutnya nanti telat. Kita duluan ke sekolah ya." Fenly memotong kalimat Kezia dan langsung berdiri untuk pamit.
"Oh iya iya, sorry anak gadis satu ini emang lama." Shandy ikut berdiri, mengacak-acak rambut Kezia di sampingnya.
"Ish, Bang." Kezia menepis tangan Shandy dan langsung merapihkan rambutnya. Fenly terkekeh kecil melihat tingkat adik kakak di depannya.
"Ya udah, Bang. Em, tante dimana ya?" Fenly mencari-cari mamah Kezia untuk berpamitan.
"Bentar. Mah, ini pada mau berangkat." Teriak Shandy.
"Oh iya. Ini mamah lagi masak, pergi aja gak apa-apa." Teriak mamah dari dapur.
"Izin, Fenly duluan ya, tante." Fenly sedikit berteriak agar terdengar oleh mamah Kezia.
"Iya, mamah nitip Kezia ya, Fen." Balas mamah berteriak.
"Siap, tante. Bang, duluan ya." Fenly menyodorkan kepalan tangannya untuk melakukan fist bump dengan Shandy.
"Oh iya, siap." Shandy membalas fist bump Fenly. "Lu harus banyak sabar ya, kadang ini bocah satu bawelnya minta ditabok." Shandy merangkul Kezia di sampingnya yang terdiam.
"Ih, bang." Kezia melepaskan rangkulan Shandy kesal. Fenly tersenyum kecil.
"Iya, Bang. Yok." Fenly menggenggam tangan Kezia dan menariknya keluar rumah.
҉҉҉
"Fen." Panggil Kezia pelan saat mereka sudah berada di luar gerbang rumah.
Tak menjawab panggilan Kezia, Fenly mengambil salah satu helm yang menggantung di motornya dan langsung menggunakannya kepada Kezia. Refleks, Kezia terdiam membeku melihat wajah Fenly yang berada tepat di hadapannya dan hanya terpaut sekitar 15 cm dari wajahnya. Seketika, Kezia merasa jantungnya berhenti berdetak, bahkan cara untuk bernafas pun mendadak dia lupa.
"Zi?" Panggil Fenly sembari melambaikan tangannya di depan wajah Kezia.
"E... Eh iya, Fen?" Kezia menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan kesadarannya.
"Naik." Tanpa Kezia sadari, Fenly sedari tadi sudah duduk di jok depan motornya.
"Oh iya." Kezia menaiki motor gede milik Fenly.
"Udah siap?" Fenly menyalakan mesin dan langsung menoleh ke belakang.
"Udah." Kezia mengangguk kecil.
"Biar aman, harus pegangan dong." Fenly menarik lembut kedua tangan Kezia dan melingkarkan di perutnya. Kezia hanya bisa diam menurutinya dan Fenly melajukan motornya menjauhi pekarangan rumah Kezia.
"Lu punya rencana apaan sih, Fen?!" Dari kejauhan, Fajri menutup kaca helmnya dengan keras dan langsung melajukan motornya cepat.
҉҉҉
Fenly memarkirkan motornya di tempat biasa. Terlihat motor Gilang dan Ricky yang sudah terparkir lebih dahulu di sana. Kezia menuruni motor Fenly perlahan. Fenly melepas helmnya dan menaruh pada salah satu kaca spion motor. Melihat Kezia yang sedikit kesulitan melepas pengunci helm, Fenly terkekeh kecil.
"Kalau gak bisa, langsung bilang aja ya." Fenly menarik lengan Kezia agar posisinya mendekat dan langsung melepaskan helm Kezia.
"Thank you, Fen." Kezia menunduk malu. Fenly mengaitkan helm tersebut pada motornya.
"Yok." Setelah mengunci motornya, Fenly memasukkan kedua tangannya di saku celana dan berjalan di samping Kezia meninggalkan tempat parkiran.
"Woy." Dari belakang, Gilang melompat kepada Fenly dan merangkulnya.
"Eh?" Refleks, Fenly menoleh ke arah Gilang. Begitu pula dengan Kezia.
"Eh, ada Kezia. Pagi, Zi." Ricky yang berjalan di sebelah Gilang tersenyum kepada Kezia.
"Pagi, Rik, Lang." Kezia tersenyum menunjukkan deretan behelnya.
"KEZIA." Terdengar teriakan Abelle dari kejauhan sembari melambaikan tangannya. Serentak, mereka langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Duh, Kezia duluan ya." Kezia tersenyum manis dan langsung berlari ke arah Abelle.
"Pergi bareng Kezia lu dari tadi?" Gilang menatap punggung Kezia yang menjauh. Tak ada jawaban dari Fenly.
"Fen." Ricky berpindah tempat untuk berjalan di samping Fenly. "Gue dukung penuh lu deket sama Kezia, serius. But, please, don't play with her emotions. (Tapi tolong jangan mempermainkan perasaannya)" Ricky menepuk pelan punggung Fenly dan hanya dibalas dengan lirikan datar dari Fenly.
҉҉҉
"Halo, Bel. Selamat pagi." Kezia tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya ke arah Abelle.
"Eh, Zi. By the way, lu kok bisa pergi sekolah bareng sama Fenly?" Abelle langsung memberikan pertanyaan saat Kezia menghampirinya.
"Tadi Fenly jemput gue ke rumah." Jawab Kezia santai.
"HAH?! KOK BISA SIH, ZI?" Teriak Abelle sembari membelalakkan matanya. Refleks, beberapa orang di sekitar mereka menoleh kaget ke arah mereka.
"Heh." Kezia menutup mulut Abelle dengan cepat. "Kagak perlu teriak juga kali, Bel. Malu tuh di liatin orang lain." Bisik Kezia sembari mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
"Kok bisa sih?" Tanya Abelle pelan sembari menurunkan tangan Kezia dari mulutnya.
"Udah, sekarang kita ke kelas aja dulu. Nanti keburu masuk." Kezia langsung menarik lengan Abelle menuju kelas.
҉҉҉
Fajri memarkirkan motor dan langsung melepas helmnya dengan malas. Fajri sedikit merapihkan rambutnya. Fajri menghela nafas panjang sembari memejamkan matanya.
"Ji." Zweitson menepuk pundaknya dari belakang.
"Eh, Son." Fajri menoleh ke belakang dan langsung turun dari motornya.
"Em, Kezia..." Ucap Zweitson ragu, tak menyelesaikan kalimatnya.
"Iya, gue tau kok, Son." Fajri memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana dan tangan yang lain memegang tasnya. "Ke kelas, yok." Fajri berjalan menuju kelas mendahului Zweitson.
"Eh, tunggu, Ji." Zweitson berlari kecil, berusaha menyeimbangi langkah Fajri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]
Fanfiction"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia Lizina Alexandra "Entah memang dirinya yang menarik, atau hanya hatiku saja yang tertarik." -Fenly Christovel Wongjaya "Hanya senyum itu ya...